Liputan6.com, Jakarta - Kapitalisasi pasar saham Apple ditutup di atas USD 3 triliun atau sekitar Rp 46.435 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.478) untuk pertama kali sejak Agustus 2023.
Kapitalisasi pasar saham Apple sentuh USD 3 triliun seiring saham Apple naik 2 persen menjadi USD 193,42 per saham. Kapitalisasi pasar saham Apple resmi melampaui angka USD 3 triliun untuk pertama kali pada Juni, dan sempat sentuh USD 3 triliun pada Desember 2022 selama perdagangan intraday.
Baca Juga
Saham Apple mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada 31 Juli dan tetap menjadi perusahaan publik Amerika Serikat (AS) paling bernilai.
Advertisement
Pencapaian ini merupakan tanda ketahanan Apple. Harga saham produsen iPhone telah meningkat lebih dari 48 persen sepanjang 2023. Bahkan ketika perusahaan itu mengurangi jumlah sahamnya melalui pembelian kembali.
Investor melihat Apple sebagai benteng dengan arus kas yang signifikan, produk-produk populer secara global, dan program pengembalian pemegang saham yang kuat bahkan ketika perusahaan itu berjuang melawan perlambatan pertumbuhan dan masalah di pasar seperti China.
Pada tahun fiskal 2023 yang dimulai Oktober, Apple melaporkan pendapatan sebesar USD 383,29 miliar, turun sekitar 3 persen dari tahun sebelumnya.
Apple juga memperingatkan pada November kalau tidak perkirakan pertumbuhan pendapatan tahunan pada kuartal penting tepatnya pada Desember yang merupakan kuartal penuh pertama dengan penjualan iPhone 15. Tahun depan, Apple akan merilis headset realitas virtual Vision Pro, platform komputasi besar pertama sejak memperkenalkan Apple Watch pada 2014.
Pendapatan Apple Merosot hingga September 2023, tapi Penjualan iPhone Cetak Rekor
Sebelumnya diberitakan, Apple mencatat penurunan penjualan seiring perlambatan penjualan tengah ekonomi yang tidak menentu. Penjualan Apple turun 1 persen menjadi USD 89,5 milar hingga kuartal keempat fiskal pada akhir September 2023.
Namun, perolehan penjualan tersebut masih sejalan dengan perkiraan analis wall street USD 84,3 miliar. Penjualan meski turun, laba bersih Apple pada kuartal tersebut tumbuh hampir 11 persen menjadi USD 22,96 miliar. Perolehan laba itu melebihi harapan analis. Sementara itu, laba bersih per saham sebesar USD 1,46 per saham.
Saham Apple turun lebih dari 1 persen dalam perpanjangan perdagangan setelah rilis laporan keuangan.
"Selama kuartal yang berakhir September, kami terus hadapi lingkungan makro ekonomi yang tidak merata. Kami terus berinvestasi di masa depan. Kami terus beradaptasi dengan keadaan di luar kendali kami, sambil tetap bijaksana dan berhati-hati dalam menghabiskan dana,” kata CEO Apple Tim Cook.
Pendapatan dari segmen produk Apple turun lebih dari 5 persen year over year selama kuartal keempat fiskal hingga September terutama didorong penurunan penjualan Mac dan iPad. Pendapatan iPhone naik 3 persen dari kuartal tahun lalu menjadi USD 43,8 miliar, menandai rekor penjualan iPhone hingga September.
Apple juga mencapai rekor jumlah perangkat terpasang yang digunakan secara aktif di seluruh produk dan segmen geografisnya, demikian disampaikan CFO Luca Maestri.
Angka penjualan Apple itu mungkin memberikan indikasi awal mengenai kinerja iPhone 15, menyusul kekhawatiran dari analis, konsumen akan memiliki lebih sedikit insentif untuk melakukan upgrade karena jajaran produk baru hanya menampilkan sedikit peningkatan.
Advertisement
Analis Soroti Penjualan di China
Namun, jajaran iPhone 15 mulai dijual hanya delapan hari sebelum akhir kuartal September, sehingga dampak sebenarnya kemungkinan besar tidak akan terasa hingga Apple melaporkan kinerja yang terdapat momen liburan. Apple juga mengumumkan peningkatan pada laptop dan desktop awal pekan ini.
“Kami yakin lingkungan (ekonomi) makro yang genting ini dikombinasikan dengan pasar akan menyebabkan siklus iPhone 15 yang membosankan,” ujar Analis Monness Crespi Hardt, Brian White.
Cook menuturkan, masih terlalu dini untuk menyebut siklus iPhone 15. “Masih terlalu dini untuk mengetahui berapa tingkat peningkatan dan tingkat peralihannya,” ujar dia.
Selain itu, analis juga menyoroti penurunan penjualan Apple di China 2,5 persen YoY hingga September, sebagai tanda produsen iPhone itu mungkin akan kehilangan kekuatan di pasar yang penting tersebut.
“Angka penjualan Apple di China yang mengkhawatirkan menunjukkan permintaan untuk iPhone kelas atas melambat lebih dari yang diperkirakan karena meningkatnya persaingan dari perusahaan lokal termasuk Huawei,” ujar Analis Investing.com, Jesse Cohen.
Respons Apple
Namun, kepada analis, Cook menuturkan, Apple hadapi kesulitan terkait nilai tukar mata uang asing di China dan penjualan iPhone sebenarnya mencapai rekor di China hingga September. Ia menuturkan, penurunan penjualan di China sebagian besar disebabkan penurunan pendapatan dari Mac dan iPad, serupa dengan hasil keseluruhan keuangan perusahaan.
Namun, pertumbuhan penjualan di segmen layanan Apple terus mengimbangi penurunan pertumbuhan pendapatan perangkat. Pendapatan dari unit layanan yang mencakup produk berlangganan Apple seperti Apple TV+ mencatatkan kenaikan lebih dari 14 persen hingga September yang mencapai rekor kuartalan lebih dari USD 22 miliar.
Perseroan melihat dorongan tambahan dari bisnis jasa hingga Desember setelah Apple bulan lalu menaikkan harga langganan Apple+, Apple Arkade dan Apple news masing-masing USD 2-USD 3 per bulan.
Apple prediksi, total pendapatan hingga Desember akan tetap sama dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain itu, Cook juga memberikan bocoran tentang peluncuran headset Vision Pro yang diharapkan akan tersedia untuk konsumen pada awal 2024. Ia menuturkan, para pengembang telah bekerja dengan produk tersebut di laboratorium pengembang tertentu yang didirikan Apple untuk membuat aplikasi. Ia menambahkan, awalnya Vision Pro hanya akan dijual di toko Apple sehingga perusahaan dapat edukasi konsumen tentang cara menggunakannya.
Advertisement