Cerita Sarah Jessica Parker tentang Seks dan Feminisme

Sarah Jessica Parker dan feminisme.

oleh Rizkiono Unggul Wibisono diperbarui 13 Nov 2015, 08:30 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2015, 08:30 WIB
Sarah Jessica Parker (today.com)
Sarah Jessica Parker (today.com)

Liputan6.com, Los Angeles Meski karakternya dalam serial Sex and The City dikenal terbuka, dalam kehidupan nyata aktris Sarah Jessica Parker rupanya enggan berbicara mengenai kehidupan seksnya.

Foto: Vogue.co.uk

"Saya suka bagaimana perempuan sekarang dapat membicarakan tentang seks dengan humor dan tidak terpaksa," ujarnya kepada majalah Cosmopolitan Jerman baru-baru ini.

"Saya merasa itu semua tergantung kepada empat perempuan itu (para karakter dalam Sex and The City). Tapi kalau kehidupan seks saya, itu urusan saya sendiri," katanya.

Sarah Jessica Parker memang sudah tidak muda lagi, namun ia masih terlihat seksi mengenakan pakaian renang memamerkan lekuk tubuhnya.

Sex and The City berakhir pada 2004. Meski begitu, Sarah Jessica Parker ingin tetap menginspirasi sesama perempuan, salah satunya melalui merek sepatu yang dimilikinya.

Namun dengan sikap dan pandangannya tersebut, Sarah Jessica Parker menolak bila dianggap seorang feminis. Sarah merasa belum memberikan kontribusi apa pun terhadap kaum perempuan.

Sarah Jessica Parker. (foto: alltheprettybirds)

"Ketika membicarakan soal dianggap, perempuan mengikuti aturan secara buta. Aturan yang mereka percaya ada. Saya punya rasa hormat yang besar terhadap generasi ibu saya dan hak wanita yang mereka perjuangkan. Kita hanya menggunakan apa yang mereka berikan. Saya menyadarai kalau jalan kita masih panjang. Tapi ini sudah bukan tentang perempuan lagi. Etnis minoritas, gay, transgender, mereka semua berjuang untuk mendapatkan tempat di masyarakat. Kita perlu gerakan kemanusiaan," ujar Sarah Jessica Parker. (Gul/Mer)**

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya