Jurus Sido Muncul Hadapi Pelemahan Rupiah

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) atau Sido Muncul mengakui adanya kenaikan harga bahan baku.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 17 Nov 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2022, 06:00 WIB
Pabrik Sido Muncul
Pabrik Sido Muncul (Foto: Arthur Gideon/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tengah berada pada tren pelemahan. Hal ini rupanya berimbas pada operasional sejumlah emiten. Secara umum, emiten dengan ekspor tinggi akan menuai berkah dari kondisi ini. Sebaliknya, emiten dengan impor tinggi akan terdampak negatif.

Meski minim, Emiten farmasi dan jamu, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) atau Sido Muncul mengakui adanya kenaikan harga bahan baku. Sehingga mau tak mau perseroan melakukan strategi untuk mempertahankan kinerja perseroan agar tetap positif.

"Pelemahan rupiah sebenarnya tidak terlalu berdampak, karena hanya 20 persen bahan baku/kemasan yang harganya dipengaruhi kurs USD, meskipun dibeli dari trader lokal. Namun kenaikan harga bahan memang akan meningkatkan harga pokok produk, tapi hal ini telah diantisipasi dengan adanya kenaikan harga jual,” kata Direktur Utama Sido Muncul David Hidayat kepada LIputan6.com, ditulis Kamis (17/11/2022)

Sebagai gambaran, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa, 16 November 2022 pagi melemah seiring pernyataan pejabat bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed), yang akan terus memerangi inflasi. Rupiah melemah 25 poin atau 0,16 persen ke posisi 15.545 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.520 per dolar AS.

Meski begitu, Sido Muncul cukup optimistis kinerja perusahaan akan tetap terjaga, seiring dengan pulihnya permintaan pada kuartal IV 2022.

"Kami masih optimis bahwa kinerja perusahaan akan lebih baik, mengingat adanya trend peningkatan penjualan pada kuartal IV ini dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya,” imbuh David.

 

Kinerja Perseroan

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector
Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

Hingga September 2022, perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp 2,61 triliun, turun 5,86 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,78 triliun. Sayangnya, laba periode berjalan justru turun 16,76 persen menjadi Rp 720,45 miliar dibandingkan September 2021 sebesar Rp 865,5 miliar.

Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Leonard menuturkan, penurunan kinerja ini disebabkan oleh normalisasi permintaan produk-produk kesehatan konsumen dari basis yang tinggi pada kuartal III 2021 karena adanya penyebaran varian Delta.

"Namun dengan melihat peningkatan kinerja pada kuartal III dibandingkan kuartal II 2022, kami optimis permintaan produk kesehatan terutama herbal masih terus bertumbuh," kata Leonardo.

Memang, kinerja perseroan mengalami perbaikan jika dibandingkan secara kuartalan. Penjualan naik 37 persen dan laba bersih 83 persen dibandingkan kuartal II 2022. Dalam perspektif jangka panjang, Leonardo menguraikan kinerja perseroan masih mencerminkan perusahaan yang solid dengan CAGR (2019–2021) tercatat dua digit, yaitu 14 persen pada penjualan dan 25 persen pada laba bersih.

 

Menakar Prospek Saham SIDO hingga Akhir 2022

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, analis menilai prospek saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) atau disebut Sido Muncul berpotensi bergerak positif. Namun, perlu dicermati juga bagaimana kinerja dari emiten SIDO. 

"Prospek saham SIDO masih memiliki potensi bergerak positif, tetapi perlu dicermati juga bagaimana kinerja dari emiten SIDO mengingat saat ini Laporan keuangan kuartal III secara topline mengalami penurunan,” kata Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis kepada Liputan6.com, ditulis Rabu (2/11/2022).

Meski demikian, kenaikan harga komoditas serta pelemahan nilai tukar rupiah bisa menjadi penghambat bagi kinerja saham SIDO. 

“Selain itu, menurunnya pendapatan dari segmen jamu herbal dan suplemen menyebabkan top line tercatat menurun,” kata dia.

Dengan demikian, prospek kinerja Sido Muncul hingga akhir tahun ini berpeluang tertekan. Lantaran, menurunnya kasus COVID-19 masih bisa menurunkan pendapatan dari jamu herbal dan suplemen.

“Prospek kinerja SIDO hingga akhir tahun masih dapat tertekan mengingat menurunnya kasus COVID-19 masih dapat menurunkan pendapatan dari jamu herbal dan suplemen,” ungkapnya.

 

Gerak Saham SIDO

IHSG
Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bagi investor yang ingin membeli saham SIDO, bisa melakukan wait and see terlebih dahulu.

“Untuk saham SIDO bisa dilakukan wait and see terlebih dahulu, jika mengalami penurunan dan menembus support 715 kemungkinan akan melanjutkan penurunan ke area support selanjutnya 7,05-700, jika mengalami kenaikan bisa dilakukan trading buy dengan resistance 750-770,” ujar dia.

Sementara itu, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM menuturkan, SIDO mulai mengalami perbaikan kinerja pada kuartal III 2022. 

"Walaupun secara tahunan mengalami penurunan namun secara kuartalan ada pertumbuhan 83 persen. Salah satunya adanya lonjakan pendapatan pada kuartal III 2022 tumbuh 37 persen secara kuartalan,” kata dia.

Roger prediksi, kinerja Industri Farmasi dan Sido Munculke depan mulai ada perbaikan seiring adanya penurunan bahan baku. Sehingga margin emiten bisa membaik lagi ke depan.

"Kami prediksi bahan baku  (khususnya komoditi) mulai melunak pada kuartal IV  ini sehingga bisa memberikan sentimen positif ke emiten konsumer,” pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya