Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan bahwa kondisi pasar yang melemah dan isu perang dagang Amerika tidak menghambat minat calon emiten untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2025.
Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai penundaan atau pembatalan rencana penawaran saham perdana (IPO).
Advertisement
Baca Juga
"Kami belum melihat adanya penundaan atau pembatalan dari calon emiten yang akan IPO. Saat ini, terdapat sekitar 20 calon emiten dalam pipeline kami dari berbagai sektor, seperti manufaktur, food and beverage, transportasi, serta beberapa yang bergerak di bidang jasa lainnya," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi dalam konferensi pers Hasil RDKB OJK, Selasa (4/3/2025).
Advertisement
Namun, OJK belum dapat mengungkapkan lebih rinci daftar calon emiten tersebut. "Informasi lebih lanjut baru bisa kami bagikan setelah mendapatkan izin publikasi untuk melakukan book building," tambahnya.
Fokus OJK pada Kualitas Perusahaan Tercatat
Selain mendorong pertumbuhan jumlah IPO, OJK juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas perusahaan yang tercatat di bursa. Inarno menegaskan bahwa pendekatan komprehensif diperlukan untuk memastikan kredibilitas calon emiten.
OJK akan mendorong bursa, penjamin emisi efek, serta profesi penunjang untuk memastikan kredibilitas calon emiten melalui proses due diligence yang lebih baik.
Perkuat Pengawasan
OJK juga telah berdiskusi dengan berbagai pihak, termasuk Self-Regulatory Organization (SRO), guna memperkuat pengawasan terhadap calon emiten dan investor.
"Kami memperhatikan kredibilitas calon investor, terutama yang memperoleh penjatahan pasti. Selain itu, kami tengah mengkaji peningkatan free float minimum agar lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas," ungkap Inarno.
Untuk meningkatkan transparansi penggunaan dana hasil IPO, OJK tengah mengkaji perbaikan regulasi yang mengatur penggunaan dana dalam prospektus. Selain itu, mekanisme lock-up saham bagi pemegang saham yang terkena kewajiban juga menjadi perhatian regulator.
"Dalam waktu dekat, kami akan menyusun regulasi terkait pengendalian internal dan perilaku perusahaan efek yang berperan sebagai penjamin emisi serta perantara pedagang efek," tutupnya.
Advertisement
28 Perusahaan Antre di Pipeline IPO
Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, terdapat 28 perusahaan yang siap debut di Bursa sampai dengan 28 Februari 2025. Dari sisi asetnya, didominasi perusahaan skala besar. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.
“Hingga saat ini, terdapat 28 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman.
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 23 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 1 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sementara belum ada perusahaan dari aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Adapun rincian sektornya adalah sebagai berikut:
- 3 Perusahaan dari sektor basic materials
- 1 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
- 7 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
- 3 Perusahaan dari sektor energy
- 1 Perusahaan dari sektor financials
- 3 Perusahaan dari sektor healthcare
- 4 Perusahaan dari sektor industrials
- 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
- 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
- 0 Perusahaan dari sektor technology
- 2 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
