Mengenal Teknik Multi Time Frame Analysis dalam Investasi Saham

Dalam time frame besar terlihat tren bullish, tetapi bisa jadi dalam time frame lebih kecil ada terjadi koreksi.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 27 Agu 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2022, 18:00 WIB
FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Pialang memeriksa kacamata saat tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Dalam dunia trading dan investasi saham, para investor maupun trader yang ingin meraih keuntungan setidaknya perlu memahami beberapa cara analisis dalam pergerakan harga saham. 

Umumnya dikenal ada dua analisis dalam dunia investasi yaitu analisis fundamental dan juga teknikal. Dalam analisis teknikal di dalamnya masih banyak cara-cara yang dapat dilakukan trader maupun investor untuk memprediksi pergerakan harga suatu saham, salah satunya yaitu menggunakan teknik Multi Time Frame Analysis. 

Investment Content Creator, Arvin Honami dalam sebuah webinar yang diselenggarakan Indonesia Investment Education (IIE), Sabtu (27/8/2022) menjelaskan sedikit mengenai teknik Multi Time Frame Analysis

Menurut Arvin, dalam analisis teknikal biasanya para investor melihat dari time frame besar yang kemudian dibongkar menjadi time frame yang lebih kecil. Hal tersebut dilakukan untuk melihat koreksi sejauh mana yang terjadi pada suatu saham. 

“Misalnya dalam sebuah saham dalam time frame terlihat sangat bullish, tetapi setiap ada reli, biasanya selalu disertai koreksi yang mungkin agak minor, baru dia akan naik lagi,” jelas Arvin.

Arvin memaparkan ketika dalam suatu time frame besar sudah terlihat trennya bullish, tetapi bisa jadi dalam time frame lebih kecil ada terjadi koreksi. 

“Kita sudah tahu nih time frame rally sudah sangat bullish secara time frame besar. Lalu kalau untuk aku sebelum entry ke pasar, aku melihat time frame  kecilnya untuk memastikan apakah ini rally atau koreksi,” ujar Arvin. 

Mudahnya, menurut Arvin ketika melihat saham, mungkin secara harian terjadi rally kemudian ada sedikit koreksi, tetapi karena secara time frame besar tidak terlihat jelas koreksi tersebut, maka investor bisa menggunakan time frame yang lebih kecil misalnya dalam 1 jam. 

“Jadi, ketika menggunakan time frame yang lebih kecil kita bisa melihat lebih jelas pergerakan, misalnya ada pola koreksi,” lanjut Arvin.

Maka dari itu, para investor perlu melihat pergerakan harga dari time frame besar dan time frame kecil. Adapun dalam analisis teknikal Arvin mengungkapkan ada rumus yang biasa digunakan. 

“Misalnya time frame besar menggunakan waktu satu hari, maka time frame kecil bisa menggunakan waktu 1 jam. Jika menggunakan 4 jam untuk time frame besar, maka bisa dipasangkan dengan 30 menit. Jadi perubahannya kaya 2 level ke bawah,” jelas Arvin. 

Meskipun begitu, para investor juga bisa menggunakan time frame yang berbeda dengan rumus, misalkan untuk time frame besar menggunakan waktu 1 hari, tetapi time frame kecil menggunakan waktu lebih kecil dari 1 jam untuk melihat lebih jelas pergerakan harga. 

“Adapun, Multi time frame analysis uga harus dikombinasikan dengan tools lain. Jadi investor tak hanya kenal teknikal tetapi juga harus tau makro, isu terkini apa,” pungkas Arvin.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya