Portofolio Kredit Hijau Tembus Rp 188 T, Bikin Saham BNI Dilirik

Dari total Rp 188 triliun yang disalurkan lewat Portofolio kredit berkelanjutan , sebanyak Rp 117 triliun 62% masuk ke pembiayaan social.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 24 Nov 2024, 21:06 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2024, 21:06 WIB
Menginjak Usia 73 Tahun Gedung Menara BNI Diresmikan
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) kini mencapai usianya yang ke-73 tahun. Sebuah ikon baru diresmikan sabagai salah satu kado istimewa pada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) BNI tersebut, yaitu Gedung Menara BNI di kawasan Pejompongan, Jakarta, pada Jumat (5 Juli 2019).

Liputan6.com, Jakarta Portofolio kredit berkelanjutan (Sustainable Linked Loan/SLL) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) terus tumbuh. Pertumbuhan SLL ini disebut membuat saham BNI menjadi semakin menarik untuk investasi tema Environmental, Social & Governance (ESG).

Per akhir September 2024, nilai portofolio SLL BNI mencapai Rp 188 triliun. Nilainya tumbuh 17% year-on-year (yoy) dibanding akhir September 2023 dan proporsinya mencapai 26% dari total kredit yang disalurkan oleh BNI.

Dari total Rp 188 triliun yang disalurkan lewat SLL, sebanyak Rp 117 triliun 62% masuk ke pembiayaan social dan sisanya sebesar Rp 71 triliun atau setara 38% dari SLL masuk untuk penyaluran kredit hijau.

Head of Research MNC Sekuritas, Victoria Venny melihat, komitmen tata kelola ESG di BNI dan peluang bisnis dapat semakin diselaraskan dan ini akan menjadi katalis positif untuk kinerja bank ke depannya.

 

Secara rinci, portofolio kredit hijau BNI mencakup penyaluran pinjaman ke energi baru dan terbarukan (EBT) atau yang dikenal dengan renewables energy senilai Rp 10,2 triliun. Sebanyak Rp 3,4 triliun untuk kredit yang fokus pada pencegahan polusi.

BNI juga menyalurkan kredit hijau untuk sektor sumber daya alam dan lahan berkelanjutan senilai Rp 32 triliun dan manajemen air serta limbah senilai Rp 25,4 triliun.

Bahkan menariknya lagi, portofolio SLL BNI menjadi semakin menarik. Perseroan mencatat bahwa penyaluran SLL ke beberapa sektor seperti unggas dan pemrosesan makanan, semen dan manufaktur, industri baja serta industri kemasan setara dengan USD363 juta (Rp5,5 triliun asumsi kurs Rp15.150/USD) per September 2024 dan naik 16% yoy.

Penyaluran SLL BNI ke empat sektor di atas juga melibatkan pelaku usaha di sektor-sektor tersebut untuk mencapai target kinerja berkelanjutan (Sustainable Performance Target/SPT) yang diantaranya diukur dengan beberapa indikator utama seperti penurunan polusi air, mencapai emisi CO2 secara spesifik, peningkatan skor ESG secara tahunan dan penurunan emisi, daur ulang resin hingga kesetaraan gender.

 

 

 

 

Direspons Pasar

Gedung PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI. (Dok BNI)
Gedung PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI. (Dok BNI)

Pelaku pasar merespons positif berbagai upaya bank pelat merah dengan logo 46 tersebut untuk mengintegrasikan komitmen ESG ke dalam proses bisnis yang dijalankan.

Abdul Azis analis Kiwoom Sekuritas juga merespons positif inisiatif BNI untuk mengintegrasikan tata kelola ESG ke dalam proses bisnis bank.

Dia melihat bahwa peluang saham BNI dilirik oleh investor ESG semakin tinggi. Dari catatan, dana kelolaan investasi ESG masih akan terus tumbuh dan mencapai angka USD34 triliun pada 2026 atau tumbuh 20% per tahun sejak 2021.

Dengan integrasi ESG ke dalam bisnis BNI yang menunjukkan hasil positif serta dengan inklusi saham ESG ke berbagai indeks lokal dan global memungkinkan saham BNI dipilih sebagai top-pick saham ESG untuk sektor keuangan.

 

 

 

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya