Bursa Saham Asia Tertekan, Indeks Nikkei di Jepang Anjlok 7%

Bursa saham Asia Pasifik kembali koreksi pada perdagangan Senin, 5 Agustus 2024 terseret aksi jual. Indeks Nikkei 225 anjlok tajam dan pimpin koreksi.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Agu 2024, 08:13 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2024, 08:13 WIB
Bursa Saham Asia Tertekan, Indeks Nikkei di Jepang Anjlok 7%
Bursa saham Asia Pasifik melanjutkan aksi jual yang terjadi pada perdagangan Jumat, 2 Agustus 2024.(AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melanjutkan aksi jual yang terjadi pada perdagangan Jumat, 2 Agustus 2024. Hal ini terjadi di tengah investor menanti data perdagangan utama dari China dan Taiwan pekan ini, serta keputusan bank sentral Australia dan India.

Mengutip CNBC, Senin (5/8/2024), bursa saham Jepang memimpin koreksi di kawasan Asia Pasifik. Indeks Nikkei 225 dan indeks saham Topix turun 7 persen dalam perdagangan yang bergejolak. Saham Mitsubishi, Mitsui and Co, Sumitomo dan Marubeni anjlok lebih dari 10 persen.

Penurunan bursa saham Asia pada Senin, 5 Agustus 2024 ikuti langkah pada Jumat, 2 Agustus 2024 saat indeks Nikkei 225 dan Topix masing-masing turun lebih dari 5 persen dan 6 persen.

Indeks Topix catat kinerja terburuk dalam delapan tahun. Sedangkan indeks Nikkei menandai hari terburuknya sejak Maret 2020. Setelah aksi jual di bursa saham, Yen juga menguat ke level tertinggi terhadap dolar AS sejak Januari, dan terakhir diperdagangkan pada 145,42.

Pada Senin, S&P Global akan merilis angka aktivitas sektor jasa untuk negara-negara di seluruh kawasan termasuk India dan China.

Indeks ASX 200 di Australia turun 2,3 persen. Reserve Bank of Australia memulai pertemuan kebijakan moneternya dalam dua hari pada Senin pekan ini. Ekonom yang disurvei oleh Reuters prediksi bank sentral pertahankan suku bunga di 4,35 persen. Namun, pasar akan memantau pernyataan kebijakan moneter untuk kejelasan apakah Reserve Bank of Australia masih mempertimbangkan kenaikan suku bunga.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Indeks Kospi

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Indeks Kospi di Korea Selatan turun 3,9 persen dan indeks Kosdaq melemah 3,5 persen. Indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong berada pada level 16.901, lebih rendah dari penutupan sebelumnya di 16.945,51.

Pada Jumat pekan lalu di Amerika Serikat, wall street anjlok seiring laporan pekerjaan yang jauh lebih lemah dari yang diantisipasi pada Juli 2024 memicu kekhawatiran kalau ekonomi dapat jatuh ke dalam resesi.

Indeks Nasdaq adalah yang pertama dari tiga tolok ukur acuan yang memasuki wilayah koreksi. Indeks Nasdaq turun lebih dari 10 persen dari rekor tertingginya. Indeks Nasdaq merosot lebih dari 10 persen dari rekor tertingginya. Indeks S&P 500 dan Dow Jones masing-masing 5,7 persen dan 3,9 persen di bawah rekor tertingginya.

Indeks S&P 500 anjlok 1,84 persen, indeks Nasdaq turun 2,43 persen, dan indeks Dow Jones merosot 1,51 persen.


Bursa Saham Asia Pasifik pada 2 Agustus 2024

Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)
Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)

Sebelumnya, Indeks Nikkei di Jepang anjlok pada Jumat, 2 Agustus 2024 di tengah sebagian besar bursa saham Asia Pasifik merosot. Hal ini terjadi setelah aksi jual di wall street karena kekhawatiran resesi.

Mengutip CNBC, indeks Nikkei 225 di Jepang merosot 5,81 persen ke posisi 35.909,7. Koreksi indeks Nikkei tersebut terburuk sejak Maret 2020, berdasarkan data Factset. Indeks turun di bawah 36.000 untuk pertama kalinya sejak Januari.

Sementara itu, indeks Topix melemah 6,14 persen dan ditutup ke posisi 2.537,6, dan menandai hari terburuk dalam delapan tahun. Saham Daiwa Securities alami penurunan kapitalisasi pasar hingga 18,85 persen.

Selain itu, saham Softbank Group anjlok lebih dari 8 persen. Sedangkan saham Mitsui dan Marubeni masing-masing turun lebih dari 10 persen dan 8 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang turun dengan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun di bawah 1 persen dan mencapai level terendah sejak 17 Juni. Indeks Kospi susut 3,65 persen ke posisi 2.676,19, dan alami kinerja terburuk sejak Agustus 2020 dan sebagian besar terseret saham bank.

Sementara itu, indeks Kosdaq anjlok 4,2 persen dan mencapai level terendah sejak November 2023. Indeks ASX 200 di Australia merosot 2,11 persen ke posisi 7.943,2, dan alami hari terburuk sejak Maret 2023 hingga turun dari level tertinggi sepanjang masa.

Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 2,32 persen dan indeks CSI 300 di China melemah 1,02 persen ke posisi 3.384,39. Inflasi di Korea Selatan pada Juli sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan dengan indeks harga konsumen naik 2,6 persen year on year (YoY) dibandingkan prediksi ekonom yang disurvei Reuters sebesar 2,5 persen.

 


Penutupan Wall Street pada 2 Agustus 2024

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Jumat, 2 Agustus 2024. Wall street melemah seiring laporan pekerjaan yang jauh lebih lemah dari yang diantisipasi pada Juli sehingga memicu kekhawatiran ekonomi dapat jatuh ke dalam resesi.

Mengutip CNBC, ditulis Sabtu (3/8/2024), indeks S&P 500 merosot 1,84 persen ke posisi 5.346,56. Indeks Nasdaq anjlok 2,43 persen ke posisi 16.776,16. Koreksi indeks Nasdaq merosot dari titik tertingginya baru-baru ini menjadi lebih dari 10 persen. Indeks Dow Jones terpangkas 1,51 persen ke posisi 39.737,26.

Wall street merosot setelah pertumbuhan lapangan kerja di AS pada Juli melambat lebih dari yang diharapkan, sementara tingkat pengangguran naik ke level tertinggi sejak Oktober 2021. Penggajian nonpertanian hanya tumbuh 114.000 bulan lalu, demikian laporan Departemen Tenaga Kerja.

Data tenaga kerja itu melambat dari 179.000 lapangan kerja yang ditambahkan pada Juni dan di bawah 185.000 yang diharapkan oleh ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Sementara itu, tingkat pengangguran meningkat menjadi 4,3 persen.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun ke level terendah sejak Desember seiring investor buru obligasi untuk mencari keamanan karena khawatir the Federal Reserve (the Fed) membuat kesalahan pekan ini mempertahankan suku bunga acuan.

Di sisi lain, sejumlah saham kapitalisasi besar anjlok. Hal ini didorong kinerja kuartal II Amazon yang memicu kekhawatiran investor mengenai tingkat pengeluaran modal terkait kecerdasan buatan Big Tech.

Raksasa e-commerce itu turun 8,8 persen setelah gagal memenuhi harapan pendapatan dan mengeluarkan panduan yang mengecewakan. Sementara itu, Intel turun 26 persen setelah mengumumkan arahan yang lemah dan PHK. Saham Nvidia susut 1,8 persen setelah alami koreksi 6 persen sehari sebelumnya.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya