Liputan6.com, Jakarta - Menjadi salah satu perusahaan semen di Indonesia, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menegaskan bila pihaknya akan mengurasi emisi gas buang hingga 2025.
Hal ini sejalan dengan program pemerintah, khususnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Direktur Utama Indocement Tunggal Prakarsa Christian Kartawijaya menuturkan, bila pihaknya memiliki keinginan untuk mengurangi carbon dioxide atau CO2 dari 660 kg menjadi 580 kg pada 2025.
"Untuk mengurangi CO2 kita akan melakukan beberapa hal, seperti menaikkan pemakaian bahan bakar alternatif sampai dengan 25 persen di tahun 2025," kata Christian di acara Bumee Summit 2021, Rabu (27/10/2021).
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, pihaknya juga akan menggunakan lebih banyak bahan baku alternatif yang ramah lingkungan untuk menggantikan clinker sebagai konservasi energi.
"Kami juga memperkenalkan PCC, Slag Cement dan hydraulic cemen (semen hijau) untuk menggantikn OPC," ujarnya.
Untuk sumber daya listrik, emiten berkode INTP ini juga menggunakan energi terbarukan (gas turbine dan solar panel).
"Kami menggunakan bahan baku alternatif menggantikan bahan fossil. Ini adalah salah satu upaya kami. Kami juga sangat menjaga SO2 dan N0X," tuturnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Indocement hingga Semester I 2021
Sebelumnya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatat kinerja positif sepanjang semester I 2021. Kinerja positif ini ditunjukkan dari pertumbuhan pendapatan dan laba bersih.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk membukukan pendapatan naik 7,96 persen pada semester I 2021 menjadi Rp 6,66 triliun. Pada periode sama tahun sebelumnya Rp 6,17 triliun.Demikian mengutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Minggu (1/8/2021).
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mencatat penjualan naik dari Rp 5,65 triliun pada semester I 2020 menjadi Rp 6,06 triliun. Penjualan beton siap pakai naik menjadi Rp 473,57 miliar pada semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 464,54 miliar. Penjualan agregat naik menjadi Rp 7,55 miliar pada semester I 2021 dari periode enam bulan pertama 2020 sebesar Rp 362 juta.
Beban pokok pendapatan naik 6,46 persen dari Rp 4,29 triliun pada semester I 2020 menjadi Rp 4,57 triliun pada semester I 2021. Dengan demikian, laba bruto tumbuh 11,39 persen dari Rp 1,87 triliun pada semester I 2020 menjadi Rp 2,09 triliun.
Perseroan mencatat beban usaha naik dari Rp 1,46 triliun menjadi Rp 1,48 triliun pada semester I 2021. Perseroan mencatat kenaikan biaya keuangan menjadi Rp 21,26 miliar pada semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 6,25 miliar.
Selain itu, pendapatan keuangan turun menjadi Rp 122,63 miliar pada semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 214,32 miliar. Pendapatan keuangan tercatat Rp 33,14 miliar pada enam bulan pertama 2021 dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 36,84 miliar.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mencatat laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 24,79 persen menjadi Rp 586,57 miliar pada semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 470,02 miliar.
Total ekuitas tercatat naik menjadi Rp 22,76 triliun pada semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 22,17 triliun. Total liabilitas turun menjadi Rp 4,59 triliun pada 30 Juni 2021 dari periode Desember 2020 sebesar Rp 5,16 triliun.
Total aset naik menjadi Rp 27,35 triliun pada semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 27,34 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas naik menjadi Rp 8,07 triliun pada 30 Juni 2021 dari Rp 7,69 triliun pada 31 Desember 2020.
Advertisement
Punya Produk Ramah Lingkungan, Penerimaan Pasar Baik
Terus berinovasi, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki beberapa produk ramah lingkungan. Melihat hal ini, Direktur Utama Indocement Christian Kartawijaya mengakui penerimaan pasar akan produknya sangatlah baik.
"Respon pasar terhadap produk tiga roda yang ramah lingkungan juga cukup baik. Kami memang sengaja mengeluarkan semen portland komposit (PCC), portland slag cement (duracem), semen hidraulis untuk mengurangi emisi CO2," katanya di acara Bumee Summit 2021, Rabu, 27 Oktober 2021.
Tak hanya itu, durabillity dari produk yang dimiliki, diakui Christian juga lebih baik, sehingga hal tersebut menjadi salah satu keunggulan yang ditawarkan.
Produk ini juga sejalan degan instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor 04/IN/M/2020 tentang penggunaan semen non ordinary portland cement yang lebih ramah lingkungan pada pekerjaan konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat.
"Terdapat juga beberapa pertimbangan terkait hal ini seperti dapat menurunkan emisi gas rumah kaca, mengoptimalkan penggunaan material konstruksi yang ramah lingkungan dan semen non OPC memiliki manfaat dari sisi lingkungan dengan spesifikasi sesuai pekerjaan kosntruksi," ujarnya.
Emiten berkode INTP ini juga menyambut baik kebijakan ini. Salah sau contoh ialah penggunaan semen PCC untuk pembangunan PLTU batang dan Tanjung Jati.
"Mereka berani pakai PCC dan hasilnya sangat baik. Lalu untuk portlan slag cement digunakan di Petimbang Port di Subang, Jawa Barat. Demikian juga hydraulic cement, sesuai dengan standar SNI 8912-2020 atau ASTM C1157," tuturnya.
Reporter: Dian Tami Kosasih