BEI Ungkap Prospek IPO Unicorn di Indonesia

Komisaris BEI, Pandu Putra Sjahrir menilai, pandemi COVID-19 mendorong sejumlah perusahaan berbasis teknologi digital naik daun.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 06 Jul 2021, 23:51 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2021, 23:51 WIB
FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) terus melakukan penyesuaian, termasuk dari sisi regulasi untuk mengakomodir perusahaan rintisan (startup) untuk melantai di Bursa. Tak terkecuali bagi startup dengan level unicorn.

Komisaris BEI, Pandu Putra Sjahrir menilai, pandemi COVID-19 mendorong sejumlah perusahaan berbasis teknologi digital naik daun. Hal itu merupakan buntut dari pemberlakuan pembatasan sosial. Sehingga mau tidak mau masyarakat beralih mengandalkan layanan daring untuk memenuhi hampir semua kebutuhan sehari-hari.

"Perusahaan-perusahaan e-commerce yang akan masuk ke bursa itu akan memberikan tambahan quality of emiten yang besar-besar, jadi saya rasa positif,” ujar Pandu dalam Mid Year Economic Outlook Day #1, Selasa (6/7/2021).

Pandu mengakui. pandemi COVID-19 memang mendorong akselerasi digital di dalam negeri. Bahkan, dengan progres yang saat ini berlangsung, Pandu mengatakan akselerasi teknologi di dalam negeri bisa berlangsung 3-5 tahun lebih cepat dari perkiraan.

“Gara-gara COVID-19, akselerasi teknologi kita 3-5 tahun lebih cepat. Sekarang mau enggak mau semua menggunakan teknologi untuk sehari-hari karena lebih efisien," ujar dia.

Saat ini, Pandu melihat implementasi digitalisasi ini banyak ditemukan di kota besar, termasuk transaksi tanpa uang tunai (cashless).

Namun ke depan, Pandu mengatakan hal ini akan diadopsi oleh kota kecil lainnya di tanah air. Bahkan, kini digitalisasi sudah merambah pada sektor UMKM. "Dengan adanya (perusahaan teknologi) tadi, akan jadi game changer untuk bursa kita," ujar Pandu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Penggalangan Dana di Pasar Modal pada Semester I 2021

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Suasana pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total penggalangan dana atau fundraising di pasar modal mencapai Rp 7,14 triliun per 2 Juli 2021.

Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi memaparkan, penggalangan dana melalui pasar modal terus berkembang dari tahun ke tahun berkat regulasi yang lebih baik, peningkatan akses bagi pelaku bisnis dan investor. Serta peningkatan kesadaran masyarakat terhadap industri pasar modal. Hal ini layak dilirik pelaku usaha, utamanya dalam situasi krisis akibat pandemi seperti saat ini.

"Emiten kita harus melihat potensi penggalangan dana di tengah dampak langsung dari pandemi covid-19 terhadap sustainability maupun rencana pengembangan usaha masing-masing," kata Hasan dalam Mid Year Economic Outlook Day #1, Selasa, 6 Juli 2021.

Merujuk data Bursa pada 2020, penggalangan dana melalui pasar modal tercatat naik hingga Rp 1.495 triliun. sebagian besar berasal dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 1.369 triliun. Sementara dari pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) sebesar Rp 5,58 triliun.

"Tahun lalu dari IPO kami terkumpul tidak kurang dari Rp 5,58 triliun. Bahkan YTD (year to date) tahun ini angkanya sudah lebih lagi. Ada Rp 7,14 triliun dari IPO yang tercatat di tahun ini," kata Hasan.

Dalam kesempatan yang sama, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan total penggalangan dana di pasar modal bisa mencapai Rp 180 triliun. Hal itu merujuk pada data pipeline penggalangan dana dalam catatan OJK senilai Rp 79,72 triliun per akhir Juni 2020.

"Penghimpunan dana di pasar modal tahun 2021 diperkirakan akan meningkat di kisaran Rp 150 triliun sampai dengan Rp 180 triliun,” kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya