Investor Asing Doyan Beli Saham pada Awal Mei 2021, Ini Penyebabnya

Investor asing cenderung melakukan aksi beli di pasar saham pada awal Mei. Apa sebabnya?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 06 Mei 2021, 16:23 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2021, 16:22 WIB
Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas di Jakarta, Rabu (14/11). Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin atau 0,39% ke 5.858,29. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak awal Mei, investor asing terpantau membukukan beli bersih saham (net buy) yang relatif tinggi. Pada perdagangan Rabu, 5 Mei 2021, investor asing mencatat beli bersih (net buy) di semua pasar sebesar Rp 160 miliar.

Rincian di pasar tunai dan negosiasi, investor asing melakukan jual bersih (net sell) Rp 206 miliar, dan di pasar reguler beli bersih Rp 204 miliar.

"Di awal Mei investor asing memang membukukan net buy sejak net sell yang cukup tinggi di April, ini memang ada net buy,” kata Senior Information Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina dalam konferensi pers Media Day Mirae Asset Sekuritas, Kamis (6/5/2021).

Martha menguraikan, faktor pendorong dari aksi beli ini adalah perkembangan ekonomi terutama di dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Purchasing Managers Index (PMI) berada di level tertinggi sepanjang sejarah yakni 54,6, dari bulan sebelumnya 53,2.

Sementara dari sisi inflasi juga mencatatkan kenaikan meski tipis sebesar 0,13 persen. Dengan angka ini, inflasi tahun kalender Januari-April 2021 mencapai 0,58 persen dan inflasi tahun ke tahun sebesar 1,24 persen.

"Kalau kita lihat data ekonomi di awal Mei yang dirilis itu cukup baik. Jadi dari sisi data PMI manufaktur yang mencapai level tertinggi, data inflasi yang walaupun kenaikannya tidak banyak tapi sudah menunjukkan perbaikan. Artinya memang ada perbaikan dari sisi permintaan barang,” kata Martha.

Selain itu, BPS juga melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2021 terkontraksi minus 0,74 persen secara year on year (yoy). Namun secara kuartalan, angka ini lebih baik dibandingkan kuartal IV-2020 yang tercatat minus 2,19 persen.

"GDP yang walaupun masih mengalami kontraksi, tapi sejalan dengan ekspektasi. Ini menjadi base bahwa di kuartal I-II kemungkinan akan terjadi pertumbuhan yang lebih baik,” pungkas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Penutupan IHSG pada 6 Mei 2021

IHSG Merosot hingga Diberhentikan Sementara
Pergerakan saham pada layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/7/2020). IHSG pada perdagangan di BEI turun pada Kamis (10/9/2020) pada pukul 10.36 WIB IHSG turun tajam sebesar 5 persen pada level 4.892,87 atau turun 257,49 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah hingga penutupan perdagangan saham Kamis, (6/5/2021)

Mengutip data RTI, IHSG melemah 0,09 persen ke posisi 5.970. Indeks saham LQ45 turun 0,17 persen ke posisi 888,94. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan. Pada perdagangan saham Kamis pekan ini, IHSG bergerak di kisaran 5.950-6.005.

Sebanyak 222 saham menguat sehingga menahan pelemahan IHSG. 269 saham melemah dan 149 saham lainnya diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 1.026.777 kali dengan volume perdagangan 14,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,9 triliun. Investor asing beli saham Rp 321,86 miliar di pasar regular. Nilai tukar rupiah menguat ke posisi 14.299 per dolar AS.

Secara sektoral, sektor saham menguat dan melemah. Sektor saham keuangan turun 0,99 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Diikuti sektor saham perdagangan susut 0,63 persen dan sektor saham konstruksi melemah 0,41 persen.

Di sisi lain, sektor saham industri dasar naik 0,79 persen, dan cetak penguatan terbesar. Diikuti sektor saham aneka industri naik 0,77 persen dan sektor saham infrastruktur menanjak 0,48 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya