IHSG Lesu, Tekanan Asing dan Sentimen Global Jadi Momok

Pengamat pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana menjelaskan, revisi peringkat MSCI Indonesia oleh Morgan Stanley dari Equal Weight (EW) menjadi Underweight (UW) menjadi salah satu penyebab utama pelemahan IHSG.

oleh Pipit Ika Ramadhani Diperbarui 24 Feb 2025, 20:05 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2025, 20:05 WIB
IHSG Ditutup Menguat
Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang perdagangan hari ini, Senin 24 Februari 2025 IHSG ditutup melemah sebesar 53,40 poin atau 0,78% ke level 6.749. Tekanan terhadap IHSG terjadi seiring dengan aliran dana asing yang masih mencatatkan outflow sebesar Rp 1,1 triliun di pasar reguler pekan lalu.

Pengamat pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana menjelaskan, revisi peringkat MSCI Indonesia oleh Morgan Stanley dari Equal Weight (EW) menjadi Underweight (UW) menjadi salah satu penyebab utama pelemahan IHSG.

“Morgan Stanley menyoroti penurunan Return on Equity (ROE) emiten-emiten Indonesia akibat prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang melemah. Hal ini membuat investor asing cenderung mengurangi eksposur mereka di pasar saham Indonesia,” ujar Hendra kepada Liputan6.com, Senin (24/2/2025).

Di tingkat global, kebijakan proteksionis Amerika Serikat turut membebani sentimen pasar. Kebijakan tarif pajak layanan digital yang diterapkan oleh Donald Trump terhadap negara-negara yang mengenakan tarif pada perusahaan teknologi AS diperkirakan akan meningkatkan inflasi di AS.

“Jika inflasi AS meningkat, ada kemungkinan The Fed kembali menaikkan suku bunga. Ini bisa memicu arus modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” kata Hendra. Dengan pasar saham Indonesia yang cukup sensitif terhadap kebijakan moneter AS, tekanan terhadap IHSG pun semakin kuat.

 

Danantara Belum Mampu Angkat Optimisme Investor

Akhir Pekan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Jumat (22/9/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Di sisi domestik, peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), yang mengelola aset negara senilai USD 900 miliar atau sekitar Rp 14.710 triliun, belum mampu mengangkat kepercayaan investor.

“Keberadaan Danantara memang menjadi katalis positif dalam jangka panjang, tetapi transparansi dan independensi dalam pengelolaan aset negara masih menjadi pertanyaan besar di kalangan investor,” ungkap Hendra.

Selain itu, muncul kabar bahwa sebagian nasabah mulai mempertimbangkan menarik dana mereka dari bank-bank Himbara akibat kekhawatiran redistribusi dana pemerintah ke skema investasi lain yang dikelola Danantara.

“Meski belum ada pernyataan resmi mengenai perubahan signifikan dalam struktur dana perbankan, sentimen negatif ini cukup berpengaruh terhadap saham perbankan, terutama BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI,” jelas Hendra.

 

Investor Beralih ke Sektor Defensif

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Di tengah tekanan yang semakin kuat, investor mulai mencari alternatif investasi yang lebih defensif. Saham sektor consumer goods menjadi salah satu pilihan menarik, terutama menjelang bulan Ramadhan yang diperkirakan akan meningkatkan konsumsi domestik.

“Saham Indofood CBP (ICBP) dengan target harga Rp 12.200 dinilai memiliki potensi pertumbuhan yang stabil, didukung oleh peningkatan konsumsi selama periode Ramadhan,” ujar Hendra.

Selain itu, saham emiten komoditas emas seperti J Resources Asia Pasifik (PSAB) juga mulai menarik perhatian. “Emas sering kali menjadi aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global. Dengan target harga Rp 310, saham PSAB berpotensi menarik bagi investor yang mencari perlindungan terhadap volatilitas pasar,” tambah Hendra.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya