PTBA: Bisnis Batu Bara Masih Cuan sampai 100 Tahun

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengungkapkan bahwa investasi di energi fosil, seperti batu bara, masih memiliki potensi keuntungan hingga satu abad ke depan

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 27 Agu 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2024, 17:00 WIB
Operasi tambang batu bara PT Adaro Indonesia (Foto: laman PT Adaro Energy Indonesia Tbk/ADRO)
Operasi tambang batu bara PT Adaro Indonesia (Foto: laman PT Adaro Energy Indonesia Tbk/ADRO)

 

Liputan6.com, Jakarta Dunia saat ini tengah memasuki masa peralihan menuju penggunaan energi baru terbarukan (EBT) atau New and Renewable Energy. Kendati demikian, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengungkapkan bahwa investasi di energi fosil, seperti batu bara, masih memiliki potensi keuntungan hingga satu abad ke depan.

Direktur Keuangan & Manajemen Risiko PT Bukit Asam Tbk, Farida Thamrin, mengatakan bahwa pihaknya bersyukur masih bisa mencatat kinerja yang sangat baik di semester I 2024, meskipun harga batu bara saat ini relatif terkontraksi dibandingkan dengan tahun 2023 dan 2022.

Keyakinan ini diutarakan karena area operasi PTBA di kawasan Sumatera Selatan menyimpan cadangan batu bara yang sangat besar. Bahkan, Farida menyebutkan bahwa jumlah sumber daya yang belum dieksplorasi adalah dua kali lipat lebih besar dari cadangan yang ada.

"Kepada semua teman-teman investor, jangan khawatir, karena cadangan batu bara yang ada di PT Bukit Asam ini masih sangat banyak. Terdapat 2,98 miliar ton batu bara yang tersedia," ujar Farida dalam sesi *Public Expose*, Selasa (27/8/2024).

"Kalau dibayangkan jumlahnya, misalnya sekarang produksi batu bara sekitar 40 juta ton, jika dihitung-hitung, masih sekitar 90-100 tahun lagi kita bisa mengekspor. Sementara sumber daya batu bara yang masih perlu kita eksplorasi lebih lanjut berjumlah 5,81 miliar ton. Jadi, sebenarnya cadangan kita masih sangat panjang," jelasnya.

Pendapatan PTBA

Dari pengolahan cadangan yang ada saat ini, PT Bukit Asam Tbk berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 19,6 triliun dengan laba bersih sekitar Rp 2 triliun pada semester I 2024.

Farida juga menyampaikan bahwa produksi batu bara perseroan di semester I 2023 tetap berada di kisaran 18,8 juta ton. Namun, PTBA berhasil mencapai angka penjualan tertinggi untuk periode semesteran, yakni sebesar 20,1 juta ton pada enam bulan pertama tahun ini, naik 15 persen dibandingkan semester I 2023.

"Karena kami masih memiliki stok dari tahun 2023, maka stok tersebut yang lebih dulu kami ambil, sehingga angka penjualan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2023, mencapai 20,1 juta ton," jelas Farida.

"Pendapatan tahun 2024 juga lebih tinggi 4 persen dibandingkan tahun 2023, yaitu sebesar Rp 19,6 triliun. Meskipun harga batu bara menurun, laba bersih tetap berhasil kami jaga stabil di angka Rp 2 triliun," tambahnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ekspor Batu Bara

Tambang Batubara
Pertambangan batu bara di Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. (Liputan6.com/ Abelda Gunawan)

Pencapaian pada semester I 2024 didukung oleh penjualan ekspor batu bara sebesar 8,5 juta ton, meningkat 20 persen secara tahunan (YoY) dibandingkan dengan semester I 2023.

Beberapa pasar berhasil dioptimalkan pada kuartal kedua tahun ini, di antaranya Bangladesh dan Filipina. Potensi pasar utama juga dimaksimalkan, misalnya ekspor ke India naik 37 persen menjadi 3 juta ton.

Selain itu, ekspor ke Thailand, Malaysia, dan Vietnam juga mengalami peningkatan signifikan. Contohnya, ekspor ke Thailand yang melesat 605 persen secara tahunan menjadi 933 ribu ton. Sementara itu, ekspor ke Malaysia melonjak 257 persen menjadi 488 ribu ton, dan ekspor ke Vietnam meningkat 164 persen dari 461 ribu ton menjadi 1,2 juta ton.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya