Intip Rekomendasi Saham Properti, Apakah Berpotensi Cuan?

Berikut rekomendasi saham emiten properti di tengah sejumlah sentimen suku bunga, insentif pajak dan tahun politik.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 11 Jul 2023, 15:24 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2023, 15:24 WIB
Intip Rekomendasi Saham Properti, Apakah Berpotensi Cuan?
Analis prediksi saham emiten properti bakal menguat hingga 2024. Hal itu didukung dari sejumlah faktor termasuk suku bunga. (Unsplash/Tierra Mallorca)

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja saham sejumlah emiten properti mulai menunjukkan perbaikan. Bahkan, ada kemungkinan potensi peningkatan emiten properti akan berlanjut hingga 2024.

Pengamat pasar modal Desmond Wira menuturkan, prospek emiten properti bakal cerah pada masa mendatang. Ini mengingat suku bunga yang melandai dan status pandemi COVID-19  telah dicabut. 

"Terutama didukung suku bunga yang relatif lebih rendah dan dihapuskannya status pandemi. Kalau dilihat sebagian besar emiten properti di kuartal I 2023 membukukan kinerja positif secara year on year (yoy)," kata Desmond kepada Liputan6.com, Selasa (11/7/2023).

Dia bilang, jika bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) menurunkan suku bunga pada 2024 nanti kemungkinan berpotensi memberikan sentimen positif bagi sektor properti

Bagi investor, Desmond merekomendasikan saham BSDE, DILD, dan ASRI untuk dipertimbangkan dalam periode tersebut. Dengan begitu, investor bisa melakukan akumulasi untuk mengantisipasi sentimen positif suku bunga pada 2024. 

"Sebaiknya kalau berminat melakukan akumulasi pilih pada saham properti berkinerja meningkat tapi valuasi masih murah. Misalnya BSDE, DILD, ASRI. Ketiganya dicek PBV masih di bawah 1," kata dia. 

Di sisi lain, Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei menilai, pertumbuhan kinerja emiten properti diperkirakan tidak akan setinggi tahun lalu. Selain karena adanya kenaikan suku bunga, berakhirnya insentif pajak, kemunculan tahun politik juga dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk membeli properti.

Selain itu, ia menyebut, beberapa emiten properti melaporkan marketing sales (prapenjualan) semester I 2023 yang lebih rendah dari tahun lalu.

Dia bilang, dari segi pendapatan berulang, emiten properti yang memiliki pendapatan dari aset mal dan hotel akan diuntungkan tahun ini karena mobilitas dan belanja masyarakat yang sudah meningkat dari tahun lalu.

"Untuk emiten properti memang dapat melihat yang mempunyai pendapatan berulang kuat untuk menopang penjualan properti yang lemah," kata dia.

Bagi investor, Jono merekomendasikan saham SMRA dengan target harga Rp 525 per saham dan PWON dengan target harga Rp 725 per saham. Kedua saham tersebut bisa dipertimbangkan jika ingin memilih saham properti.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Menelisik Tuah Pemilu untuk Sektor Properti

Money Buzz, Sektor Properti: Bergairah Jelang Suku Bunga Balik Arah, Selasa(27/6/2023). (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)
Money Buzz, Sektor Properti: Bergairah Jelang Suku Bunga Balik Arah, Selasa(27/6/2023). (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Sebelumnya, gelaran pemilihan umum (pemilu) serentak di Indonesia yang berlangsung tahun depan menjadi sentimen untuk beberapa sektor. Bukan rahasia, jika sektor konsumer menjadi yang paling panen dari pemilu.

Sektor lain yang juga bakal terimbas sentimen pemilu adalah properti. Investment Analyst Ashmore Asset Management Indonesia, Della Agatha Linggar menjelaskan, sektor ini mulai resilien didukung permintaan dari konsumen end user. Yakni konsumen yang membeli properti atau hunian untuk ditempati sendiri.

"Kalau Pemilu orang-orang kan lebih hati-hati untuk investasi. Tapi karena market properti kita sendiri sekarang sudah 60 persen end-user, mereka sendiri yang akan pakai rumah, menurut saya itu masih akan lebih sustain karena mereka sudah tahu bahwa ini sebuah kebutuhan," kata Della dalam Money Buzz, Selasa (27/6/2023).

Sementara untuk konsumen yang memiliki orientasi untuk investasi, kemungkinan besar memilih wait and see siapa yang akan menjadi pemimpin selanjutnya dan kebijakan apa yang akan diusung.

 

 

Sentimen Suku Bunga

Money Buzz, Sektor Properti: Bergairah Jelang Suku Bunga Balik Arah, Selasa(27/6/2023). (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)
Money Buzz, Sektor Properti: Bergairah Jelang Suku Bunga Balik Arah, Selasa(27/6/2023). (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Di sisi lain, suku bunga saat ini sudah relatif rendah, sehingga menjadi daya tarik untuk mempertimbangkan KPR. Secara garis besar, Della menilai sektor properti masih menarik pada sisa paruh kedua tahun ini. Sehingga menurut dia,developer perlu memasang siasat untuk menjaring konsumen dari kalangan end user dan home upgrader.

"Jadi bagaimana developer bisa mengcounter atau menyediakan demand sesuai dengan affordability first home buyer dan home upgrader. Sehingga kemungkinan seasonability ini masih akan berlanjut di semester II 2023," imbuh dia.

Sentimen Suku Bunga

Dari sisi sentimen suku bunga, Della mencatat suku bunga bank sentral saat ini secara historikal sudah berada pada posisi terendah. Sehingga mestinya dapat menjadi pertimbangan bagi yang ingin memiliki hunian dengan sistem cicil atau KPR. Rendahnya suku bunga juga menjadi berkah bagi perusahaan untuk melakukan deleveraging.

Di mana saat leverage tinggi namun suku bunga rendah, maka earning perusahaan bisa lebih baik. Sebab, usai property boom tahun 2012-2015, banyak perusahaan dan developer mencari pendanaan untuk melakukan akuisisi lahan baru atau land banking.

Goldman Sachs Pangkas Ramalan Ekonomi China, Sektor Properti Masih Jadi Biang Keroknya

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Sebelumnya, Analis Goldman Sachs kembali memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi China. Bank investasi asal Amerika Serikat (AS) itu mengungkapkan, penurunan ekonomi di China didorong oleh kepercayaan yang terus-menerus melemah dan pasar properti.

Melansir Channel News Asia, Selasa (20/6/2023), dalam sebuah catatan yang diterbitkan pada Minggu 18 Juni 2023, Goldman Sachs menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto China dari 6 persen menjadi 5,4 persen.

Bank itu juga menurunkan perkiraan pertumbuhan China di 2024 dari 4,6 persen menjadi 4,5 persen.

Pemangkasan tersebut mengikuti langkah serupa oleh bank-bank global lain, meskipun Goldman Sachs paling optimis di antara yang lainnya, karena data menunjukkan pemulihan pasca-pandemi China goyah.

"Tidak ada dorongan pembukaan kembali yang memudar secepat di China," kata para analis di Goldman Sachs, yang dipimpin oleh ekonom Hui Shan, mengutip penurunan properti dan efeknya sebagai alasan utama.

"Kami menilai bahwa hambatan pertumbuhan cenderung terus-menerus sementara pembuat kebijakan dibatasi oleh pertimbangan ekonomi dan politik dalam memberikan stimulus yang berarti,” ujar dia.

Seperti diketahui, China telah menetapkan target pertumbuhan PDB moderat sekitar 5 persen untuk tahun ini setelah gagal mencapai target 2022, dan kabinet dijadwalkan bertemu pada hari Jumat untuk membahas langkah-langkah memacu pertumbuhan.

 

Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain
Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya