Mencermati Saham SIDO Usai Berbalik Arah Menghijau

Saham SIDO akhirnya ditutup di zona hijau pada perdagangan Kamis, 4 Agustus 2022. Saham SIDO naik 0,65 persen ke posisi Rp 770 per saham

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 04 Agu 2022, 18:13 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2022, 18:13 WIB
IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG menguat 0,34 persen atau 21 poin ke level 6.296 pada penutupan perdagangan Senin (13/1) sore ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) atau Sidomuncul terpantau mulai berbalik arah ke zona hijau, setelah sempat terkoreksi sejak 28 Juli 2022.

Mengutip data RTI, saham SIDO akhirnya ditutup di zona hijau pada perdagangan Kamis pekan ini. Saham SIDO naik 0,65 persen ke posisi Rp 770 per saham.

Saham SIDO berada di level tertinggi Rp 795 dan terendah Rp 765 per saham. Total volume perdagangan 186.848.403 saham dengan nilai transaksi Rp 145,2 miliar. Total frekuensi perdagangan 31.393 kali.

Saham SIDO cenderung melemah sejak 28 Juli 2022. Saham SIDO turun 0,51 persen ke posisi Rp 970 pada 28 Juli 2022. Kemudian koreksi berlanjut pada 29 Juli 2022 dengan turun 6,7 persen ke posisi Rp 905 per saham. Pada 1 Agustus 2022, saham SIDO tergelincir 6,63 persen ke posisi Rp 845.

Lalu saham SIDO turun 6,51 persen ke posisi Rp 790 per saham pada 2 Agustus 2022 dan susut  3,16 persen ke posisi Rp 765 per saham pada 3 Agustus 2022.

Secara umum, Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy menilai saham SIDO masih menarik untuk dicermati. Menurutnya, pelemahan harga saham beberapa waktu terakhir cukup wajar mengikuti kinerja perseroan yang mengalami penurunan.

"Tentu saja masih menarik, terutama setelah ada koreksi di harga sahamnya. Bisa diperhatikan untuk entry point bagi investor yang lebih long term," kata dia kepada Liputan6.com, Kamis (4/8/2022).

Sepanjang paruh pertama tahun ini, penjualan Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul turun 2,58 persen dibanding semester I 2021 menjadi 1,61 triliun. Sementara beban pokok penjualan naik 4,54 persen menjadi Rp 757,61 miliar. Sehingga laba bruto turun 8,13 persen menjadi Rp 845,49 miliar.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kontribusi

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Turunnya pendapatan utamanya karena penjualan segmen jamu herbal dan suplemen turun signifikan menjadi Rp 988,73 miliar pada semester I 2022, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,06 triliun.

Sementara dua segmen lainnya mengalami kenaikan. Seperti segmen makanan dan minuman yang naik menjadi Rp 544,82 miliar dibanding semester I 2021 sebesar Rp 526,24 miliar. Serta segmen farmasi yang masih tumbuh menjadi Rp 78,55 miliar dibanding sebelumnya Rp 67 miliar.

Sejalan dengan raihan itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 11,23 persen menjadi Rp 445,6 miliar dibanding semester I 2021 sebesar Rp 502 miliar. “Saham SIDO melemah karena adanya penurunan kinerja.

"Baik secara kuartalan maupun secara tahunan. Meskipun penurunan ini bisa dipahami, karena mengikuti pola konsumsi masyarakat terhadap produk SIDO yang mulai normalize,” terang Jimmy.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Dampak Kenaikan Harga Komoditas

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Hal senada juga diungkapkan manajemen Sido Muncul. Direktur Utama Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, David Hidayat mengakui adanya dampak dari kenaikan harga komoditas yang berimbas pada kenaikan harga bahan baku. Sehingga perseroan harus melakukan penyesuaian harga.

"Harga jual sudah kami sesuaikan untuk mempertahankan margin kotor perusahaan. Tetapi dampak lain dari inflasi ini adalah melemahnya daya beli masyarakat, ini yang menjadi tantangan kami," kata dia.

Sebelumnya, perseroan mematok target di kisaran 15 persen dari sisi penjualan. Meski begitu, perseroan akan mengevaluasi kembali target tersebut, menyesuaikan dengan pilar pertumbuhan di luar penjualan produk kesehatan domestik.

Misalnya seperti penjualan ekspor, penjualan bahan baku ekstraksi dan minyak atsiri dari PT Semarang Herbal Indoplant.

"Perseroan juga berupaya membuka pasar baru untuk produk B to B (B2B) dan mempercepat perluasan pasar ekspor ke negara-negara Eropa Timur yang bisa direalisasikan pada paruh kedua tahun ini,” imbuh David.

 

 


Kinerja Semester I 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel
Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel

Sebelumnya, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) atau disebut Sidomuncul mencatatkan penurunan kinerja sepanjang semester I 2022.

Pada periode tersebut, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 11,23 persen menjadi Rp 445,6 miliar dibanding semester I 2021 sebesar Rp 502 miliar.

Raihan itu sejalan dengan penjualan Sidomuncul yang turun 2,58 persen menjadi Rp 1,61 triliun pada semester I 2022, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,65 triliun.

Mengutip laporan keuangan perseroan, Senin (1/8/2022), turunnya pendapatan utamanya disebabkan penjualan segmen jamu herbal dan suplemen yang turun signifikan menjadi Rp 988,73 miliar pada semester I 2022, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,06 triliun.

Sementara dua segmen lainnya tercatat mengalami kenaikan. Seperti segmen makanan dan minuman yang naik menjadi Rp 544,82 miliar dibanding semester I 2021 sebesar Rp 526,24 miliar. Serta segmen farmasi yang masih tumbuh menjadi Rp 78,55 miliar dibanding sebelumnya Rp 67 miliar.

Saat penjualan turun, beban pokok penjualan justru naik 4,54 persen menjadi Rp 757,61 miliar. Sehingga laba bruto turun 8,13 persen menjadi Rp 845,49 miliar. 

 


Aset Perseroan

(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)
(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)

Pada semester I 2022, perseroan mencatatkan beban penjualan dan pemasaran sebesar Rp 195,25 miliar, beban umum dan administrasi Rp 119,87 miliar, dan beban lain-lain Rp 11 juta, dan pendapatan lain-lain Rp 19,25 miliar.

Pada saat bersamaan, perseroan mencatatkan penghasilan keuangan sebesar Rp 14,76 miliar dan biaya keuangan Rp 474 juta.

Dari rincian tersebut, setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan mampu mengantongi laba periode berjalan sebesar Rp 445,6 miliar. Turun 11,23 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 502 miliar.

Dari sisi aset Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul sampai dengan peruh pertama tahun ini tercatat sebesar Rp 3,57 triliun, turun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 4,07 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 1,77 triliun dan aset tidak lancar Rp 1,81 triliun.

Liabilitas juga mengalami penurunan menjadi Rp 337,18 miliar dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 597,79 miliar. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 284,34 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp 52,85 miliar. Sementara ekuitas hingga Juni 2022 juga turun menjadi Rp 3,24 triliun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 3,47 triliun.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya