Bursa Saham Asia Melemah, Investor Cermati Rilis Data Ekonomi

Abaikan wall street yang menguat, bursa saham Asia Pasifik justru lesu pada perdagangan Selasa, 26 September 2023.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Sep 2023, 08:31 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2023, 08:31 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar melemah pada perdagangan Selasa (26/9/2023) (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar melemah pada perdagangan Selasa (26/9/2023) meski terjadi kenaikan di wall street.

Selain itu, peringatan lembaga pemeringkat Moody’s kalau penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS) akan berdampak negatif terhadap kredit bagi negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.

Dikutip dari CNBC, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,42 persen, sedangkan indeks Topix merosot 0,23 persen. Inflasi di Jepang untuk sektor jasa naik 2,1 persen year on year (YoY) yang merupakan kenaikan tercepat sejak September 2022.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,29 persen seiring pelaku pasar menantikan pembacaan indeks harga konsumen pada Rabu, 27 September 2023. Indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,59 persen. Indeks Kosdaq naik 0,49 persen. Indeks Hang Seng diperkirakan menguat seiring indeks berjangka berada di posisi 17.744 dibandingkan penutupan terakhir 17.729,29.

Di wall street, tiga indeks acuan menguat. Indeks S&P 500 naik 0,4 persen. Indeks Nasdaq bertambah 0,45 persen dan indeks Dow Jones mendaki 0,13 persen.

Moody’s memperingatkan penutupan pemerintah AS akan menjadi peristwa kredit negatif bagi Amerika Serikat. “Hal ini akan menunjukkan kendala signifikan yang disebabkan oleh semakin intensifnya polarisasi politik dalam pembuatan kebijakan fiskal pada kekuatan fiskal sedang menurun,” dalam catatan tersebut.

Moody’s saat ini memiliki peringkat stabil AAA pada pemerintah AS. Fitch juga menurunkan pandangannya terhadap AS menjadi AA+ dan AAA pada Agustus.


Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 25 September 2023

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Bursa saham Asia bervariasi pada perdagangan Senin, 25 September 2023. Hal ini terjadi di tengah investor mencermati data inflasi pekan ini.

Singapura dan Australia akan melaporkan inflasi  Agustus pada pekan ini. Sedangkan Jepang merilis data inflasi Tokyo. Data inflasi wilayah ibu kota dinilai sebagai indikator utama tren nasional. Demkian mengutip dari CNBC pada awal pekan ini.

Di Australia, indeks ASX 200 merosot 0,45 persen pada awal pekan ini. Sedangkan indeks Nikkei 225 menguat 0,24 persen. Indeks Topix naik 0,15 persen. Sedangkan indeks Kospi tergelincir 0,24 persen dan indeks Kosdaq merosot 0,94 persen. Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 18.040 dari penutupan perdagangan terakhir 18.057.

 


Penutupan Wall Street pada 25 September 2023

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Senin, 25 September 2023.

Penguatan wall street didukung indeks S&P 500 menguat pada pekan terakhir September 2023. Sepanjang September 2023, indeks acuan alami penurunan besar.

Dikutip dari CNBC, Selasa (26/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 menguat 0,4 persen ke posisi 4.337,44. Indeks Nasdaq bertambah 0,45 persen menjadi 13.271,32. Indeks Dow Jones menanjak 43,04 poin atau 0,13 persen ke posisi 34.006,88. Tiga indeks acuan di wall street menghentikan penurunan empat hari berturut-turut.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun menguat 10 basis poin ke posisi 4,54 persen, dan mencapai level tertinggi sejak 2007. Saat itu sentuh 4,57 persen.Saham mengabaikan pergerakan di pasar obligasi.

Sementara itu, raksasa kimia Dow mencatat kinerja terbaik dengan naik 1,7 persen setelah peningkatan dari JPMorgan. Delapan dari 11 sektor S&P 500 berada di wilayah positif dengan sektor energi memimpin kenaikan sebesar 1,3 persen.

Saham Amazon naik lebih dari 1 persen setelah raksasa ritel online itu akan investasi USD 4 miliar di perusahaan kecerdasan buatan Anthropic.

“Performa ini sangat kuat. Dan menurut saya ada dua alasan mengapa pasar tidak melemah, salah satunya menurut saya bersifat teknis, karena ada banyak dukungan untuk pasar di posisi 4.300,” ujar CEO Infrastructure Capital Advisors, Jay Hatfield.

Jay menuturkan, hal ini mungkin tidak bertahan. Kemudian pelaku pasar menanti momen tepat untuk kembali mengikuti booming kecerdasan buatan.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya