Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi mengungkapkan bahwa Bank Indonesia (BI) berpeluang menurunkan suku bunya lebih lanjut pada bulan depan. Prediksi ini setelah melihat penurunan suku bunga Bank Sentral AS atau Fed yang telah memangkas suku bunga lebih besar dari ekspektasi yaitu 50 basis poin.
Menurutnya, penurunan suku bunga biasanya akan mendorong likuiditas yang lebih longgar. Dengan adanya pelonggaran ini maka saham-saham sektor tertentu akan terdongkrak.
Baca Juga
“Sektor properti dan konstruksi akan diuntungkan lebih dulu karena penurunan suku bunga mendukung pembiayaan yang lebih murah, mempercepat penjualan properti dan proyek infrastruktur,” ungkap Lanjar Nafi dalam keterangan di Jakarta, dikutip Minggu (22/9/2024).
Advertisement
Selain itu, ia juga menyebut, sektor konsumer juga akan terkena sentiment positif setelah pemangkasan suku bunga, likuiditas yang lebih longgar meningkatkan daya beli masyarakat, mendorong sektor barang konsumsi seperti makanan, minuman, dan ritel.
“Sektor teknologi, Dimana perusahaan dii sektor teknologi yang berbasis sedang berkembang cenderung memerlukan biaya pembiayaan yang lebih rendah untuk ekspansi dan menciptakan pengembangan teknologi,” papar Lanjar Nafi.
Lanjar Nafi membeberkan, beberapa saham yang menarik untuk diperhatikan setelah bank sentral memangkas suku bunga adalah sektor properti; SMRA, BSDE, LPKR, SSIA, CTRA, sektor konsumen; ICBP, MYOR; sektor teknologi; GOTO, BUKA, serta untuk sektor perbankan adalah BBCA, BMRI, BBRI dan BBNI
“Sektor perbankan bisa mendapatkan keuntungan dari penurunan suku bunga karena biaya pendanaan menjadi lebih murah, sehingga bank memiliki potensi untuk meningkatkan laba melalui ekspansi kredit,” imbuhnya.
“Namun, investor juga perlu memperhatikan risiko penurunan Net Interest Margin (NIM), karena margin keuntungan dari selisih bunga kredit dan bunga simpanan bisa tertekan ketika suku bunga turun,” jelasnya.
IHSG Merosot, Kapitalisasi Pasar Anjlok Jadi Rp 13.007 Triliun pada 17-20 September 2024
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan 17-20 September 2024.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (21/9/2024), IHSG terpangkas 0,88 persen menjadi 7.743. Pada pekan lalu, IHSG berada di posisi 7.812,12. Koreksi IHSG juga diikuti kapitalisasi pasar. Kapitalisasi pasar bursa anjlok 2,85 persen menjadi Rp 13.007 triliun dari Rp 13.390 triliun pada pekan lalu.
Investor asing mencatat aksi beli saham Rp 523,15 miliar pada Jumat, 20 September 2024. Selama sepekan, investor asing membeli saham Rp 4,71 triliun. Aksi beli ini berkurang dari pekan lalu Rp 20,41 triliun. Sepanjang 2024, investor asing beli saham Rp 56,11 triliun.
Rata-rata nilai transaksi harian bursa juga merosot 0,37 persen menjadi Rp 14,93 triliun dari pekan lalu Rp 14,98 triliun.
Sementara itu, peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa sebesar 15,3 persen menjadi 28,07 miliar saham dari 23,35 miliar saham pada pekan lalu.
Selain itu, peningkatan juga turut terjadi pada rata-rata frekuensi transaksi harian bursa selama sepekan sebesar 10,43 persen menjadi 1,26 juta kali transaksi dari 1,14 juta kali transaksi.
Selama sepekan pada periode 17-20 September 2024, terdapat 1 pencatatan obligasi di BEI yaitu Obligasi Berkelanjutan II Provident Investasi Bersama Tahap III Tahun 2024 oleh PT Provident Investasi Bersama Tbk tepatnya pada Kamis, 19 September 2024.
Obligasi dicatatkan dengan jumlah pokok Rp 1,1 triliun dengan hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) adalah idA (Single A). Wali Amanat untuk obligasi ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Advertisement
Total Emisi Obligasi dan Sukuk
Total emisi obligasi dan sukuk yang telah tercatat sepanjang 2024 adalah 107 emisi dari 65 emiten senilai Rp90,79 triliun. Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 588 emisi dengan outstanding sebesar Rp463,26 triliun dan USD60,12 juta, yang diterbitkan oleh 132 emiten.
Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 194 seri dengan nilai nominal Rp6.273,24 triliun dan USD502,10 juta. Selain itu, di BEI telah tercatat sebanyak 9 emisi Efek Beragun Aset (EBA) dengan nilai Rp2,93 triliun.