Bursa Saham Asia Bervariasi Jelang Rilis Data Ekonomi China dan Australia

Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Kamis, 7 September 2023. Hal ini terjadi di tengah menanti data ekonomi China dan aksi jual saham di wall street.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Sep 2023, 08:45 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2023, 08:42 WIB
Bursa Saham Asia Bervariasi Jelang Rilis Data Ekonomi China dan Australia
Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Kamis (7/9/2023). (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Kamis (7/9/2023). Hal ini seiring aksi jual saham di wall street dan menjelang data perdagangan dari China dan Australia.

Impor dan ekspor China pada Agustus 2023 diperkirakan turun masing-masing sebesar 9,2 persen dan 9 persen year on year, menurut jajak pendapat ekonom oleh Reuters, yang lebih kecil posisi Juli 2023 di kisaran 14,5 persen dan 12,4 persen. Demikian dikutip dari CNBC, Kamis pekan ini.

Di Australia, indeks ASX 200 merosot 0,45 persen jelang rilis data perdagangan Agustus 2023.  Indeks Nikkei 225 naik sedikit setelah kenaikan delapan hari berturut-turut, sementara indeks Topix bertambah 0,1 persen. Indeks Kospi Korea Selatan susut 0,12 persen, sedangkan indeks Kosdaq menguat 0,35 persen.

Indeks Hang Seng berjangka sebagian besar mendatar. Indeks Hang Seng berada di posisi 18.449 dibandingkan dengan penutupan sebelumnya 18.449,98.

Di wall street, tiga indeks saham acuan melemah seiring aksi jual yang terjadi. Indeks Dow Jones susut 0,57 persen. Indeks S&P 500 tergelincir 0,7 persen dan indeks Nasdaq merosot 1,06 persen.

Di sisi lain, Presiden the Federal Reserve Boston Susan Collins menuturkan, kenaikan suku bunga mungkin akan terjadi tetapi tergantung pada datanya. Namun, bank sentral dapat mengambil pendekatan yang lebih besar dalam pengambilan kebijakan.

“Secara keseluruhan, kami berada pada posisi yang baik untuk melanjutkan dengan hati-hati dalam lingkungan ekonomi yang tidak menentu ini, mengakui risiko-risiko sambil tetap bersikap tegas dan bergantung pada data, dengan fleksibilitas untuk menyesuaikan diri jika kondisi memungkinkan,” kata dia.

Meskipun ada tanda-tanda yang menjanjikan mengenai inflasi, ia menuturkan, pengetatan lebih lanjut mungkin diperlukan.


Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 6 September 2023

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Rabu, 6 September 2023 setelah Arab Saudi dan Rusia perpanjang pangkas penurunan produksi hingga akhir 2023.

Di sisi lain, saham Evergrande melonjak lebih dari 70 persen. Indeks Hang Seng property naik 4 persen, sedangkan indeks Hang Seng mendatar.

Di bursa saham China, indeks CSI 300 melemah 0,22 persen ke posisi 3.812,03.

Sementara itu, harga minyak Brent berjangka ditransaksikan di posisi USD 89,66 per barel, sedangkan harga minyak West Texas Intermediate menguat ke posisi USD 86,40 per  barel, ke posisi tertinggi dalam 10 bulan.

Arab Saudi mengumumkan akan memperpanjang pemangkasa produksi 1 juta barel minyak per hari hingga akhir Desember. Sedangkan Rusia akan kurangi ekspor minyak 300 ribu barel per hari.

Sementara itu, indeks Nikkei 225 ditutup naik 0,62 persen, sedangkan indeks Topix bertambah 0,62 persen ke posisi 2.392,53.

Indeks Kospi Korea Selatan merosot 0,73 persen ke posisi 2.563,34. Indeks Kosdaq terpangkas 0,38 persen ke posisi 917,95.

Di Australia, indeks ASX 200 merosot 0,78 persen ke posisi 7.257,1.

 


Penutupan Wall Street pada 6 September 2023

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Rabu, 6 September 2023. Indeks Nasdaq memimpin penurunan dengan merosot 1 persen setelah data jasa lebih kuat dari perkiraan sehingga memicu kekhawatiran inflasi yang masih stabil akan menyebabkan suku bunga tetap tinggi lebih lama.

Dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (7/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 198,78 poin atau 0,57 persen ke posisi 34.443,19. Indeks S&P 500 terpangkas 31,35 poin atau 0,70 persen ke posisi 4.465,48. Indeks Nasdaq merosot 148,48 poin atau 1,06 persen ke posisi 13.872,47.

Dari 11 sektor industri utama dalam S&P 500, sektor teknologi alami koreksi terbesar dengan merosot 1,4 persen. Sedangkan sektor utilitas pimpin kenaikan dengan menguat 0,2 persen. Sektor energi menjadi satu-satunya yang mencatat keuntungan dengan bertambah 0,1 persen. Sektor energi naik seiring harga minyak yang melonjak.

Harga minyak berjangka ditutup naik pada Rabu pekan ini sehingga memicu kekhawatiran terhadap tekanan inflasi.

Institute for Suppy Management (ISM) mengatakan indeks manajer pembelian non-manufaktor naik menjadi 54,5 pada bulan lalu dibandingkan ekspektasi 52,5. Sedangkan ukuran harga yang dibayarkan oleh bisnis sektor jasa meningkat.

Pelaku pasar bertaruh pada peluang 93 persen kalau the Federal Reserve (the Fed) akan mempertahankan suku bunga setelah pertemuannya pada 20 September 2023. Sedangkan taruhan berikutnya suku bunga tetap pada November 2023 sekitar 57 persen, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

“Data jasa ISM yang lebih kuat dari perkiraan menunjukkan investor masih belum terlalu terampil dalam membaca keadaan setelah pandemi COVID-19,” ujar Chief Investment Officer BMO Family, Carol Schleif.

Sementara itu, pelaku pasar berharap penurunan suku bunga. Schleif menuturkan, data perekonomian yang kuat dan inflasi yang tidak turun, secepat the Fed yang perlu mulai menurunkan suku bunga kapan saja pada masa mendatang,” kata dia.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya