Wall Street Merosot Imbas Investor Realisasikan Keuntungan

Investor yang merealisasikan keuntungan telah menekan wall street pada perdagangan Rabu, 20 Desember 2023. Ditambah tekanan dari saham FedEx.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Des 2023, 06:50 WIB
Diterbitkan 21 Des 2023, 06:50 WIB
Wall Street Merosot Imbas Investor Realisasikan Keuntungan
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Rabu, 20 Desember 2023. (Foto:Unsplash/Aditya Vyas)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Rabu, 20 Desember 2023. Hal ini seiring investor merealisasikan keuntungan setelah pasar mengalami tren menguat.

Di sisi lain, FedEx menyeret indeks saham S&P 500 ke zona merah. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 475,92 poin atau 1,27 persen ke posisi 37.082. Indeks Nasdaq terpangkas 1,5 persen ke posisi 14.777,94. Dua indeks saham acuan itu mengakhiri kenaikan selama sembilan hari dan mengalami kinerja terburuk sejak Oktober. Demikian mengutip dari laman CNBC, Kamis (21/12/2023).

Indeks S&P 500 merosot 1,47 persen ke posisi 4.698,35, menandai kinerja terburuk sejak September. “Pasar menjadi jenuh beli, dan koreksi seperti ini wajar mengingat kondisi seperti itu. Jadi ini lebih bersifat teknikal dari pada fundamental,” ujar Senior Portfolio Manager Globalt Investments, Keith Buchanan, seperti dikutip dari CNBC.

Sementara itu, saham FedEx mencatat beban terbesar di indeks S&P 500. Saham FedEx merosot 12 persen. Raksasa pengiriman paket ini mengeluarkan prospek pendapatan yang mengecewakan untuk tahun fiskal ini, dan melaporkan hasil fiskal kuartal kedua yang jauh dari harapan baik kinerja pendapatan dan laba.

Saham induk usaha Google, Alphabet termasuk di antara yang mencatat kinerja terbaik di indeks S&P 500, mencapai level tertinggi baru dalam 52 minggu selama sesi tersebut. Saham Alphabet naik 1,2 persen.

Koreksi ini terjadi setelah sesi yang kuat pada perdagangan saham Selasa pekan ini saat indeks Dow Jones dan Nasdaq mencatat kenaikan sembilan hari berturut-turut. Sejak penutupan terendah pada 27 Oktober hingga Selasa pekan ini, indeks Dow Jones menguat 15,9 persen. Indeks S&P 500 melambung 15,8 persen dan indeks Nasdaq bertambah 19,1 persen sejak penutupan pada level terendah terbarunya pada 26 Oktober.

Kinerja Indeks Saham

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Rata-rata tiga indeks saham acuan tersebut berada pada jalur menuju kenaikan pada Desember dan 2023 karena investor menantikan usulan penurunan suku bunga dari the Federal Reserve (the Fed) pada tahun baru.

Indeks S&P 500 menguat 2,9 persen pada Desember 2023 dan 22 persen sepanjang 2023. Indeks Dow Jones naik 3,2 persen pada Desember 2023, dan 11,9 persen pada 2023. Indeks Nasdaq bertambah 3,9 persen dalam sebulan dan 41 persen pada 2023, dan menempatkannya pada tahun terbaiknya sejak 2020.

Sementara itu, Morgan Stanley mengatakan, inflasi berikutnya mungkin akan sulit. The Federal Reserve (the Fed) mungkin tidak akan memulai memangkas suku bungga.

“Kami pikir akan memakan waktu hingga Juni bagi the Fed untuk mendapatkan bukti yang jelas dan meyakinkan kalau inflasi akan kembali ke target 2 persen, dan oleh karena itu, mulai menurunkan suku bunganya,” ujar Ekonom Morgan Stanley Ellen Zentner.

Hal ini bisa menjadi berita buruk bagi saham-saham yang telah menguat pada Desember 2023 sehingga mengakhiri kinerja yang kuat pada 2023. Selain itu, investor semakin optimistis terhadap potensi bank sentral menurunkan suku bunga mulai Maret 2023.

Penutupan Wall Street pada 19 Desember 2023

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kompak melesat pada perdagangan saham Selasa, 19 Desember 2023.

Indeks S&P 500 menguat pada perdagangan Selasa pekan ini, dan mendekati rekor tertingginya hal ini seiring perubahan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) yang dovish baru-baru ini mengangkat saham.

Mengutip CNBC, Rabu (20/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,59 persen ke posisi 4.768,37. Dengan kenaikan pada perdagangan saham Selasa pekan ini, indeks S&P 500 berjarak sekitar 0,6 persen dari rekor penutupannya dan 1 persen dari rekor intraday. Keduanya dicapai pada Januari 2022.

Indeks Dow Jones melonjak 251,90 poin atau 0,68 persen menjadi 37.557,92. Indeks Nasdaq naik 0,66 persen menjadi 15.003,22. Ini pertama kalinya indeks Nasdaq ditutup di atas level 15.000 sejak Januari 2022.

Indeks Nasdaq bertambah 0,49 persen menjadi 16.811,85, dan mencapai level intraday sepanjang masa dan penutupan tertinggi.

 

 

Kinerja Saham

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)
Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)

Saham Walgreen Boots Alliance mencatat kinerja terbaik. Saham Walgreens menguat 4,2 persen. Sedangkan saham Enphase Energy dan First Solar termasuk di antara saham-saham yang catat penguatan terbesar di indeks S&P 500. Saham tersebut masing-masing naik 9 persen dan 4 persen.

Saham energi membukukan kinerja lebih baik dengan indeks S&P 500 mendaki 1,2 persen seiring kenaikan harga minyak. Saham Occidental Petroleum mendaki 2,3 persen, sementara itum saham Halliburton dan Exxon Mobil naik lebih dari 1 persen.

Wall street juga mencatat reli seiring pekan lalu ada indikasi mengenai kemungkinan penurunan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) sebanyak tiga kali pada 2024 dan memberikan katalis bagi pasar.

Tanda-tanda menurunnya inflasi dan imbal hasil obligasi juga membantu aset berisiko selama musim yang kuat bagi saham.

“Bias membeli saham ini mulai terjadi. Dan kecuali berita mengubahnya, kita mungkin akan naik lebih tinggi setiap hari karenanya,” ujar Pendiri Bokeh Capital Partners, Kim Forest.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya