Liputan6.com, Los Angeles - Melihat dari luar, tentu banyak yang menyangka Katy Perry merupakan pribadi yang selalu ceria. Lagu-lagunya pun seolah mewakili keriangan hatinya yang tampaknya selalu muncul.
Namun ternyata, Katy Perry sempat melewati masa depresi yang sangat akut. Kariernya merupakan sumber gangguan pikiran yang dialaminya.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Pada Juni 2017 lalu, Katy Perry merilis album keempatnya, Witness. Album ini laku hingga 180 ribu kopi dalam penjualan minggu pertama. Sesungguhnya, ini adalah jumlah yang cukup baik dalam segi penjualan. Namun ternyata, angka ini tak memuaskan wanita dengan nama asli Katheryn Elizabeth Hudson ini.
Pasalnya, penjualan Witness amat melorot bila dibanding dengan album Prism yang laku 286 ribu kopi pada penjualan minggu pertama 2013 lalu. Katy Perry mengisahkan depresinya pada majalah Vogue Australia edisi Agustus secara mendalam.
Berharap Banyak
"Aku mengalami depresi dan sakit hati tahun lalu, karena tanpa sadar aku berharap banyak pada reaksi publik (atas albumku). Dan sayangnya reaksi publik tak sesuai harapanku," ungkap Katy secara jujur.
Sebelumnya, karya Katy Perry selalu sukses. Bahkan, album Teenage Dream yang rilis 2011 mencetak banyak lagu populer. Sayangnya, pada 2017 lalu kariernya harus meredup dan membuat ia depresi.
Advertisement
Pendewasaan
Namun, harus diakui Katy Perry bahwa penurunan prestasi ini membuat ia mengalami pendewasaan. Ia bahkan mengikuti sebuah program personal growth agar lebih dewasa.
Penulis:Â Rezka Aulia
Sumber: Kapanlagi.com