Wall Street Melesat Berkat Saham Apple hingga Produsen Chip

Wall street melejit pada penutupan perdagangan Kamis, 18 Januari 2024 waktu setempat. Saham teknologi terutama Apple mengangkat indeks acuan.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Jan 2024, 06:45 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2024, 06:45 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 18 Januari 2024. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 18 Januari 2024. Saham perusahaan teknologi yang dipimpin saham Apple mengangkat indeks acuan ke wilayah positif.

Dikutip dari CNBC, Jumat (19/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 201,94 poin atau 0,54 persen ke posisi 37.468,61. Indeks Nasdaq bertambah 1,35 persen ke posisi 15.055,65. Indeks S&P 500 naik 0,88 persen ke posisi 4.780,94.

Baik indeks Nasdaq dan S&P 500 sekarang berada wilayah positif pada 2024 masing-masing naik 0,30 persen dan 0,23 persen. Namun, indeks Dow Jones merosot 0,59 persen di wall street.

Saham Apple bertambah 3,3 persen setelah Bank of America menaikkan sahamnya menjadi beli. Saham Apple diprediksi naik lebih dari 20 persen dalam 12 bulan ke depan. Raksasa teknologi tersebut mencatat kinerja terbaik sejak 5 Mei 2023. Sementara itu, the technology select sector SPDR Fund menguat 2 persen, mencapai titik tertinggi sepanjang masa.

Saham Taiwan Semiconductor Manufacturing Co, produsen chip terbesar di dunia bertambah 9,8 persen setelah membukukan laba dan pendapatan yang lebih baik pada kuartal IV. Ini membantu mendorong VanEck Semiconductor ETF naik lebih dari 3 persen untuk mencapai level tertinggi sepanjang masa.

Analis Baird, Ross Mayfield menuturkan, saham teknologi mendapatkan dorongan pada perdagangan Kamis, 19 Januari 2024 dari pembaruan kinerja TSMC yang memberikan banyak hal positif mengenai panduan ke depan untuk semikonduktor dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

“Seiring dengan berkembangnya lingkungan makro pada tahun ini, jika masih ada dorongan untuk AI, hal ini akan muncul pada saham-saham yang paling banyak dimanfaatkan terhadap AI,” Mayfield menambahkan.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun naik menjadi 4,14 persen pada perdagangan Kamis pekan ini seiring data pekerjaan baru menunjukkan berlanjutnya pengetatan di pasar tenaga kerja.

Pengajuan asuransi pengangguran pertama kali mencapai 187.000 untuk pekan yang berakhir 13 Januari, turun 16.000 dari periode sebelumnya, demikian laporan Departemen Tenaga Kerja. Angka itu lebih kuat dari perkiraan konsensus ekonom sebesar 208.000, berdasarkan data yang dikumpulkan Dow Jones.

 

Investor Khawatir Pasar Tenaga Kerja yang Kuat

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Investor khawatir pasar tenaga kerja yang kuat ditambah dengan belanja konsumen yang kuat tercermin dalam laporan penjualan ritel pada Desember yang dirilis Rabu pekan ini berdampak terhadap potensi penurunan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed). Penurunan suku bunga the Fed lebih sedikit dari yang diperkirakan banyak orang.

Saat ini, pasar prediksi peluang sekitar 56 persen penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Maret 2024, menurut CME FedWatch Tool.

“Pasar benar-benar maju pada tahun lalu dalam hal penurunan suku bunga, (ketika) mencapai 3,8 persen dalam 10 tahun. Teknologi dipandang sebagai tempat yang aman ketika tingkat bunga meningkat. Jadi Anda melihat dinamika itu sekarang,” ujar CEO Infrastructure Capital Management, Jay Hatfield.

President the Fed Atlanta Raphael Bostic memperkirakan, bank sentral akan mulai menurunkan suku bunga pada kuartal III. Meskipun hal ini lebih cepat dari perkiraan Bostic sebelumnya, hal ini juga membuat the Fed mengambil langkah lebih lambat dibandingkan yang diantisipasi pasar.

Selain itu, sejumlah saham teknologi menguat sehingga mengangkat indeks Nasdaq dan Nasdaq 100 lebih dari 1 persen. Saham Fastenal memimpin penguatan dengan melonjak lebih dari 6 persen. Saham semikonduktor KLA Corporation, ASML, Marvell Techology, Qualcomm dan Applief Materials melompat lebih dari 4 persen.

Saham Apple naik lebih dari 3 persen setelah Bank of America menaikkan rekomendasi. Saham Alphabet, Nvidia dan Meta Platform naik lebih dari 1 persen.

Penutupan Wall Street pada 17 Januari 2024

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tertekan pada perdagangan Rabu, 17 Januari 2024. Koreksi wall street terjadi seiring rilis data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (18/1/2024),pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 94,45 poin atau 0,25 persen ke posisi 37.266,67. Indeks Dow Jones turun dalam tiga hari berturut-turut.

Indeks S&P 500 merosot 0,56 persen ke posisi 4.739,21. Indeks Nasdaq tergelincir 0,59 persen ke posisi 14.855,62.

Sementara itu, saham Charles Schwab merosot 1,3 persen setelah melaporkan hasil kuartalan yang beragam. Saham Walgreens dan Caterpilar masing-masing turun 3 persen. Dua saham tersebut memimpin koreksi di indeks Dow Jones.

Di sisi lain, saham Boeing naik 1,3 persen, dan mencatatkan keuntungan terbesar di indeks Dow Jones setelah turun tajm baru-baru ini.

Data penjualan ritel pada Desember yang lebih kuat dari perkiraan menunjukkan konsumen yang tangguh dan keraguan akan penurunan suku bunga agresif dari the Federal Reserve.

 

 

 

Penjualan Ritel Menguat

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sementara itu, penjualan ritel naik 0,6 persen pada November, dan naik 0,4 persen month over month (MoM) termasuk otomotif. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi kenaikan penjualan ritel 0,4 persen dari month-to-month dan kenaikan penjualan ritel sebesar 0,2 persen dari bulan ke bulan.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun terakhir diperdagangkan naik hampir 4 basis poin menjadi 4,102 persen melanjutkan kenaikannya pada perdagangan Selasa pekan ini setelah Gubernur the Federal Reserve Christopher Waller memperingatkan pelonggaran kebijakan moneter mungkin lebih lambat dari yang diperkirakan.

Sejauh ini, pelaku pasar prediksi kemungkinan besar 57 persen the Federal Reserve (the Fed) akan mulai menurunkan suku bunga pada Maret seiring dengan meningkatnya harapan untuk melakukan perubahan, menurut FedWatch dari CME Group.

“Pada akhir tahun ini, suku bunga kemungkinan akan lebih rendah dibandingkan sekarang, tetapi hal ini tidak akan berjalan mulus,” ujar Senior Portfolio Manager Globalt Investments, Thomas Martin.

Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Ia menambahkan, sementara itu, pelaku pasar berada pada posisi agresif untuk mengambil risiko dan menjadi sedikit lebih terdiversifikasi dalam memiliki saham seiring lebih banyak penurunan suku bunga. “Anda memang ingin memegang obligasi, tetapi Anda juga ingin memegang saham,” ujar Martin.

Adapun saham real estate menjadi penghambat terbesar di indeks S&P 500 pada Rabu pekan ini, dan menyeret sektor saham tersebut turun 1,2 persen.

Saham Boston Propertis alami kerugian terbesar di sektor ini dengan turun hampir 3 persen. Saham Prologis, Healthpeak Properties dan Equinix masing-masing turun lebih dari 1 persen.

Saham layanan komunikasi, teknologi informasi dan konsumen merosot hampir 1 persen. Saham Semiconductor, NXP Semiconductors dan Jabil turun 3 persen. Sedangkan saham Enpahse Energy dan Fortinet melemah 3 persen.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya