Antam Tangkap Peluang Kerja Sama Global Bangun Pabrik Nikel Kelas Satu

Pada Maret 2022, Antam bersama IBC telah menandatangani dua perjanjian awal dengan perusahaan Ningbo Contemporary Brunp Lygen (CBL) dan LG Corporations.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Sep 2022, 14:54 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2022, 14:54 WIB
Logo PT Aneka Tambang Tbk atau Antam.
Logo PT Aneka Tambang Tbk atau Antam.

Liputan6.com, Jakarta - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) bersama Indonesia Battery Corporation (IBC) telah menandatangani perjanjian untuk pengembangan bisnis baterai kendaraan listrik.

Perjanjian ini sebagai upaya penjajakan kerja sama global untuk mengembangkan pabrik nikel kelas satu yang menjadi bahan utama baterai kendaraan listrik dan smelter.

Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (Antam) Nico Kanter menuturkan, perseroan dan IBC berada di bawah naungan Inalum dan MIND ID menandatangani framework agreement yang akan menjadi dasar bukan hanya pembangunan smelter, tapi juga turunan katoda precursor dan baterai sampai daur ulang baterai juga dibangun di Indonesia. Nico menyampaikan hal itu saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, Senin, (12/9/2022), seperti dikutip dari Antara.

Nico menuturkan, nikel memiliki dua jenis yaitu nikel kelas satu yang dimanfaatkan untuk baterai kendaraan listrik dan nikel kelas dua yang digunakan untuk produk stainless steel.

Ia menilai, pabrik-pabrik di Indonesia termasuk yang ada di Sulawesi Tenggara selama ini hanya mengolah nikel kelas dua menjadi nickel pig iron atau feronikel yang kemudian diturunkan menjadi stainless steel.

Sedangkan, nikel kelas satu adalah nikel yang diproduksikan menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP) atau mixed sulphide precipitate (MSP) berupa bahan-bahan yang digunakan untuk menjadi prekursor atau katoda yang akhirnya menjadi baterai kendaraan listrik.

"Jadi (nikel) kelas satu ini memang belum ada pabriknya di Indonesia, tapi kami sudah menandatangani beberapa perjanjian kerja sama untuk bangun smelter prekursor dan juga baterai,” kata dia.

 

 

Konsorsium

Harga emas pegadaian naik
Petugas memperihatkan emas batangan yang dijual di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Jumat (25/3/2022). Harga emas Antam di Pegadaian kembali naik. Hari ini harga emas Antam naik Rp 6.000 menjadi Rp 1 juta per gram, pada 25 Maret 2022. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada Maret 2022, Antam bersama IBC telah menandatangani dua perjanjian awal dengan perusahaan Ningbo Contemporary Brunp Lygen (CBL) asal China dan LG Corporations asal Korea Selatan.

Kedua, perusahaan asing itu adalah konsorsium yang ikutsertakan tidak hanya ahli membangun pabrik tetapi juga katoda dan baterai kendaraan listrik.

Dalam konsorsium itu, Antam berada di sektor hulu seiring memiliki ekuitas terbesar dan sumber daya alam berupa nikel. Antam juga teken kontrak usaha patungan atau joint venture agreement (JVA) dengan CBL.

“Kami sebagai pemilik resource tentunya memiliki ekuitas terbesar. Jadi, nanti di dalam JVA, kami memiliki 51 persen dan CBL ataupun LG akan memiliki 49 persen,” kata Nico.

Selanjutnya setelah hulu akan masuk ke pembangunan smelter untuk menghasilkan produk turunan yang akan diolah menjadi katoda dan prekursor.

Di dalam kontrak usaha patungan smelter itu, komposisi kepemilikan Antam dan IBC hanya 40 persen dan sisanya 60 persen dimiliki oleh CBL dan LG.

CBL membangun pabriknya di Halmahera Timur, Maluku Utara, begitu juga dengan LG hanya daerah saja yang berbeda. Sedangkan pabrik turunan berikutnya dicanangkan di Batang, Jawa Tengah. “Kami akan masuk ke dalam industri baterai kendaraan listrik, jadi tidak lagi hanya di stainless steel untuk turunan terakhirnya,” ujar Nico.

Kinerja Semester I 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) membukukan kinerja keuangan positif sepanjang semester I 2022. Hal ini ditunjukkan dari pertumbuhan penjualan dan laba selama enam bulan pertama 2022.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Aneka Tambang Tbk meraih laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 1,52 triliun pada semester I 2022. Laba perseroan tumbuh 31,49 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 1,16 triliun.

Pertumbuhan laba tersebut didukung kenaikan penjualan sebesar 8,67 persen pada semester I 2022. PT Aneka Tambang Tbk mengantongi penjualan Rp 18,77 triliun jika dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 17,27 triliun.

Beban pokok penjualan tercatat Rp 14,74 triliun pada semester I 2022. Beban pokok penjualan naik 4,51 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 14,10 triliun. Laba kotor bertambah 27,16 persen menjadi Rp 4,02 triliun pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,16 triliun.

Perseroan mencatat beban usaha naik 56,26 persen dari Rp 1,64 triliun pada semester I 2021 menjadi Rp 2,56 triliun pada semester I 2022. Dengan demikian laba usaha perseroan turun 4,09 persen menjadi Rp 1,46 triliun pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,52 triliun.

 

Kinerja Perseroan

Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel
Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel

Perseroan membukukan kenaikan keuntungan entitas asosiasi sebesar Rp 555,31 miliar pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 241,78 miliar. Perseroan mencatat laba selisih kurs naik menjadi Rp 261,74 miliar pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 135,25 miliar.

Dengan melihat kondisi itu, PT Aneka Tambang Tbk membukukan laba bersih per saham dasar dan dilusi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 63,50 pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 48,29.

Total ekuitas tercatat Rp 21,47 triliun pada semester I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 20,83 triliun. Total liabilitas turun menjadi Rp 10,78 triliun pada semester I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 12,07 triliun.

Aneka Tambang membukukan aset Rp 32,25 triliun pada semester I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 32,91 triliun. Kas dan setara kas perseroan tercatat Rp 3,23 triliun pada semester I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 5,08 triliun.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya