Wall Street Melejit Setelah Imbal Hasil Obligasi AS Merosot

Wall street menguat pada perdagangan Rabu, 4 Oktober 2023. Indeks Dow Jones menguat usai alami koreksi dalam tiga hari

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Okt 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2023, 07:00 WIB
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Rabu, 4 Oktober 2023. Unsplash/Aditya Vyas

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Rabu, 4 Oktober 2023. Indeks Dow Jones menghentikan penurunan tiga hari berturut-turut setelah imbal hasil obligasi pemerintah AS turun dari level tertinggi menyusul rilis data tenaga kerja yang lebih lemah dari perkiraan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (5/10/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 127,17 poin atau 0,39 persen ke posisi 33.129,55. Indeks S&P 500 bertambah 0,81 persen ke posisi 4.263,75. Indeks Nasdaq menanjak 1,35 persen ke posisi 13.236,01.

Pada indeks S&P 500,sektor konsumsi menjadi sektor saham dengan kinerja terbaik. Indeks S&P 500 naik sekitar 2 persen.Saham Tesla dan Norwegia Cruise Line memimpin kenaikan yang masih-masing naik 5,9 persen dan 3,8 persen.

Sektor saham energi membukukan kinerja terburuk seiring koreksi harga minyak alami penurunan terbesar sejak September 2022. Saham Devon Energy dan Marathon Oil masing-masing turun 5 persen. Saham SLB dan Halliburton turun lebih dari 4 persen.

Pergerakan wall street pada Rabu pekan ini mengikuti rilis data pekerjaan terbaru. ADP menyebutkan ada tambahan 89.000 daftar gaji swasta  pada bulan lalu. Angka itu di bawah perkiraan Dow Jones sebesar 160.000 dan kurang dari penambahan gaji yang direvisi naik 180.000 pada Agustus 2023.

Imbal hasil obligasi AS sedikit melemah dari posisi tertinggi pada 2007. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun terakhir diperdagangkan di posisi 4,735 persen.

“Kapan pun Anda memiliki momentum besar dalam satu arah, akan ada hari-hari di mana Anda dapat sedikit penangguhan hukuman dan dalam hal ini, Anda  mendapat penangguhan dan suku bunga dan saham. Tren yang lebih luas sebenarnya menggunakan sisi negatifnya,” ujar Analyst Investment Strategist Baird, Ross Mayfield.

Suku bunga yang lebih tinggi telah meningkatkan kekhawatiran resesi dan mendorong suku bunga hipotek mendekati 8 persen. Akibatnya, permintaan hipotek turun ke level terendah sejak 1996.

“Pasar terseret suku bunga. Kami melihat perbedaan besar antara pendapatan tetap dan saham,” ujar Harris Financial Group Managing Partner Jamie Cox.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Investor Menanti Data Ekonomi AS

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Investor tetap gelisah menantikan rilis data nonfarm payrolls pada September pada Jumat, 6 Oktober untuk mendapatkan indikasi lebih lanjut mengenai kekuatan pasar tenaga kerja.

Data itu hadir setelah data lowongan pekerjaan mengindikasikan pasar tenaga kerja masih kuat dan imbal hasil obligasi bergerak lebih tinggi. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun dan 30 tahun mencapai level tertinggi sejak 2007. Sementara itu, indeks Dow Jones mencatat sesi terburuknya sejak Maret dan berbalik negatif pada 2023.

“Saya tidak berpikir Anda akan mendapatkan partisipasi yang lebih luas sampai suku bunga diturunkan. Itu hanya terjadi jika suku bunga diturunkan tanpa ada krisis keuangan atau resesi,” ujar dia.

“Setiap hari ketika suku bunga kita setinggi ini dan setiap basis poin semakin masuk ke dalam wilayah yang membatasi mungkin mengurangi kemungkinan terjadinya soft landing pada 2024,” kata dia.

CEO Worth Charting Carter Worth menentang konsensus dengan bertaruh pada melemahnya dolar AS, penurunan suku bunga dan harga minyak.

“Penilaian saya adalah saat yang tepat untuk membeli obligasi dan dolar AS melemah,” ujar dia kepada CNBC.

Secara umum, penurunan suku bunga akan meningkatkan harga saham, Worth prediksi hal itu menjadi bahan bakar bagi investor. Ia prediksi kenaikan pasar saham pada akhir tahun. Namun, ia memperingatkan hubungan aset kelas tidak selalu berbanding terbalik, dan percaya pasar akan berakhir dengan suku bunga dan saham lebih rendah pada 2023.


Penutupan Wall Street pada 3 Oktober 2023

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Selasa, 3 Oktober 2023. Koreksi wall street terjadi seiring imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat yang mencapai level tertinggi sejak 2007.

Hal itu meningkatkan kekhawatiran suku bunga lebih tinggi akan berdampak ke pasar perumahan dan membawa ekonomi ke dalam resesi. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones anjlok 430,97 poin atau 1,29 persen, dan mencatat kinerja terburuk sejak Maret. Indeks Dow Jones melemah ke posisi 33.002,38. Demikian dikutip dari CNBC, Rabu (4/10/2023).

Indeks S&P 500 melemah 1,37 persen, dan sentuh level terendah sejak Juni, ditutup ke posisi 4.229,45. Indeks Nasdaq merosot 1,87 persen ke posisi 13.059,47 seiring growth stock mengalami koreksi terbesar karena kenaikan suku bunga.

Dengan koreksi wall street pada Selasa pekan ini, indeks Dow Jones melemah sepanjang 2023. Indeks Dow Jones turun 0,4 persen, indeks S&P 500 naik 10 persen pada 2023.

Imbal hasil treasury bertenor 10 tahun menyentuh 4,8 persen yang mencapai level tertinggi dalam 16 tahun. Imbal hasil acuan telah melonjak dalam sebulan terakhir seiring the Federal Reserve (the Fed) berjanji untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama.

Imbal hasil obligasi bertenor 30 tahun sentuh 4,925 persen, dan level tertinggi sejak 2007. Tingkat rata-rata hipotek 30 tahun mendekat 8 persen.

 


Koreksi Normal pada September dan Oktober

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Chief Investment Officer Advisor Alliance, Chris Zaccarelli menuturkan, koreksi musiman cukup normal untuk pasar pada September dan Oktober. Namun, dia mencatat kekhawatiran yang sedang berlangsung mengenai suku bunga lebih tinggi dapat berarti lebih banyak penurunan yang akan terjadi pada saham.

“Ancaman terhadap ekuitas lebih disebabkan oleh sisi suku bunga. Kita benar-benar perlu melewati aksi jual obligasi ini, dan menemukan semacam keseimbangan di pasar obligasi, sebelum kita berpikir saham akan mampu mencapai titik terendah,” tutur dia.

Sementara itu, Chief Investment NorthEnd Private Wealth, Alex Mcgrath menuturkan, kenaikan imbal hasil menimbulkan hambatan besar untuk saham.

Saham-saham diperdagangkan berbanding terbalik dengan imbal hasil obligasi. Saham melemah sepanjang hari seiring kenaikan suku bunga.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya