Trauma, Hanung Bramantyo Pesimistis Film Kartini Raih Piala FFI

"Saya enggak punya harapan besar dengan FFI," kata Hanung Bramantyo.

oleh Rizky Aditya Saputra diperbarui 04 Nov 2017, 21:00 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2017, 21:00 WIB
Hanung Bramantyo
"Saya enggak punya harapan besar dengan FFI," kata Hanung Bramantyo. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Film Kartini masuk dalam 14 nominasi Festival Film Indonesia (FFI) 2017. Film garapan Hanung Bramantyo itu tercatat dalam beberapa nominasi, termasuk Film Terbaik FFI.

Namun, hal itu sepertinya tak membuat Hanung Bramantyo antusias. Sebaliknya, suami Zaskia Adya Mecca ini justru bersikap antipati terhadap FFI.

Poster film Sang Pencerah

Rupanya, Hanung Bramantyo masih trauma dengan kegagalan film Sang Pencerah (2010) di FFI. Kala itu, panitia menilai film Sang Pencerah yang disutradarai Hanung Bramantyo tidak secara detail menggambarkan fakta sejarah.

"Buat saya Sang Pencerah cukup membuat akhirnya saya antipati terhadap FFI. Sang Pencerah membuat saya merasa cukup berbicara tentang FFI," kata Hanung Bramantyo, saat ditemui di kawasan Durentiga, Jakarta Selatan, Sabtu (4/11/2017).

Hanung Bramantyo [Foto: Herman Zakaria/Liputan6.com]

Tak cuma itu, Hanung Bramantyo menilai keputusan FFI ketika itu sebagai skandal terbesar untuk filmnya. Oleh karena itu, ia enggan berbicara banyak soal FFI.

"Saya enggak punya harapan besar dengan FFI, saya tidak mau berbicara lagi tentang FFI sejak Sang Pencerah. Untuk apa? Buat saya skandal paling besar untuk film saya itu," tutur pencetak box office Ayat-Ayat Cinta ini.

 

Hanung Belum Percaya dengan Ketua FFI yang Baru

Meski dengan sistem dan panitia yang telah berubah, Hanung Bramantyo masih belum percaya dengan FFI. Ia pun menyarankan FFI mengubah namanya agar memiliki imej baru.‎

Dian Sastrwardoyo dalam film Kartini  (Instagram/legacy.pictures)

"Mereka memiliki upaya cukup keras mengubah sistem segala macam. Tapi susah karena urusannya Indonesia. Namanya kayaknya harus diganti kali ya? Bukan Festival Film Indonesia, tetapi Festival Film Jakarta. Kalau ini menang ya versi film Jakarta. Kayak FFB aja, versi Bandung,"ujar Hanung Bramantyo.

"Menurut saya, FFI harus diubah jadi Festival Film Daerah. Jadi dana untuk FFI itu disebar untuk membuat Festival Film Jakarta kayak JIFFest. Dan FFI bentuknya jangan awarding, tetapi bentuk pemutaran film dari yang menang, menang, menang. Jadi diputar di Jakarta, tidak perlu diapresiasi," ia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya