Liputan6.com, Jakarta Sektor poultry atau perunggasan di Indonesia diperkirakan memiliki prospek positif pada tahun 2025, didorong oleh stabilitas harga ayam broiler dan Day-Old Chick (DOC), serta kebijakan pemerintah melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG). Selain itu, biaya bahan baku yang masih terkendali turut menjadi faktor pendukung bagi industri ini.
Harga rata-rata pasar DOC dan broiler pada Januari 2025 menunjukkan tren yang stabil secara bulanan, namun tetap mencatat pertumbuhan tahunan yang kuat. Harga DOC di Jawa Barat naik 83,1 persen YoY, sedangkan harga broiler meningkat 12,6 persen YoY.
Baca Juga
"Kenaikan ini menandai empat bulan berturut-turut pertumbuhan tahunan, mengindikasikan adanya keseimbangan antara permintaan dan pasokan di pasar," ulas Analis Mirae Asset Sekuritas, Andreas Kristo Saragih dalam risetnya, dikutip Jumat (21/2/2025).
Advertisement
Harga ayam yang relatif stabil dan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dapat menjadi sinyal positif bagi peternak dan pelaku usaha perunggasan, meningkatkan profitabilitas mereka dalam jangka panjang.
Dampak Positif Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Pemerintah Indonesia tengah menggulirkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diharapkan dapat meningkatkan konsumsi protein hewani, termasuk ayam dan telur. Program ini berpotensi mendukung permintaan unggas dalam negeri, terutama di kalangan masyarakat menengah ke bawah dan sektor pendidikan.
"Jika program ini berjalan sesuai harapan, permintaan ayam dan telur bisa meningkat signifikan, memberikan dampak positif bagi industri perunggasan. Namun, efektivitas program ini masih perlu terus dipantau, terutama dalam hal distribusi dan implementasinya di berbagai daerah," kata Andreas.
Biaya Bahan Baku Relatif Terkendali
Meskipun harga bahan baku pakan, seperti jagung dan Soybean Meal (SBM) mengalami kenaikan pada Januari 2025, masing-masing 4 persen MoM, kenaikannya masih dalam batas wajar. Harga jagung domestik hanya naik 0,6 persen dibandingkan kuartal IV 2024, sementara harga SBM bahkan masih lebih rendah 9,9 persen dibandingkan rata-rata tahun lalu.
"Kondisi ini memberikan keuntungan bagi peternak dan produsen pakan, karena biaya produksi tidak melonjak secara drastis. Jika tren ini berlanjut, industri perunggasan bisa tetap kompetitif dan mempertahankan margin keuntungan yang sehat," jelas Andreas.
Dengan kombinasi stabilitas harga, dukungan kebijakan pemerintah, serta biaya bahan baku yang masih terkendali, sektor perunggasan tetap menarik bagi investor. Tim RIset Mirae Asset Sekuritas mempertahankan rekomendasi overweight, dengan Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) sebagai pilihan utama.
Advertisement
Beberapa Risiko
Namun, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan. Fluktuasi harga ayam dan DOC – Jika harga turun di bawah ekspektasi, keuntungan peternak bisa terdampak.
Daya beli masyarakat – Jika pemulihan ekonomi tidak berjalan sesuai harapan, konsumsi unggas bisa melemah. Biaya produksi, di mana kenaikan harga jagung dan SBM di atas perkiraan bisa menggerus margin keuntungan.
"Serta, efektivitas program MBG. Di mana jika implementasi program ini tidak sesuai harapan, dampaknya terhadap permintaan unggas bisa lebih rendah dari perkiraan," pungkas Andreas.
