Instrumen Terbaru Bank Indonesia Diharapkan Stabilkan Harga Obligasi

Bank Indonesia (BI) umumkan instrumen baru yang diharapkan stabilkan rupiah. Instrumen bernama Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) akan aktif pada 15 September 2023.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Sep 2023, 20:51 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2023, 21:31 WIB
Ilustrasi Obligasi
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat pada perdagangan 21-25 Agustus 2023. IHSG naik 0,5 persen ke posisi 6.895.(Photo created by rawpixel.com on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat pada perdagangan 21-25 Agustus 2023. IHSG naik 0,5 persen ke posisi 6.895.

Penguatan IHSG didorong sektor saham bahan baku dasar dan transportasi & logistik yang masing-masing berkontribusi 5,47 persen dan 3,34 persen. Selama sepekan, investor asing membukukan aksi jual saham USD 144 juta. Demikian mengutip dari riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, Sabtu (26/8/2023).

Sementara itu, saham teknologi Amerika Serikat (AS) reli didorong saham Nvidia. Saham Nvida naik 8,9 persen pada 24 Agustus 2023 setelah umumkan laba lebih kuat dari yang diharapkan. Penguatan saham Nvidia seiring euforia kecerdasan buatan.

"Tetap saja pertanyannya apakah pertumbuhan spektakuler ini dapat besar lagi secara structural sehingga bisa berkelanjutan, atau hanya sensasi sesaat,” demikian tulis Ashmore.

Sementara itu, pekan ini, Bank Indonesia (BI) umumkan instrumen baru. Instrumen bernama Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) akan aktif pada 15 September 2023.

SRBI bertenor pendek 1 minggu-12 bulan. Adapun instrument ini memakai obligasi pemerintah milik BI. Dengan berkurangnya pasokan obligasi pemerintah terutama pada permintaan terakhir, SRBI dapat menjadi alternatif investor untuk tetap investasi pada surat utang Indonesia yang berisiko rendah, tetapi tetap pertahankan imbal hasil yang menarik.

“Instrumen baru ini dapat membantu meningkatkan permodalan Indonesia, dan karena dapat menarik arus dana baik dari dalam negeri dan pasar luar negeri selain Devisa Hasil Ekspor yang sudah efektif untuk ekspor sumber daya alam,”

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Diharapkan Stabilkan Rupiah dan Harga Obligasi

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Inisiatif-inisiatif ini dapat membantu stabilkan rupiah dan mengurangi ketergantungan pada pasar global. “Seperti yang kita lihat kebijakan suku bunga Amerika Serikat saja tidak cukup untuk diandalkan untuk menurunkan inflasi, Indonesia akan memakai cara lain selain kebijakan moneter tradisional untuk stabilkan ekonomi,”

Dengan ada inisiatif baru ini, Ashmore berharap harga obligasi menjadi stabil. “Andai rupiah bertahan stabil, kepercayaan investor asing dapat kembali. Namun, penting untuk diingatkan suku bunga Amerika Serikat sudah mendekati suku bunga acuan Bank Indonesia,dan sejauh ini belum pernah mencapai paritas,”

Selain itu, diperkirakan masih ada risiko jangka pendek jika the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga.

“Kami terus melihat pasar domestik tetap utama karena faktor makro ekonomi tetap tangguh. Kami merekomendasikan untuk tetap investasi pada reksa dana saham ADEN, ADPN, dan ASDN, serta reksa dana ADON dan ADOUN untuk obligasi rupiah dan ADUN untuk obligasi dolar Amerika Serikat,”


Menakar Dampak Evergrande hingga Country Garden

FOTO: Corona Mereda, Kota Terlarang China Kembali Dibuka
Para pengunjung mengenakan masker saat berjalan di Kota Terlarang, Beijing, China, Jumat (1/5/2020). Kota Terlarang kembali dibuka setelah ditutup lebih dari tiga bulan karena pandemi virus corona COVID-19. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lesu pada periode 14-18 Agustus 2023. Sektor saham transportasi dan logistik serta industri menekan IHSG. Pada pekan ini, IHSG merosot 0,29 persen ke posisi 6.860. Investor asing melakukan aksi jual saham USD 223 juta.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk, ditulis Minggu (20/8/2023), koreksi sektor saham transportasi dan logistik serta industri masing-masing berkontribusi 1,8 persen dan 1,75 persen terhadap indeks saham.

Dalam riset Ashmore menyebutkan, pekan ini pasar saham Amerika Serikat (AS) tetap kuat seiring penjualan eceran yang lebih tinggi dari perkiraan. Penjualan eceran ini sering dilihat sebagai indikator utama.

Hal itu juga membuat pasar tetap prediksi suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) tetap berada di puncaknya. Suku bunga the Fed diprediksi akan mulai turun pada kuartal II 2024.

Di sisi lain, produksi industri China lebih rendah dari yang diharapkan sebagai aktivitas ekonomi yang lambat terus berlanjut. Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia tetap positif pada bulan sebelumnya, meski ditutup lebih rendah dari yang diharapkan.

Apakah lebih banyak masalah di pasar China?Pekan lalu secara global, pasar terganggu oleh deflasi yang terlihat di China. Akan tetapi, lebih banyak kekhawatiran tampaknya muncul pada pekan ini. Salah satu masalah tersebut termasuk apa yang dikenal sebagai krisis shadow bank di mana Zhongzhi Enterprise Group Co menjadi pusat perhatian.

Perseroan dan afiliasi perwaliannya menghentikan pembayaran ke ribuan pelanggan. Hal ini memicu protes publik dari individu yang terkena dampak.

Perusahaan berpotensi melihat penjualan aset dan menjalani proses restrukturisasi. “Masih belum jelas apakah Zhongzhi memiliki aset yang cukup untuk membayar kembali produk mereka yang telah default,” tulis Ashmore.

 

 


Dampak ke Indonesia

IHSG Ditutup Melemah ke Level 6.679
Pekerja tengah melintas di bawah layar Indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Selasa (16/5/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, Perusahaan properti China Evergrande juga mengajukan bab 15 kebangkrutan di New York, AS. Ashmore melihat hal itu akan berdampak luas untuk sistem keuangan China serta bank dan pemilik properti di China seiring kewajiban Evergrande mencapai lebih dari USD 300 miliar.

“Selain itu, pasar China juga dibebani dengan pengembang properti terbesar di China, Country Garden Holdings Co kemungkinan karena gagal bayar untuk pertama kali sejak mencatatkan saham,” tulis Ashmore.

Apa dampaknya bagi Indonesia?Secara keseluruhan tidak ada dampak langsung dari Evergrande dan Zhongzhi. Bagaimana pun sentimen di pasar negara berkembang akan lebih negatif seiring China telah menjadi bagian besar portofolio pasar negara berkembang,” tulis Ashmore.

Meski demikian, Ashmore masih melihat potensi kenaikan pasar saham Indonesia. Ashmore mengantisipasi katalis positif dari kekuatan ekonomi makro.

“Kami tetap rekomendasikan untuk tetap investasi di reksa dana yang terdiversifikasi dengan baik antara lain ADEN, ASDN, ADON dan ADOUN,” tulis Ashmore.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya