Wall Street Loyo Setelah Rilis Data Pekerjaan Amerika Serikat

Wall street lesu pada perdagangan Jumat, 4 Agustus 2023 setelah rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS).

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Agu 2023, 06:37 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2023, 06:37 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada penutupan perdagangan Jumat, 4 Agustus 2023.(AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada penutupan perdagangan Jumat, 4 Agustus 2023. Indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat koreksi selama empat hari berturut-turut.

Indeks acuan di wall street itu mencatat kinerja mingguan terburuk sejak Maret 2023 seiring pelaku pasar merealisasikan keuntungan setelah rilis laba Perusahaan terbaru dan data pekerjaan AS.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (5/8/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 0,53 persen ke posisi 4.478,03. Indeks Nasdaq turun 0,36 persen ke posisi 13.909,24. Indeks Dow Jones melemah 150,27 poin atau 0,43 persen menjadi 35.065,62.

Tiga indeks acuan membalikkan kenaikan sebelumnya selama perdagangan Jumat sore, dan akhiri pekan ini dengan koreksi. Indeks Nasdaq dan S&P 500 masing-masing turun 2,9 persen dan 2,3 persen, serta mencatat kinerja mingguan terburuk sejak Maret 2023. Indeks Dow Jones melemah tipis 1,1 persen di wall street.

“Pelaku pasar pekan ini tampaknya hargai risiko dari pada sebelumnya,” ujar Chief Strategist Interactive Brokers Steve Sosnick.

Setelah melemah jelang akhir pekan, indeks volatilitas Cboe naik di atas 16, menunjukkan kekhawatiran investor meningkat.

Sementara itu, saham Amazon melonjak 8,3 persen ke level tertinggi selama hampir setahun setelah kalahkan laba dan menawarkan panduan positif. Saham Apple susut 4,8 persen setelah melaporkan pendapatan lebih rendah dari kuartal tahun lalu. Sebelumnya dua raksasa teknologi ini melaporkan kinerja keuangan pada Kamis malam.

Seiring tanda ledakan permintaan perjalanan dan layanan, saham Booking Holdings naik 7,9 persen seiring kinerja keuangan yang lebih kuat dari perkiraan. Saham Amgen bertambah 5,5 persen seiring laba yang solid dan meningkatkan panduan kinerja.

Ragam Sentimen di Wall Street

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Adapun laporan laba pada musim ini untuk kuartal yang terakhir pada Juni 2023 terus mengejutkan beberapa analis wall street seiring penurunan laba tidak begitu mengkhawatirkan.

Sekitar 84 persen dari Perusahaan S&P 500 telah merilis kinerja keuangan, dengan 80 persen melampaui harapan wall street, menurut FactSet.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun juga merosot dari posisi tertinggi menjadi 4,04 persen. Kenaikannya dalam beberapa sesi terakhir telah menekan aset berisiko.

Di sisi lain, investor juga menerima lebih banyak petunjuk mengenai kondisi pasar tenaga kerja dengan laporan gaji. Data menunjukkan 187.000 pekerjaan ditambahkan pada Juli, kurang dari 200.000 yang diharapkan oleh ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.

Tingkat pengangguran juga lebih rendah menjadi 3,5 persen dari 3,6 persen. Meski demikian, upah per jam rata-rata menunjuk ke arah inflasi lebih tinggi dan di atas harapan dengan naik 0,4 persen pada bulan ini, dan 4,4 persen secara tahunan. Ini sedikit di atas yang diharapkan masing-masing 0,3 persen dan 4,2 persen.

Selain itu, berdasarkan FedWatch CME Group, sekitar 88 persen mengharapkan bank sentral mempertahankan suku bunga acuan stabil pada pertemuan berikut pada September 2023.

Namun, Christopher Harvey dari Wells Fargo menuturkan, laporan harga konsumen pada Juli pada pekan depan memberikan dampak lebih besar pada harapan suku bunga.

“Hasil yang lebih panas dari perkiraan adalah salah satu dari sedikit hal yang benar-benar dapat mulai mengubah persepsi pasar tentang the Fed, dan mungkin juga persepsi the Fed,” ujar dia.

Ia menuturkan, rilis data pekerjaan tidak banyak membantu. “Saya pikir itu memperkuat pandangan orang kalau the Fed sudah selesai pada saat ini,” ujar dia.

Penutupan Wall Street pada 3 Agustus 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada penutupan perdagangan saham Kamis, 3 Agustus 2023. Indeks S&P 500 turun dalam tiga hari berturut-turut, seiring wall street menilai hasil laba Perusahaan terbaru dan berjuang untuk menghilangkan tekanan dari kenaikan imbal hasil obligasi.

Dikutip dari CNBC, Jumat (4/8/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 turun 0,25 persen ke posisi 4.501,89. Indeks Dow Jones tergelincir 66,63 poin atau 0,19 persen ke posisi 35.215,89. Indeks Nasdaq turun terbatas 0,1 persen menjadi 13.959,72.

Sementara itu, imbal hasil melonjak dengan patokan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun diperdagangkan sekitar 4,18 persen dan mendekati level tertinggi sejak November 2022.

Kenaikan suku bunga menekan sektor real estate, yang turun lebih dari 1 persen, sedangkan indeks volatilitas Cboe melonjak ke level tertinggi sejak Juni. Sektor saham utilitas susut 2,3 persen. “Ada overhang. Karena imbal hasil obligasi menguat, itu memberi tekanan pada saham,” ujar Portfolio Manager Sit Investment Associates, Bryce Doty.

Sejumlah pihak di wall street juga mencatat pasar telah lama terlambat untuk istirahat dan sedikit koreksi, setelah mencapai mode reli untuk bagian lebih baik pada 2023. Awal pekan ini, baik indeks S&P 500 dan Nasdaq membukukan kenaikan lima bulan berturut-turut.

“Momentum diam-diam telah terkikis selama beberapa minggu terakhir dan menjadi motivasi untuk firasat koreksi kami beberapa minggu lalu,” ujar Strategas Head of Technical and Macro Resesearch, Chris Verrone.

Ia ibaratkan pergerakan pasar pengalaman mengingatkan kalau istirahat, reli hangat, istirahat lagi meski tren jangka panjang naik.

 

Bank Sentral Inggris Kerek Suku Bunga

Inflasi Inggris Naik ke Level Tertinggi dalam 41 Tahun
Sebuah department store besar dengan tulisan 'Lets Change the Way we Shop' di bagian luarnya di Oxford Street di London, Rabu (16/11/2022). Sejumlah analis mengatakan kenaikan inflasi memberikan tekanan pada Bank Sentral Inggris agar tetap menaikkan suku bunga. (AP Photo/Alastair Grant)

Pada pekan ini, rilis laporan keuangan berlanjut. Saham produsen chip Qualcomm turun 8,2 persen. Sebelumnya, Perusahaan kehilangan pendapatan kuartal III yang disesuaikan dan membukukan panduan yang mengecewakan.

Selain itu, saham PayPal susut 12,3 persen meski unggah kinerja sesuai prediksi. Saham Expedia anjlok 16,4 persen karena pemesanan jauh dari harapan.

Selain itu, pasar juga hadapi kinerja keuangan lainnya seiring Apple dan Amazon merilis laporan keuangan setelah penutupan perdagangan.

Sejauh ini, hampir 79 persen dari Perusahaan S&P 500 telah mengeluarkan laporan kuartalan dengan sekitar 82 persen mengalahkan harapan, menurut FactSet. Laba juga diprediksi turun sekitar 5 persen dari tahun lalu.

Di sisi lain, Bank of England pada Kamis pekan ini menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, yang merupakan langkah terbaru bank sentral untuk menjinakkan inflasi.

Wall street juga menilai data ekonomi terbaru, termasuk klaim pengangguran dan data produktivitas kuartal II yang menunjukkan kenaikan.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya