IATA Catat Pendapatan Setara Rp 2,6 Triliun hingga November 2022

PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) membukukan pertumbuhan pendapatan dan laba hingga November 2022.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 03 Jan 2023, 19:14 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2023, 19:14 WIB
Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Liputan6.com, Jakarta - PT MNC Energy Investments Tbk (IATA atau Perseroan) mencatatkan pendapatan sebesar USD 166,6 juta atau sekitar Rp 2,6 triliun (asumsi kurs Rp 15.613 per dolar AS) hingga November 2022, melonjak 130,2 persen year on year (yoy) dari USD 72,4 juta tahun lalu. 

Bahkan, pendapatan tersebut mengalahkan kinerja tahun fiskal (FY) 2021 dengan selisih yang signifikan, yaitu  meningkat 110,5 persen dibandingkan dengan keseluruhan kinerja 2021 sebesar USD 79,1 juta.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (3/1/2023), EBITDA MNC Energy Investments pada 11 bulan 2022 tumbuh positif 127,6 persen mencapai USD 66,3 juta, dari USD 29,1 juta pada periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut menjadikan laba bersih IATA naik 100,1 persen yoy dari USD 22,9 juta pada November 2021 menjadi USD 45,8 juta hingga November 2022.

Kemudian, dibandingkan dengan FY 2021, kinerja 11 bulan 2022 IATA jauh mendominasi. Selain  pendapatan, EBITDA Perseroan juga melambung hingga 468,3 persen dari dari USD 11,7 juta  menjadi USD 66,3 juta. Alhasil, laba bersih berhasil melesat 729,1 persen, dari USD 5,5 juta pada Desember 2021 menjadi USD 45,8 juta dalam 11 bulan tahun lalu.

Dari sisi neraca, total aset IATA meningkat 107,4 persen dari USD 99,9 juta pada FY 2021 menjadi USD 207,2 juta per November 2022. Total ekuitas hingga November 2022 juga tercatat positif sebesar USD 89,0 juta setelah sempat negatif efek konsolidasi akusisi PT Bhakti Coal Resources (BCR) ke dalam Laporan Keuangan Konsolidasian Perseroan. 

Setelah Perseroan menyelesaikan proses hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD atau rights issue) pada November 2022, akuisisi telah dibayarkan lunas sehingga ekuitas menjadi positif dan PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT) resmi mengantongi 44,1 persen saham IATA.

 

Proyeksi 2023

FOTO: Ekspor Batu Bara Indonesia Melesat
Kapal tongkang pengangkut batu bara lepas jangkar di Perairan Bojonegara, Serang, Banten, Kamis (21/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor produk pertambangan dan lainnya pada September 2021 mencapai USD 3,77 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Kinerja IATA tidak lepas dari langkah manajemen menajamkan fokus investasi di sektor energi. Perseroan masih akan terus menggenjot produksi, memanfaatkan momentum tingginya permintaan dan harga batu bara di pasar internasional," tulis Manajemen Perseroan, Selasa (3/1/2023).

Untuk proyeksi pada 2023, produksi batu bara IATA ditargetkan melebihi 7 juta MT. Dengan  asumsi harga batu bara USD 50/MT, akan menghasilkan pendapatan sebesar USD 350 juta. 

Selain itu, angka tersebut akan terus meningkat seiring bertambahnya IUP yang beroperasi dan kemampuan perseroan untuk mendapatkan kontrak pembelian batu bara.

Saat ini, Perseroan memiliki cadangan batu bara sebanyak 332 juta MT dari 20 persenkeseluruhan area penambangan seluas 72.478 Ha. IATA juga aktif mengeksplorasi 59.035 Ha area yang diyakini memiliki cadangan terbukti hingga 600 juta MT untuk semua IUP.

 

Kinerja Kuartal III 2022

FOTO: Ekspor Batu Bara Indonesia Melesat
Kapal tongkang pengangkut batu bara lepas jangkar di Perairan Bojonegara, Serang, Banten, Kamis (21/10/2021). Ekspor batu bara menjadi penyumbang terbesar dengan kontribusi mencapai 70,33 persen dan kenaikan hingga 168,89 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, emiten batu bara milik pengusaha Hary Tanoe, PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) mencatatkan peningkatan laba bersih 344,75 persen hingga kuartal III 2022.

IATA berhasil membukukan peningkatan laba bersih 344,75 persen menjadi USD 44,95 juta (asumsi kurs Rp 15.586 per dolar AS) atau sekitar Rp 700,59 miliar pada sembilan bulan pertama 2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya USD 10,11 juta.

Perseroan mencatatkan pendapatan sebesar USD 137,62 juta atau Rp 2,14 triliun untuk tahun berjalan, melonjak 182,89 persen secara tahunan (yoy) dari USD 48,65 juta pada sembilan bulan pertama 2021. 

Selain itu, kenaikan tajam juga dapat dilihat jika dibandingkan dengan total pendapatan pada kuartal sama tahun lalu, dari USD 24,80 juta pada kuartal III 2021 menjadi USD 53,97 juta  pada kuartal III 2022 atau sebesar 117,61 persen.

Dengan demikian, EBITDA IATA pada sembilan bulan pertama 2022 tumbuh positif 215,20 persen mencapai USD 63,41 juta, dari USD 20,12 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan secara kuartal, EBITDA pada kuartal III 2022 tercatat sebesar USD 18,71 juta, menguat 47,23 persen dibandingkan kuartal III 2021.

"Melesatnya kinerja IATA merupakan hasil dari langkah strategis perseroan yang mengalihkan fokus bisnisnya menjadi perusahaan yang bergerak di bidang energi dan investasi, dengan mengakuisisi PT Bhakti Coal Resources (BCR),” tulis Manajemen Perseroan, Senin (24/10/2022).

BCR merupakan perusahaan induk yang mengelola 8 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, di mana 3 IUP nya sudah dalam tahap produksi dan IUP lainnya ditargetkan untuk beroperasi secara bertahap mulai tahun depan.

Sementara itu, mendekati akhir 2022, MNC Energy Investments terus menggenjot output produksi batu bara. Hingga akhir September 2022, perseroan telah memproduksi lebih dari 3 juta MT, lebih tinggi 64,1 persen dari produksi tahun lalu yang hanya 1,8 juta MT. 

 

 

Target Produksi Batu Bara

FOTO: Ekspor Batu Bara Indonesia Melesat
Kapal tongkang pengangkut batu bara lepas jangkar di Perairan Bojonegara, Serang, Banten, Kamis (21/10/2021). BPS mencatat ekspor produk pertambangan dan lainnya pada September 2021 melesat 183,59 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perseroan menargetkan produksi sebanyak 10 juta MT tahun depan dan akan terus meningkat seiring bertambahnya cadangan terbukti hasil eksplorasi.

IATA optimistis cadangan batu bara untuk semua IUP setidaknya mencapai 600 juta MT. Hingga sepanjang Januari hingga September 2022 perseroan telah menjual 2,9 juta MT batu bara. 

Prospek cerah perseroan semakin dikuatkan dengan telah ditandatanganinya kontrak pembelian jangka panjang antara BCR dengan para trader batu bara. 

Perseroan memperkirakan akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar USD 108,42 juta dari kontrak ini dan akan terus memperbanyak kontrak di masa depan, mencari peluang untuk akuisisi tambang baru, menakar prospek lain yang berkaitan dengan energi terbarukan, serta berevolusi guna meningkatkan sinergi dan efektifitas di semua lini.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya