Bursa Saham Asia Bervariasi, Investor Pantau Kasus COVID-19 di Australia

Bursa saham Asia bergerak bervariasi pada perdagangan Senin, 9 Agustus 2021.Investor cermati kasus COVID-19 di Australia.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 09 Agu 2021, 08:50 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2021, 08:50 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia bervariasi pada perdagangan Senin, (9/8/2021). Investor fokus pada situasi COVID-19 di Australia.

Bursa saham Australia pun cenderung mendatar pada awal pekan ini. Indeks acuan Australia ASX 200 naik tipis ke 7.543,70.

Australia melaporkan 280 kasus baru COVID-19 selama 24 jam pada Minggu, 8 Agustus 2021. Sebagian besar kasus tersebut ditemukan di negara bagian New South Wales yang padat penduduk.

Laporan menyebutkan, sekitar 15 juta orang atau 60 persen dari populasi negara itu berada di bawah pembatasan yang ketat. Demikian dilansir dari CNBC, Senin (9/8/2021).

Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,44 persen. Sedangkan Kosdaq melemah 0,35 persen. Data tenaga kerja Amerika Serikat dengan perekrutan naik pada laju tercepatnya dalam hampir satu tahun pada Juli 2021 meskipun ada kekhawatiran atas varian delta COVID-19 dan masalah pasokan tenaga kerja yang tekat.

"Pasar bereaksi positif terhadap data non-farm payrolls yang kuat, dengan risiko tidak selalu terjadi tahun ini,” tulis Analis ANZ Research.

 

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Data Ekonomi China

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Analis menulis, kekuatan data memberikan kepercayaan pada pandangan the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat kalau pasar tenaga kerja akan mempertahankan momentum sepanjang musim panas, bahkan dengan kekhawatiran seputar varian delta COVID-19.

"Masih ada jalan panjang untuk mencapai penuh. Ketenagakerjaan mengimbangi beberapa pesimisme yang telah membangun,” tulis analis. Sementara itu, pasar saham di Jepang dan Singapura libur pada awal pekan ini. Di sisi lain, pertumbuhan ekspor China secara tak terduga melambat pada Juli. Sementara impor kehilangan momentum.

Ekspor naik 19,3 persen dari tahun lalu dibandingkan kenaikan 32,2 persen pada Juni. Sedangkan perkiraan pasar naik 20,8 persen, demikian laporan Reuters. Impor naik 28,1 persen dari tahun sebelumnya. Realisasi impor itu kurang dari perkiraan pasar yang meningkat 33 persen.

"Kondisi cuaca ekstrem dan wabah COVID-19 lokal tidak membantu sementara gangguan pasokan juga menghambat aktivitas ekspor,” ujar Senior Foreign Exchange Strategist the National Australia Bank, Rodrigo Catril.


China Rilis Data Inflasi

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

China akan rilis data inflasi pada Senin, 9 Agustus 2021. Catril menuturkan, tekanan inflasi konsumen bukanlah halangan untuk pelonggaran kebijakan lebih lanjut.

“Topik yang kemungkinan akan menarik lebih banyak perhatian jika perlambatan ekonomi lebih lanjut menjadi jelas seiring data yang masuk,” ujar Catrial.

Indeks dolar AS diperdagangkan di kisaran 92,88. Harga minyak mentah merosot pada Senin pagi selama jam perdagangan di Asia. Harga minyak mentah Amerika Serikat turun 1,77 persen menjadi USD 67,07 per barel, sedangkan harga minyak Brent turun 1,71 persen menjadi USD 69,49.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya