Wall Street Melambung, Indeks S&P 500 Cetak Rekor Baru

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,2 persen ke posisi tertinggi baru 4.247,44.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Jun 2021, 06:21 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2021, 06:21 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa  saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Jumat, 11 Juni 2021. Indeks S&P 500 kembali cetak rekor baru. Pada pekan ini, wall street mencatat kenaikan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,2 persen ke posisi tertinggi baru 4.247,44. Indeks Nasdaq bertambah 0,4 persen ke posisi 14.069,42. Indeks Nasdaq didorong kenaikan saham Apple, Microsoft, dan Netflix. Indeks Dow Jones menguat 13,36 poin ke posisi 34.479,60.

Selama sepekan, indeks S&P 500 catat kenaikan 0,4 persen. Sementara itu, indeks Nasdaq menguat 1,9 persen. Indeks Dow Jones melemah 0,8 persen selama sepekan.

Kenaikan wall street pada perdagangan Kamis seiring investor mengabaikan laporan yang menunjukkan inflasi meningkat pada laju tercepat sejak 2008. Indeks harga konsumen melonjak 5 persen pada Mei 2021 dari tahun sebelumnya.

"Sementara laporan CPI Mei datang di atas perkiraan, pasar tidak terlalu terkejut dan mencerna data sebagai sementara untuk saat ini. Pasar treasury atau surat berharga tampaknya setuju dengan prospek inflasi sementara,” ujar Technical Market Strategist Piper Sandler, Craig Johnson, dilansir dari CNBC, Sabtu (12/6/2021).

Salah kemungkinan yang memberikan dorongan pada saham adalah reaksi di pasar obligasi terhadap laporan inflasi yang panas.

Imbal hasil surat berharga atau treasury bertenor 10 tahun turun di bawah 1,43 persen, menandai level terendah dalam tiga bulan. Sebelumnya imbal hasil surat berharga diperdagangkan di atas 1,77 persen pada awal tahun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Minat terhadap Saham Meme Meningkat

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Perusahaan teknologi cenderung berkinerja buruk di tengah tingkat suku bunga yang tinggi karena menurunkan valuasi saat ini.Indeks Nasdaq cenderung tertekan pada 2021 karena imbal hasil obligasi berubah lebih tinggi.

Sejumlah saham meme juga menguat pada perdagangan Kamis. Saham AMC melonjak lebih dari 15 persen dan GameStop naik hampir enam persen. Kedua saham itu tertekan dua digit pada Kamis karena momentum di Reddit memudar.

"Naik turunnya saham meme berdampak kecil pada arah pasar saham secara kseluruhan. Namun demikian, minat yang meningkat pada saham meme positif untuk ekuitas dalam jangka menengah. Ini karena fenomena saham meme yang menarik dana ke pasar saham, meningkatkan harga dan likuiditas dalam prosesnya," kata Chief Global Stategist BCA Research, Peter Berezin.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya