Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) berupaya mengoptimalkan penjualan batu bara berkalori tinggi atau coking coal. Langkah yang dilakukan perseroan dengan gencar membuka pasar dan roadshow ke sejumlah negara di Asia seperti Jepang.
Direktur Keuangan PT Adaro Energy Tbk, Lie Luckman menuturkan, potensi pasar coking coal cukup kuat di Jepang, China, dan Indonesia. Perseroan membuat pasar coking coal dan roadshow di negara Asia yang khususnya memproduksi baja.
Baca Juga
"Kita giat membuka pasar coking coal dan kita roadshow ke beberapa negara khususnya Asia terutama negara yang produksi baja. India, Jepang itu sangat berminat untuk coking coal kita," ujar dia, kepada wartawan, ditulis Selasa (20/4/2021).
Advertisement
PT Adaro Energy Tbk menjual coking coal sebanyak 1,5 juta ton pada 2020. Luckman menuturkan, pihaknya mengincar produksi sekitar 2,4 juta-2,5 juta ton.
"Kita tahu testing yang dilakukan berhasil dan berjalan dengan baik. Tahun ini beranikan diri untuk tetapkan produksi coking coal dua kali lipat dari tahun lalu. Tahun ini jadi 2,5 juta ton,” tutur dia.
Perseroan berharap dapat menyeimbangkan produksi pendapatan dari coking dan thermal coal. Produksi coking coal diharapkan dapat mencapai 3 juta ton bahkan lebih ke depan.
“Tahun ini kita coba maksimalkan dari sisi coking coal. Lambat laun, kita bisa mencapai 2-3 tahun ke depan capai 3 juta ton bahkan lebih,” ujar dia.
PT Adaro Energy Tbk menjalakan produksi coking coal dengan hati-hati seiring medan berbeda dengan Adaro Indonesia.
“Setiap kali kita masuk tambang baru, challenges berbeda-beda dari mulai tambang tambang itu sendiri, transportasi dan banyak sekali yang kita hadapi. Ini memerlukan waktu untuk pelajari semua isu dan medan kita hadapi selama ini,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
PLTU Batang Beroperasi 2022
Sebelumnya, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menyatakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang beroperasi akhir 2021, dan paling lambat awal 2022.
Direktur Keuangan PT Adaro Energy Tbk, Lie Luckman menuturkan, perkembangan proyek PLTU Batang mencapai 94 persen. Perseroan akan memasok suplai batu bara 5-7 juta ton per tahun.
“PLTU Batang progress 94 persen lebih. Untuk proyek sebesar ini banyak hal-hal yang perlu kita kejar, dan kita perbaiki di sana. Progress kita sedang kejar terus. Operasional akhir 2021, atau awal 2022 untuk Proyek Batang,” ujar dia kepada wartawan, ditulis Selasa, 20 April 2021.
Ia menambahkan, pada tahap akhir proyek tersebut butuh batu bara untuk testing. Memasok batu bara mulai dilakukan akhir 2021 dan operasional awal 2022.
Terkait penyerapan pasokan listrik, Luckman menuturkan, hal tersebut tergantung proses vaksinasi COVID-19 berjalan di Indonesia. Semakin cepat program vaksinasi COVID-19 dilakukan sehingga mendukung pemulihan ekomomi.
“Tergantung seberapa cepat proses vaksinasi COVID-19 di negara kita berjalan. Setelah proses vaksinasi COVID-19, ekonomi jalan, pasokan listrik meningkat sendirinya,” kata dia.
Sebelumnya, PLTU Batang ditargetkan beroperasi pada akhir 2020. Pembangunan Proyek PLTU Batang 2x1.000 MW memerlukan dana sebesar USD 4,2 miliar.
Operator pembangunan PLTU tersebut adalah PT Bhimasena Power Indonesia (BPI), yaitu perusahaan patungan yang didirikan tiga perusahaan: Electric Power Development Co., Ltd (J-Power), PT Adaro Power, dan Itochu Corporation (Itochu).Adaro Power memiliki porsi 34 persen dalam proyek tersebut.
Advertisement