Meneropong Potensi Minimarket di Tengah Maraknya E-Commerce

Analis menilai potensi untuk pertumbuhan e-commerce di Indonesia masih sangat besar dengan penetrasi di atas 20 persen.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 12 Jun 2021, 19:06 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2021, 19:05 WIB
Ilustrasi belanja online, ecommerce, e-commerce, toko online
Ilustrasi belanja online, ecommerce, e-commerce, toko online. Kredit: athree23 via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mencatatkan penetrasi e-commerce sebesar 10 persen pada 2020. Dengan begitu, potensi untuk pertumbuhan e-commerce di Indonesia masih sangat besar.

Analis CLSA Merlissa Trisno memaparkan, hingga 2025, penetrasi itu diproyeksikan akan berada di atas 20 persen dengan valuasi sekitar USD 80 miliar.

"E-commerce kita diperkirakan masih tumbuh di atas 20-25 persen sampai 2025, atau USD 80 billion,” kata dia dalam diskusi virtual, Sabtu (12/6/2021).

Saat ini marak kolaborasi antara e-commerce dan minimarket seperti Alfamart. Teranyar, ada kerja sama Alfamart dengan SiCepat. Merlissa menilai, kerja sama ini utamanya fokus pada store network yang dimiliki oleh Alfamart. Hingga saat ini, Merlissa mencatat ada sekitar 15 ribu gerai Alfamart yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Lebih ke store networknya. Karena kan Alfamart punya lebih dari 15 ribu toko di seluruh Indonesia, dimana SiCepat butuh untuk pick up point, drop poin, daripada dia ambil paket satu-satu. Jadi kerjasama dengan Alfamart dalam bentuk itu,” kata dia.

Alfamart juga diketahui menjalin kerja sama dengan salah satu e-commerce besar di tanah air yaitu Shopee. Alfamart telah menyediakan metode pembayaran menggunakan dompet digital Shopee yakni ShopeePay, juga menyediakan layanan topupnya.

Dari sisi Shopee, juga ada fitur yang memungkinkan pengguna membeli stok barang dari Alfamart, salah satunya melalui fitur Alfamart ShopeePay. "Kalau sama shopee itu memang sudah mulai diuji coba,” ujar dia.

Selain itu, Merlissa menilai persebaran gerai Alfamart di Indonesia cukup merata dan relatif mudah dijangkau dari sisi jarak. MErlissa mencatat persebaran gerai Alfamart di luar Jawa juga meningkat.

Merlissa mengatakan, pendapatan Alfamart juga ditopang oleh pendapatan lainnya di luar perannya sebagai distribution channel. Di antaranya dengan menyediakan produk privat, atau produk yang diproduksi oleh Alfamart sendiri.

Namun, rupanya opsi ini kurang diminati konsumen. Dengan kisaran harga  terlalu jauh, konsumen cenderung lebih memilih brand eksisting dibandingkan produk private brand Alfamart.

"Eksposure Alfamart di luar Pulau Jawa mengalami peningkatan. Private brand kurang laku. Konsumen masih tertarik sama produk eksisting,” kata Merlissa.

Alfamart sebelumnya juga menyediakan layanan top up atau pembayaran pulsa dan tagihan. Ini juga menyumbang pendapatan Alfamart. Bahkan saat e-commerce menjamur dengan terus menambahkan berbagai fitur baru, termasuk top up dan pembayaran tagihan, layanan ini masih andil besar dalam pendapatan Alfamart.

"3-4 tahun terakhir pencapaian lain alfamart tetap tumbuh meski ecommerce menyediakan layanan top up dan pembayaran tagihan,” kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Harus Jangkau Kota Kecil

Merlissa menilai untuk dapat bertahan dalam industri ritel harus bisa menjangkau kota kecil di tanah air yang memiliki penetrasi relatif kecil dibandingkan kota besar. Hal ini sekaligus menjawab prospek PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA dengan bergabungnya Gojek dan Tokopedia.

"Nanti yang akan menang di market ya mereka yang bisa menang di lower tier city juga. Itu mungkin yang bisa jadi upside seandainya MPPA ini bisa bersama dengan Gojek untuk bisa ke lower tier city,” kata Merlissa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya