Liputan6.com, Chicago - United Airlines rugi USD 646 juta atau setara Rp 9,27 triliun pada kuartal IV. United Airlines menyatakan, lonjakan kasus COVID-19 merupakan faktor yang merusak penghasilan pada kuartal pertama.
Maskapai milik negara Pam Sam ini juga memperkirakan pendapatan kuartal I menyusut 20-25 persen dari yang sama pada 2019. Hal ini dipengaruhi biaya bahan bakar yang naik sekitar 15 persen.
Baca Juga
Varian COVID-19 omicron turut menghambat rencana United Airlines pada 2022. Maskapai ini pernah berharap untuk mengoperasikan penerbangan 5 persen lebih banyak daripada 2019. Namun, dengan kondisi yang ada, nampaknya justru akan melakukan penerbangan lebih sedikit daripada sebelum pandemi COVID-19.
Advertisement
United Airlines mengatakan Omicron merugikan pemesanan jangka pendek, tetapi prospeknya lebih baik untuk perjalanan di musim semi dan musim panas.
Maskapai yang berbasis di Chicago itu menyampaikan perusahaan berada di jalur yang tepat demi mencapai target keuangan jangka panjang pada 2023 dan 2026. Pejabat perusahaan dijadwalkan melakukan pembahasana hasil dengan analis pada Kamis, 20 Januari 2022.
Kerugian United pada kuartal IV pada 2020 sebesar USD 1,9 miliar. Sementara laba pada kuartal IV-2019 sebesar USD 641 juta. Realisasi itu belum termasuk item-item khusus lainnya.
United Airlines mengungkapkan kerugian hasil koreksi menjadi USD 1,60 per saham. Sedangkan Analis memperkirakan penyusutan yang lebih luas sebesar USD 2,09 per saham, menurut survei FactSet.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja United Airlines
Pendapatan United Airlines mencapai USD 8,19 miliar atau lebih rendah 25 persen di bawah periode yang sama tahun 201. Namun ini justru angka melampaui perkiraan analis sebesar USD 7,96 miliar. Penumpang pun berkurang 28 persen daripada yang mereka lakukan dua tahun sebelumnya.
United kehilangan USD 1,96 miliar untuk seluruh 2021. Bahkan setelah mendapatkan suntikan dana USD 4 miliar dalam bantuan pandemi federal untuk membantu menutupi biaya tenaga kerja. Maskapai ini mengakhiri tahun dengan 84.100 karyawan. Jumlahnya berkurang dari akhir 2019 sebanyak 95.900 pegawai.
Reporter: Ayesha Puri
Advertisement