Liputan6.com, Jakarta - Hingga Maret 2021, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) atau disebut BNI mencatat laba bersih sebesar Rp 2,39 triliun. Posisi laba bersih diakui Direktur Utama BNI Royke Tumilaar lebih baik dari Maret 2020.
"Pada Maret 2020 tercatat posisi laba bersih sebelum pencadangan ialah Rp7,4 triliun. Ini berarti, posisi tersebut sudah lebih baik dari masa sebelum pandemi tahun lalu," kata Royke secara virtual, Senin (16/4/2021).
Selain itu, Royke juga menyebut, laba bersih yang diperoleh sejalan dengan dengan rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio yang ditetapkan pada level 200,5 persen, atau lebih tinggi dari posisi akhir 2020, yakni 182,4 persen.
Advertisement
Tak hanya itu, terdapat juga Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) hingga Rp 4,81 triliun. Angka tersebut mengalami peningkatan cukup tinggi, yakni mencapai 127,7 persen di atas CKPN Kuartal I 2020, sebesar Rp 2,11 triliun.
Selain itu, perseroan juga mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,1 persen year on year (YoY) atau setara dengan Rp 639,0 triliun. Peningkatan 13,1 persen terjadi pada giro dan tabungan 12,9 persen untuk YoY.
"Perseroan berupaya memastikan pertumbuhan DPK yang sehat dalam rangka menjaga marjin bunga bersih. Pada kuartal pertama 2021, NIM mengalami kenaikan dari 4,5 persen di akhir tahun 2020 menjadi 4,9 persen,” ujar Royke.
Pertumbuhan kredit BNI secara YoY sebesar 2,2 persen. Untuk kuartal I 2021, total kredit yang disalurkan mencapai Rp 559,33 triliun.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Gerak Saham BBNI pada 26 April 2021
Pada penutupan perdagangan saham, Senin, 26 April 2021, saham BBNI turun tipis 0,87 persen ke posisi Rp 5.725 per saham. Saham BBNI dibuka naik 75 poin ke posisi Rp 5.850 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 3.953 kali dengan nilai transaksi Rp 110,1 miliar.
Advertisement