Liputan6.com, Jakarta - Belum bekerja optimal, pemulihan ekonomi di semester I 2021 memberikan pengaruh pada laju pasar saham di Asia Tenggara. Melihat hal ini, Mandiri Sekuritas menyebut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memberikan imbal hasil yang flat (rata) secara year to date, sementara indeks LQ45 menurun hampir 10 persen year to date.
"Pemulihan ekonomi dari pandemi yang tidak seimbang telah berkontribusi kepada kinerja tidak biasa di pasar saham Asia Tenggara dan secara relatif ke Asia Utara, kemudian ke negara-negara maju pada semester pertama 2021," kata Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer, Selasa (29/6/2021).
Selama enam bulan pertama tahun ini, Adrian menyebut, terdapat dua sektor yaitu teknologi dan kesehatan yang mampu bekerja optimal di bursa saham. Hal ini tak terlepas dari kebutuhan masyarakat di tengah pandemi.
Advertisement
"Teknologi dan kesehatan menjadi beberapa sektor yang berkinerja baik, karena ketahanan penghasilan," ujarnya.
Selain sektor dengan kinerja terbaik, Adrian juga menyebut, terdapat satu sektor yang memiliki kinerja kurang baik, terlebih adanya metodelogi capped free floating dalam perhitungan bobot indeks.
"Sementara sektor barang konsumsi berada pada grup sektor yang berkinerja kurang kuat akibat lemahnya permintaan, inflasi biaya, dan rencana Burse Efek Indonesia dalam mengadopsi metodologi capped free floating," tuturnya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI),indeks IDX Sector Technology naik 851 persen secara year to date ke posisi 10.592,01. Sedangkan indeks IDX Sector Healthcare menguat tipis 1,82 persen ke posisi 1.334,26 pada 29 Juni 2021.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kekhawatiran Lonjakan Kasus COVID-19
Sebelumnya, meningkatnya kasus COVID-19 membuat pembatasan di sektor ekonomi kembali dilakukan pemerintah. Tak hanya itu, adanya varian delta yang disebut lebih cepat menular ternyata menekan forward price earning (PE) IHSG.
"Kekhawatiran atas varian delta COVID-19 yang meningkat telah menekan Forward PE IHSG menjadi 16 kali berdasarkan perkiraan Konsensus Bloomberg, yang tidak menuntut relatif terhadap tingkat bebas risiko," kata Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer, secara virtual, Selasa (29/6/2021).
Meski demikian, Adrian mengaku bila kekhawatiran tapering Amerika Serikat dan ekspektasi pasar terhadap inflasi ke depan di negara Paman Sam telah mereda akhir-akhir ini.
"Sementara tapering harus dikomunikasikan dengan baik ke pasar. Reformasi struktural telah berjalan di Indonesia, sementara tingkat kepemilikan investor asing baik di pasar obligasi pemerintah maupun ekuitas relatif rendah dibandingkan dengan sejarah selama ini," ujarnya.
Walau varian delta menjadi perhatian utama saat ini, Adrian menilai hal ini seharusnya dapat diatasi dengan kecepatan vaksinasi yang meningkat akhir-akhir ini.
"Dengan meredanya kasus Covid-19, kami berharap pemulihan pertumbuhan ekonomi akan terus berlanjut," tuturnya.
Mutasi terbaru dari virus penyebab COVID-19 yang dikenal sebagai varian Delta membuat sejumlah negara kembali melakukan lockdown.
Sebut saja Australia, Selandia Baru dan Bangladesh yang akhirnya melakukan semacam karantina wilayah atau lockdown, demikian pula beberapa bagian Portugal. Bahkan Israel, lebih dari separuh populasinya telah divaksin, juga memberlakukan lagi mandat masker di tempat-tempat umum dalam ruangan.
Advertisement