Pemerintah Bakal Setop Ekspor Timah, PT Timah Minta Kepastian Serapan Dalam Negeri

PT Timah Tbk (TINS) melalui anak usahanya, PT Timah Industri akan difokuskan dalam mendorong hilirisasi timah di dalam negeri.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 02 Sep 2022, 20:52 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2022, 20:52 WIB
PT Timah (Persero) Tbk (TINS)
(Foto: PT Timah)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana melarang ekspor bahan tambang mentah, termasuk timah. Pemerintah nantinya masih akan memperbolehkan ekspor timah tetapi dalam bentuk produk jadi atau hasil hilirisasi. Sayangnya, kebijakan ini belum dibarengi kesiapan penyerapan di dalam negeri.

Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Abdullah Umar Baswedan menilai pemerintah perlu untuk mengkaji lebih lanjut dari sisi permintaan. Sehingga ketika larangan ekspor dijalankan, perusahaan lebih siap melakukan distribusi.

“Masalahnya, apakah seluruh produksi yang kita hasilkan, terutama produk nasional itu bisa diserap oleh industri hilir ini. Faktanya, PT Timah itu yang kita ekspor 95 persen, 5 persennya untuk konsumsi dalam negeri. Kalau di luar PT Timah ,mungkin hampir semuanya diekspor," kata Umar kepada awak media di Jakarta, Jumat (2/9/2022).

Di saat bersamaan, Umar mengatakan pemerintah masih membuka keran impor untuk produk hilirisasi. Harapannya, ketika kebijakan pembatasan ekspor diimplementasikan, pemerintah juga membatasi impor. Sehingga hasil hilirisasi dalam negeri dapat terserap secara optimal.

“Kalau ekspornya dibatasi impornya harus ditutup. Kami yakin pemerintah memperhitungkan itu," imbuh Umar.

Sehubungan dengan rencana itu, Direktur Operasi PT Timah Tbk Purwoko menyampaikan, perseroan melalui anak usahanya, PT Timah Industri akan difokuskan dalam mendorong hilirisasi timah di dalam negeri.

“Pada 2008 itu diputuskan Timah Industri menjadi lini anak usaha yang fokus pada hilirisasi logam timah, kemudian pada 2010 Timah Industri ini membangun pabrik tin chemical dan tin solder,” kata Purwoko sebelumnya.

Sejak saat itu ia mengaku sumbangan yang dihasilkan oleh PT Timah Industri ini cukup besar. Sehingga, langkah pengoptimalan anak usaha ini dipandang realistis. Ke depannya, Purwoko berharap kapasitas produksi Timah Industri dapat terus ditingkatkan. Sehingga nantinya berdampak pada pendapatan perseroan.

 

Target Produksi

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Diberitakan sebelumnya, PT Timah Tbk (TINS) menargetkan volume produksi bijih timah mencapai 35 ribu ton. Sekretaris Perusahaan Timah Abdullah Umar optimistis perseroan dapat merealisasikan target tesebut, meski diakui realisasi hingga semester I 2022 cenderung turun.

"Kalau target masih sekitar 30—35 ribu ton bijih timah. Target ini naik dibanding realisasi tahun lalu,” kata Abdullah kepada awak media di Jakarta, Jumat, 2 September 2022.

Produksi bijih timah perseran tahun lalu yakni sebesar 24.670 ton. Turun dibandig realisasi tahun sebelumnya sebesar 39.757 ton. Semantara realisasi produksi bijih timah pada semester I 2021 tercatat sebesar 9.901 ton atau turun 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 11.457 ton.

Dari jumlah tersebut 39 persen atau 3.829 ton berasal dari penambangan darat, sedangkan sisanya 61 persen atau 6.072 ton berasal dari penambangan laut. Produksi logam timah semester I 2022 turun sebesar 26 persen menjadi 8.805 Mton dari semester I 2021 sebesar 11.915 Mton.

"Walaupun semester I 2022 peoduksi masih sedikit, kita kejar di semster II. Hanya ya tadi, kita sedang tambah alat dan kemitraan,” imbuh dia.

Abdullah menuturkan, penurunan produksi perseoran ditengarai oleh beberapa hal. Salah satunya, lantara harga timah tengah melambung, masyarakat banyak yang melakukan penambangan dengan ketentuan disparitas atau kompensasi.

