Wall Street Bervariasi di Tengah Lonjakan Harga Minyak hingga Imbal Hasil Obligasi AS

Wall street beragam pada perdagangan Rabu, 27 September 2023 seiring harga minyak dan imbal hasil obligasi yang melonjak.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Sep 2023, 06:53 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2023, 06:53 WIB
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Rabu, 27 September 2023. (Unsplash/Aditya Vyas)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Rabu, 27 September 2023. Indeks Dow Jones melemah di tengah lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan harga minyak mengurangi sentimen investor.

Indeks Dow Jones melemah 68,61 poin atau 0,20 persen ke posisi 33.550,27. Indeks S&P 500 naik 0,02 persen ke posisi 4.274,51. Indeks Nasdaq bertambah 0,22 persen ke posisi 13.092,85.

Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang menjadi acuan mencapai level tertinggi sejak 2007. Imbal hasil obligasi bertenor dua tahun juga menguat. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka AS melonjak lebih dari 3 persen menjadi USD 93,68 per barel.

Sektor saham energi mencatat sebagai sektor dengan kinerja terbaik. Sektor saham energi bertambah 2,5 persen. Saham Notable mencatat keuntungan terbesar, termasuk Marathon Oil dan Devon Energy yang naik lebih dari 4 persen.

Pergerakan wall street terjadi setelah S&P 500 pada Selasa, 26 September 2023 turun di bawal level penting 4.300 untuk pertama kalinya sejak Juni 2023. Indeks Dow Jones juga mencatat kerugian terbesar sejak Maret, turun lebih dari 300 poin hingga ditutup di bawah rata-rata pergerakan 200 hari untuk pertama kalinya sejak Mei 2023.

Saham mendapatkan tekanan baru-baru ini akibat kenaikan suku bunga dan data ekonomi yang mengecewakan. “Inflasi masih menjadi perhatian utama. Investor sangat cemas tidak hanya mengenai kenaikan suku bunga, tetapi juga bagaimana hal itu berdampak pada perusahaan dengan biaya pinjaman yang lebih tinggi,” ujar CEO AXS Investments, Greg Bassuk.

September menjadi bulan yang lemah secara musiman untuk saham. Indeks S&P 500 turun 5 persen pada bulan ini, sedangkan indeks Dow Jones susut lebih dari 3 persen. Indeks Nasdaq adalah paling lambat di antara ketiganya, merosot lebih dari 6 persen pada September 2023.

 


Saham Meta Melemah

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Bassuk prediksi volatilitas akan terus berlanjut dalam beberapa minggu ke depan. Namun, ia prediksi ada peluang pembelian yang kuat pada Oktober 2023.

Saham Meta tergelincir 3,6 persen pada perdagangan Rabu pekan ini. Perusahaan mengumumkan rilis headset Quest3 VR terbarunya. Meski lebih mahal dari pada produk Meta sebelumnya, headset ini menyertakan fitur-fitur baru seperti layar yang lebih baik, chip yang lebih kuat dan penekanan pada passthrouh.

Fungsi passthrough menekankan pengalaman perangkat dengan memungkinkan pengguna memadukan tampilan digital dengan lingkungan di luar dunia nyata. Meski saham Meta merosot pada Rabu pekan ini, saham Meta telah naik lebih dari 139 persen sejak awal tahun.

Di sisi lain, sektor saham utilitas menjadi beban S&P 500. Sektor saham utilitas merosot 1,4 persen. Saham NextEra Energy mencatat performa terburuk dengan susut lebih dari 6 persen. Sedangkan saham American Water Works Company melemah lebih dari 1 persen.


Penutupan Wall Street 26 September 2023

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Selasa, 26 September 2023. Indeks Dow Jones turun setelah laporan penjualan rumah dan kepercayaan konsumen terbaru memicu kekhawatiran terhadap keadaan ekonomi AS.

Dikutip dari CNBC, Rabu (27/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 388 poin atau 1,14 persen ke posisi 33.618,88, dan mencatat kinerja terburuk sejak Maret 2023. Indeks saham Dow Jones ditutup di bawah rata-rata pergerakan dalam 200 harian untuk pertama kalinya sejak Mei 2023.

Indeks S&P 500 merosot 1,47 persen ke posisi 4.273,53. Indeks S&P 500 ditutup di bawah 4.300 untuk pertama kalinya sejak 9 Juni 2023. Indeks Nasdaq terpangkas 1,57 persen ke posisi 13.063,61.

Saham Amazon merosot 4 persen, sebagian besar dari saham-saham teknologi kapitalisasi besar. Hal ini setelah Komisi Perdagangan Federal mengajukan gugatan antimonopoli. Regulator menilai, Amazon menjaga harga tetap tinggi dan merugikan pesaingnya.

Di sisi lain, penjulaan rumah baru pada Agustus meleset dari harapan. Rumah yang dikontrak berjumlah 675.000 pada Agustus, turun 8,7 persen dari Juli, menurut Departemen Perdagangan. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi total 695.000 yang berarti penurunan 2,7 persen dari posisi Juli.

Indeks kepercayaan konsumen Conference Board merosot menjadi 103 pada September, sebelumnya berada di posisi 108,7 pada Agustus. Ekonom antisipasi 105,5, menurut perkiraan konsensus dari Dow Jones. Indeks anjlok menjadi 73,7 di bawah tingkat yang diasosiasikan pengamat dengan resesi.

 


Sentimen The Fed

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Di sisi lain, CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon memperingatkan suku bunga mungkin perlu dinaikkan lebih lanjut untuk mengurangi inflasi. Pernyataan itu menambah sentimen bearish pada Selasa pekan ini. Saham perbankan merosot, dengan SPDR S&P Regional Banking ETF (KRE) turun lebih dari 1 persen. Wells Fargo anjlok sekitar 2 persen. Sedangkan saham Morgan Stanley susut 1 persen.

Pergerakan saham tersebut menambah beban ke pasar pada September. Indeks Nasdaq susut hampir 7 persen pada September 2023, sedangkan indeks S&P 500 dan Dow Jones masing-masing turun lebih dari 5 persen dan 3 persen.

Salah satu katalis yang menyeret saham tertekan pada September yaitu sinyal bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) memprediksi penurunan suku bunga lebih sedikit pada 2024. Kabar itu mendorong imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun ke posisi yang belum pernah terlihat sejak 2007.

“Investor masih gelisah mengenai dampak kenaikan imbal hasil obligasi terhadap perekonomian pasar saham, mengenai the Fed, dan nilai dolar AS,” ujar Chief Investment Strategist CFRA Research, Sam Stovall.

Ia menilai, investor kurang memiliki kejelasan dan karena itu memutuskan tindakan lebih santai. Pekan ini, investor juga bergulat dengan negosiasi di Washington, Amerika Serikat karena anggota parlemen berharap untuk menghindari penutupan pemerintahan AS atau shutdown yang dapat terjadi pada awal 1 Oktober 2023 jika Kongres tidak menyetujui rancangan undang-undang belanja negara.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya