Penjualan Kalbe Farma Sentuh Rp 21,18 Triliun hingga September 2022

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba bersih hingga September 2022.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 31 Okt 2022, 17:10 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2022, 17:10 WIB
Ilustrasi Gedung Kalbe Farma (Foto: PT Kalbe Farma Tbk/KLBF)
Ilustrasi Gedung Kalbe Farma (Foto: PT Kalbe Farma Tbk/KLBF)

Liputan6.com, Jakarta - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mencatatkan kinerja positif hingga kuartal III 2022. Kalbe Farma membukukan penjualan neto senilai Rp 21,18 triliun meningkat 10,94 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 19,09  triliun. 

Mengutip laporan keuangan Kalbe Farma, Senin (31/10/2022), beban pokok penjualan hingga kuartal III 2022 mencapai Rp 12,44 triliun atau meningkat 15,07 persen dari realisasi sebelumnya sebesar Rp 10,81 triliun.

Kemudian, laba bruto meningkat 5,56 persen menjadi Rp 8,73 triliun per kuartal III 2022 dari Rp 8,27 triliun per kuartal III 2021. Sedangkan, beban penjualan senilai Rp 4,37 triliun.

Hingga akhir kuartal III 2022 KLBF mengantongi laba bersih sebesar Rp 2,48 triliun. Laba ini meningkat 8,77 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2,28 triliun

Dengan demikian, laba per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 53,43 per saham dari periode yang saham tahun sebelumnya Rp 48,81.

Sementara itu, aset senilai Rp 26,18 triliun hingga kuartal III 2022 meningkat dari akhir tahun lalu sebesar Rp 25,66  triliun. Liabilitas Kalbe Farma sebesar Rp 5,03 triliun hingga kuartal III 2022 meningkat dari akhir tahun lalu sebesar Rp 4,40 triliun.

Sedangkan, ekuitas tercatat sebesar Rp 21,14  triliun hingga kuartal III 2022 menurun dari akhir tahun lalu Rp 21,26 triliun.

Target 2022

Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada 2022, dengan kondisi ekonomi yang mulai kembali pulih dan ekspektasi transisi COVID-19 ke arah endemi, Perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan bersih 2022 menjadi sebesar 11 persen-15 persen dengan proyeksi pertumbuhan laba bersih sekitar 11 persen-15 persen.

Walaupun menghadapi ketidakpastian yang meningkat karena krisis geopolitik global, Perseroan berupaya menjaga ketersediaan produk dan meminimalkan dampak kenaikan harga bahan baku dengan melakukan efisiensi biaya dan strategi pengelolaan harga.

Perseroan juga mempertahankan anggaran belanja modal sebesar Rp 1 triliun yang akan digunakan untuk perluasan kapasitas produksi dan distribusi. Rasio pembagian dividen dipertahankan pada rasio 45 persen-55 persen, dengan memperhatikan ketersediaan dana dan kebutuhan pendanaan internal.

Optimisme Perseroan untuk tumbuh mendorong Perseroan terus konsisten melakukan aktivitas riset dan pengembangan. Melalui sinergi ABGC (Akademisi, Business, Government dan Komunitas), Perseroan terus berkolaborasi menghasilkan produk dan layanan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (hilirisasi produk) dan mampu memberikan kontribusi pada performa bisnis Perseroan.

Di lain pihak, Perseroan membuka kerja sama dengan berbagai pihak, baik dalam bentuk joint-venture, akusisi atau bentuk kerja sama bisnis lainnya. Di antaranya, Perseroan melalui PT Kalbe Genexine Biologics (KGBio) melakukan kolaborasi riset dan uji klinis dengan pihak ketiga untuk produk penemuan baru (novel products) di beberapa negara di Asia Tenggara, Australia dan Timur Tengah.

 

 

 

Caplok 100 Persen Saham Aventis

Ilustrasi Akuisisi, Kesepakatan Bisnis
Ilustrasi Akuisisi, Kesepakatan Bisnis

Sebelumnya, PT Kalbe Farma Tbk Tbk (KLBF) caplok 100 persen saham PT Aventis Pharma. Hal ini setelah perseroan teken perjanjian pembelian saham dengan PT Usaha Minidin Raya pada 20 Oktober 2022.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Selasa (25/10/2022), PT Kalbe Farma Tbk dan PT Usaha Minidin telah menandatangani perjanjian pembelian saham untuk mengalihkan kepemilikan saham Aventis Pharma milik Usaha Minidin kepada perseroan.

Melalui transaksi tersebut, perseroan akan peroleh 20 persen kepemilikan atas PT Aventis Pharma. Perseroan sebelumnya telah menandatangani perjanjian pembelian saham dengan Sanofi Aventis Participations dan Hoechst GMBH pada 22 Juli 2022 untuk ambil alih 80 persen kepemilikan pada PT Aventis Pharma.

"Dengan demikian, secara keseluruhan perusahaan telah menandatangani perjanjian pembelian saham atas 100 persen saham PT Aventis Pharma,” tulis manajemen perseroan.

Adapun transaksi tersebut diharapkan berdampak positif terhadap kinerja perseroan terutama divisi obat resep. “Penyelesaian transaksi tersebut masih bergantung pada pemenuhan beberapa persyaratan pada perjanjian pembelian saham,” tulis perseroan.

 

Realisasi Belanja Modal Semester I 2022

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) telah merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp 282 miliar pada paruh pertama 2022.

Sekretaris Perusahaan Kalbe Farma, Lukito Kurniawan Gozali mengatakan, sebagian besar belanja modal tahun ini dialokasikan untuk pemeliharaan alat produksi.

“Realisasi capex Rp 288 miliar untuk semester I 2022. Kita target capex tahun ini Rp 1 triliun. Tahun depan juga Rp 1 triliun,” kata Lukito dalam Public Expose Live 2022, Selasa (13/8/2022).

Secara keseluruhan, sebesar Rp 300-400 miliar dari belanja modal dialokasikan untuk biaya pemeliharaan alat produksi atau maintenance. Seemntara sisanya akan digunakan untuk mendanai proyek-proyek kecil di masa mendatang.

Di tengah kondisi ekonomi yang mulai kembali pulih dan ekspektasi transisi Covid-19 ke arah endemi, perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih hingga akhir tahun masing-masing tumbuh 11–15 persen yoy. Optimisme Perseroan untuk tumbuh mendorong Perseroan terus konsisten melakukan aktivitas riset dan pengembangan.

Walaupun menghadapi ketidakpastian yang meningkat karena krisis geopolitik global, perseroan berupaya menjaga ketersediaan produk dan meminimalkan dampak kenaikan harga bahan baku dengan melakukan efisiensi biaya dan strategi pengelolaan harga.

"Perseroan menggabungkan strategi pengelolaan portofolio produk, mengelola efektivitas kegiatan penjualan dan pemasaran, melakukan transformasi pemanfaatan teknologi digital, serta mengendalikan biaya-biaya operasional lainnya untuk mempertahankan tingkat laba usaha,” ungkap Lukito.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya