Liputan6.com, Jakarta - Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Wijaya Karya Tbk (RUPST WIKA) pada Jumat (25/4/2025) memutuskan sejumlah agenda, salah satunya menyepakati laporan keuangan 2024.
Dalam laporannya, sepanjang 2024 WIKA mencatatkan capaian penting dalam penguatan kinerja keuangan. Wijaya Karya berhasil menurunkan utang Perseroan melalui pelunasan utang usaha sebesar Rp3,29 triliun, serta utang Obligasi/ Sukuk senilai Rp1,18 triliun.
Advertisement
Baca Juga
Langkah ini menunjukkan komitmen WIKA untuk terus menjalankan penyehatan keuangan serta menjaga kepercayaan pemangku kepentingan.
Advertisement
RUPST juga berhasil menghasilkan keputusan strategis bagi Perseroan serta menyetujui laporan kinerja Perseroan sepanjang 2024, yang dilaksanakan dalam tujuh mata acara sesuai dengan undangan RUPST yang telah disampaikan kepada para pemegang saham pada 27 Maret 2025.
Beberapa agenda dalam RUPST tersebut di antaranya persetujuan atas Laporan Tahunan Perseroan termasuk Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris serta mengesahkan Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Program Pendanaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil (PUMK) Tahun Buku 2024.
Dalam kesempatan yang sama, para pemegang saham juga menyetujui pemberian pelunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya (volledig acquit et de charge) kepada Direksi atas tindakan pengurusan serta kepada Dewan Komisaris atas tindakan pengawasan selama tahun buku 2024.
"Selain itu, pemegang saham juga menyetujui penunjukan Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan Publik untuk mengaudit Laporan Keuangan Konsolidasi Perseroan dan Laporan Keuangan PUMK Tahun Buku 2025. Rapat juga memutuskan penetapan gaji, honorarium, fasilitas, dan tunjangan bagi Direksi dan Dewan Komisaris untuk Tahun Buku 2025, serta tantiem atau insentif atas kinerja di Tahun Buku 2024,” demikian seperti dikutip dari keterangan resmi, Jumat pekan ini.
Susunan Pengurus
Laporan realisasi penggunaan tambahan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) serta dana hasil Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu II (PMHMETD II) hingga akhir 2024 turut dilaporkan dalam RUPST.
Rapat juga menyetujui perubahan penggunaan dana PMN yang merupakan bagian dari PMHMETD II, sebagai langkah penyesuaian terhadap dinamika kebutuhan modal kerja penyelesaian proyek strategis nasional.
Sebagai bentuk penyelarasan terhadap ketentuan terbaru dan penguatan struktur organisasi, RUPST juga mengesahkan perubahan Anggaran Dasar Perseroan, serta menyetujui perubahan susunan pengurus perusahaan.
Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi WIKA yang disahkan dalam RUPST adalah sebagai berikut:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Jarot Widyoko
Komisaris Independen : Suryo Haproso Tri Utomo
Komisaris Independen : Adityawarman
Komisaris Independen : Rusmanto
Komisaris Independen : Harris Arthur Hedar
Komisaris: Firdaus Ali
Dewan Direksi
Direktur Utama: Agung Budi Waskito
Direktur Operasi I: Hananto Aji
Direktur Operasi II: Harum Akhmad Zuhdi
Direktur Keuangan: Adityo Kusumo
Direktur Manajemen Sumber Daya Manusia dan Transformasi: Hadjar Seti Adji
Direktur Manajemen Risiko dan Legal: Sumadi
"RUPST Tahun Buku 2024 ini menandai komitmen WIKA untuk terus berupaya meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan kesinambungan bisnis melalui pengambilan keputusan yang kolektif dan strategis. Dengan dukungan para pemegang saham, WIKA siap melangkah menghadapi tantangan dan peluang pada 2025 dengan semangat transformasi yang berkelanjutan," demikian seperti dikutip.
Advertisement
Wijaya Karya Bidik Proyek LPG Tuban Rampung pada 2026
Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) menargetkan proyek Terminal LPG Refrigerated Tuban di Jawa Timur akan selesai pada semester 2 2026.
Proyek yang dimiliki oleh PT Pertamina Energy Terminal ini telah mencapai progres konstruksi sebesar 44,4%, dan menjadi salah satu upaya mewujudkan swasembada energi nasional melalui percepatan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN).
Perseroan mengungkapkan, proyek ini diharapkan mampu meningkatkan pasokan LPG nasional hingga 40% ke area Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi. Proyek ini juga diharapkan akan menjadi tulang punggung stabilitas energi di kawasan Indonesia Timur.
irektur Utama WIKA, Agung Budi Waskito (BW), menyatakan proyek ini merupakan proyek yang strategis untuk masa depan energi Indonesia.
"Proyek ini penting dan strategis untuk mewujudkan kemandirian energi dan kesejahteraan masyarakat, khususnya untuk meningkatkan swasembada energi di wilayah Timur Indonesia” ujar Agung dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (14/2/2025).
Dalam pelaksanaannya, pekerjaan konstruksi dilakukan secara onshore dan offshore. Salah satu pekerjaan onshore yang WIKA kerjakan adalah pemasangan pipe rack. Wijaya Karya menggunakan inovasi modular untuk mempercepat dan mempermudah pemasangan pipe rack tersebut.
Proses pelaksanaan inovasi modul dimulai dengan merakit rangkaian struktur baja dan pipa yang disusun di area fabrikasi. Modul ini kemudian diangkat dan ditempatkan pada posisi yang telah ditentukan.
Metode ini sejalan dengan inisiatif lean construction Perseroan, karena pembuatan modul ini dapat dilakukan tanpa harus menunggu struktur bangunan selesai dikerjakan sehingga mempercepat proses pelaksanaan.
Manfaat Sosial
Selain berkontribusi pada ketahanan energi, proyek LPG Refrigerated di Tuban juga memiliki manfaat sosial yang besar, karena mampu membuka lapangan kerja lokal serta meningkatkan keterampilan tenaga kerja di wilayah sekitar, ungkap WIKA.
Selain itu, proyek ini juga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dengan melibatkan UMKM lokal.
“WIKA optimistis bahwa proyek ini akan menjadi salah satu tonggak penting dalam penguatan sistem energi nasional, sekaligus memperkokoh posisi Perseroan sebagai champion kontraktor dalam pembangunan proyek-proyek EPCC di Indonesia,” terang perusahaan pelat merah itu.
WIKA Dapat Kontrak Baru Rp 19,96 Triliun pada November 2024
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) telah meraih kontrak baru sebesar Rp 19,96 triliun di November 2024. Perolehan ini menandai peningkatan sebesar 17,6% dibandingkan capaian Oktober yang tercatat Rp 16,98 triliun.
Kontrak baru tersebut juga turut menambah perolehan kontrak berjalan Wijaya Karya, hingga November 2024 total kontrak pekerjaan perseroan mencapai Rp 64,37 triliun.
Advertisement