"Kita kerja sama kemitraan dengan penambang lokal. Ada kompensasi ketika mereka menambang di tempat kia, tapi karena harga logam naik tinggi, ada peoduksi dari lokasi yang ditambang mereka tapi enggak masuk ke kita," ujar Abdullah. 

Harga jual rerata logam timah pada paruh pertama tahun ini mencaai USD 41.110 per Mton atau naik signifikan 48 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 27.858 per Mton.

Kinerja Semester I 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2022. Pada periode tersebut, perseroan membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,08 triliun. Laba itu naik 300,67 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 270 miliar.

"Meningkatnya laba bersih didukung cantiknya performa harga jual logam timah selama periode semester I 2022, dengan rerata harga 41.110 USD/Mton. Membaiknya profitabilitas perseroan terlihat pula dari naiknya EBITDA sebesar 82 persen menjadi Rp 1,9 triliun dibanding semester I 2021 sebesar Rp 1 triliun," ungkap Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk, Fina Eliani dalam keterangan resmi, Kamis, 1 September 2022.

Melansir laporan keuangan perseroan yang disampaikan kepada Bursa efek Indonesia (BEI), pendapatan PT Timah Tbk pada semester I 2022 tercatat sebesar Rp 7,48 triliun. Pendapatan itu naik 27,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 5,87 triliun.

Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 5,5 triliun dari Rp 4,74 triliun pada semester I 2021. Meski begitu, laba bruto masih tumbuh 75,01 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,13 triliun.

Pada periode yang sama, beban umum dan administrasi tercatat sebesar Rp 459,14 miliar, beban penjualan Rp 91,13 miliar, beban keuangan Rp 101,14 miliar. Kemudian pendapatan keuangan tercatat sebesar Rp 11,49 miliar, pendapatan lain-lain Rp 49,45 miliar, dan bagian atas laba bersih entitas asosiasi sebesar Rp 18,17 miliar.

Aset Perseroan

(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)
(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)

Dari rincian tersebut, setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan berhasil mengantongi laba bersih periode berjalan sebesar Rp 1,08 triliun. Naik 300,63 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 270,09 miliar.

"Untuk menjaga pertumbuhan kinerja, TINS memacu kinerja anak usaha. Kontribusi anak usaha PT Timah Tbk yang semula hanya 5 persen‐10 persen, maka pada 2022 kontribusi tersebut diperkirakan meningkat menjadi 28 persen terhadap laba bersih perusahaan," ujar Fina.

Posisi nilai aset perseroan sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 14,4 triliun atau turun 2 persen dibandingkan akhir tahun lalu sebesar Rp 14,7 triliun. Posisi liabilitas sebesar Rp 7,3 triliun atau turun 13 persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 8,4 triliun. Sedangkan posisi ekuitas naik 12 persen menjadi Rp 7,1 triliun dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 6,3 triliun.

Posisi kas dan setara kas perseroan naik 51 persen menjadi Rp 1,9 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,3 triliun. Pinjaman bank dan utang obligasi pada semester I 2022 turun signifikan menjadi Rp 3,6 triliun dari sebelumnya Rp 5,1 triliun.

Produksi Perseroan

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Produksi bijih timah pada semester I 2022 tercatat sebesar 9.901 ton atau turun 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 11.457 ton.

Dari jumlah tersebut 39 persen atau 3.829 ton berasal dari penambangan darat, sedangkan sisanya 61 persen atau 6.072 ton berasal dari penambangan laut. Produksi logam timah 6M22 turun sebesar 26 persen menjadi 8.805 Mton dibandingkan semester I 2021 sebesar 11.915 Mton.

Adapun penjualan logam timah tercatat sebesar 9.942 Mton atau turun sebesar 21 persen dibandingkan semester I 2021 sebesar 12.523 Mton. Harga jual rerata logam timah pada semester I 2022 sebesar USD 41.110 per Mton atau naik signifikan 48 persen dibandingkan semester I 2021 sebesar USD 27.858 per Mton.

Pada penutupan perdagangan Kamis, 1 September 2022, saham TINS melemah 0,33 persen ke posisi Rp 1.490 per saham.

Saham TINS dibuka merosot 15 poin ke posisi Rp 1.480 per saham. Saham TINS berada di level tertinggi Rp 1.495 dan terendah Rp 1.470 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.352 kali dengan volume perdagangan 100.034 saham. Nilai transaksi harian saham Rp 14,8 miliar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya