SHOWBIZ UNCENSORED: Aku Disingkirkan dari Megaproyek Film Box Office (Bagian 4)

Namun untuk ukuran film yang (meminjam istilah Zoel) ultra-low-budget, entah mengapa aku bahagia menjalani syuting ini.

oleh Anjali L diperbarui 05 Des 2019, 20:45 WIB
Diterbitkan 05 Des 2019, 20:45 WIB
Showbiz Uncensored
Showbiz Uncensored

Liputan6.com, Jakarta Menjalani rekaman 2 hari dan reading selama 2,5 minggu. Setelah itu, aku dan pemain lain syuting. Cukup ekspres. Namun untuk ukuran film yang (meminjam istilah Zoel) ultra-low-budget, entah mengapa aku malah bahagia menjalani syuting ini.

Jumlah pemain dan kru tak banyak. Mas Hari merangkap sutradara, penulis naskah, produser, dan pemeran pendukung meski cuma muncul di dua adegan. Produser lain, Giri Mursidi, juga muncul di tiga adegan. Dilabrak Istri Tua ini proyek gotong royong. Syuting lancar. Tanpa kendala cuaca mengingat tengah tahun, kemarau sedang pongah-pongahnya.

Proses editing, dubbing, color grading, pengaplikasian tata suara Dolby Digital di Bangkok, pun lancar. Yang menguji kesabaran, menanti tanggal tayang dari pihak bioskop. Maklum rumah produksi Mas Hari belum punya rekam jejak segokil Projector Pictures misalnya, yang setahun merilis 5 atau 6 film dan 2 di antaranya box office.

Setelah mengantre tanggal rilis selama hampir 9 bulan, akhirnya kami menerima kabar baik. Dilabrak Istri Tua tayang sehari setelah film superhero luar negeri. 

Di Antara Sedih dan Bahagia

Film Nasional
Ilustrasi Film Nasional (sumber: unsplash)

Mendengar kabar ini, aku terjebak di antara sedih dan bahagia. Sedih karena peluang flop besar. Bahagia, karena akhirnya film ini rilis. Berkaca pada pengalaman rumah produksi anyar lain, ada yang sampai titip edar ke produser papan atas, agar segera dapat tanggal rilis. Yang bikin aku bersemangat, Mas Hari dan kru bikin kampanye di medsos dengan tagar #GuePernahMelabrak dan #GuePernahDilabrak.

Kampanye dilepas 3 hari usai gala premier di bioskop. Gala premier yang dihelat seminggu sebelum penayangan untuk umum ini hanya menyewa dua studio. Mana mampu kami bikin gala premier memakai 8 teater plus 2 studio premier seperti Semalam Di Pelukmu? Belum lagi mereka menggelar dua gala premier di dua kota besar di luar Jakarta. Kami? Boro-boro.

Labrak Melabrak

"Ramai juga nih tagar, sampai jadi trending topic di Twitter. Berarti labrak-melabrak ini jadi bagian hidup masyarakat masa kini ya, Bo," celetuk Zoel sembari selonjoran di ruang tamu rumah kontrakanku. Ia mengoceh sambil menghadap teh manis hangat dan kukis.

"Zoel sorry, ya. Kita enggak jadi ke Jogja. Ya lo tahulah gue butuh pelampiasan gara-gara gagal jadi Adya," jawabku sambil meletakkan teko kecil dari tanah liat, yang kubeli dari Semarang.

"Apaan sih, Nyet! Gue bahas apa, lo jawabnya apa," sahutnya dengan mata tetap tertuju pada ponsel. "Yang penting lo bereskan dulu tanggung jawab promosi wawancara radio se-Jabodetabek. Habis itu bye, kita liburan yang deket-deket aja enggak harus ke Jogja," timpalnya.

Terima Kasih Tuhan

Hari pertama penayangan Dilabrak Istri Tua tiba. Aku menjalani promosi wawancara di tiga radio dalam sehari. Malam ditutup dengan cinema visit di pinggir Jakarta. Pulang ke rumah dalam kondisi lelah lahir batin, aku hanya cuci muka dan gosok gigi lalu tergeletak di kasur. Ponsel sengaja kumatikan biar tidur lebih tenang.

Terjaga jam 8 pagi, ponsel kunyalakan. Notifikasi di grup WhatsApp "Dilabrak Pekerjaan" muncul bertubi-tubi. Penasaran, aku membuka dan membaca chat satu per satu. Ya Tuhan!

"Thank God, hari pertama penayangan 68.992 ribu penonton!" tulis Mas Hari pada jam 5.46 pagi. Puluhan pesan berikutnya berisi ucapan selamat dan syukur yang tak kunjung putus. 

"Mas Hari, aku padamu! Naskahmu terlalu sinting! Terima kasih pakai banget, Mas," ucapku di grup WhatsApp. 

Yuli Rejeki Alias Yuli Gesrek

Aku mengetik pesan ini dengan air mata berlinang. Teorinya, hasil akhir penonton sebuah film adalah 10 kali jumlah yang didapat pada hari pertama penayangan. Jika benar begitu, maka Dilabrak Istri Tua akan dapat 600 sampai 700 ribuan penonton.

Yang terjadi selanjutnya di luar ekspektasi kami. Lagu dangdut "Goyang Sampai Becek" cukup viral di dunia maya. Karakter Yuli Rejeki alias Yuli Gesrek ramai dibahas warganet. Pihak bioskop menambah jumlah layar meski jumlahnya tidak heboh. Dampaknya signifikan. 

Dilabrak Istri Tua bertahan di bioskop selama 23 hari dengan jumlah penonton berakhir di level sejuta lebih sedikit (banget). Cukup untuk membuatku mewek lagi di kamar.

Dua Pekan Kemudian...

Dua pekan setelah Dilabrak Istri Tua pamit dari bioskop, Mas Hari menelepon dan mengajakku bertemu di kedai kopinya.

"Begini, Yul," Mas Hari memulai obrolan.

"Mas, sudah cukup ya orang-orang manggil gue Yuli Gesrek. Mas Hari jangan ikut-ikutan," aku menyela.

"Ha ha ha ha! Lo udah eneg ya?"

"Menurut lo? Enggak di mal, enggak di kedai kopi, dipanggilnya Mbak Yuli atau Mbak Gesrek. Happy tapi keki juga kali, Mas."

"Oke, to the point aja. Tadi pas lo sampai di kedai kopi aku transfer uang ke rekeningmu. Jangan dilihat digitnya. Itu bonus kecil-kecilan dari gue dan Giri," ujarnya. Mas Hari lantas mengirim tangkapan layar notifikasi status transfer ke rekeningku via WhatsApp. Melihat jumlah uangnya mataku terbelalak.

"Mas, ini berlebihan. Aku enggak bisa kalau sebanyak ini Mas," kataku.

Dapat Duit Malah Menangis

"Yul, effort-mu selama syuting bikin gue dan Giri enggak enak hati. Lo ingat, dua hari terakhir kita syuting di Bogor dan pulang dini hari? Lo enggak kuat pulang ke Jakarta lalu nyari hotel sendiri pakai uang sendiri. Padahal gue tahu lo lagi sepi job dan berusaha ngirit. Sejak itu gue dan Giri bernazar kalau film ini ditonton setengah juta orang, lo orang pertama yang dapat bonus," paparnya.

"Sudah waktunya lo punya rumah sendiri. Duit segitu enggak cukup buat beli rumah di Jakarta. Kalau di pinggir Jakarta gue rasa masih bisa. Tapi nombok dikit. Atau ditabung dulu, toh gue yakin sudah ada dua tiga produser film yang kontak lo, kan?" kata Mas Hari lagi. Aku hanya diam dan tertunduk.

"Nanti kalau gue punya cerita yang cocok buat lo dan ngontak lo, jangan dioper ke manajer ya, Yul," lanjut Mas Hari.

"Mas Hari apaan, sih. Gue kan belum punya manajer. Kalau pun nanti punya, Mas langsung hubungi guelah," jawabku. Dan tentu saja mataku berkaca.

"Oalah Yul, dikasih duit kok malah nangis," Mas Hari menggoda.

"Bodo ah, Mas. Lo tuh paling bisa bikin gue nangis," jawabku sambil mencoba tersenyum.

Undangan Gala Premier

"Oh ya, Yul. Sekalian gue mau kasih lo undangan gala premier film Liang Lahat di Senayan. Titipan Pak Rudi Basyar dari Layar Putih Pictures. Ada dua undangan buat lo. Bisalah lo ajak si Zoel atau siapalah. Masih minggu depan, sih," cetus Mas Hari sambil menyodorkan undangan kertas tebal berbentuk nisan bertabur bunga melati kering.

Undangan itu dibungkus plastik transparan. Aku mengangguk. Kami lantas ngopi bareng. Mas Hari memperlihatkan dokumentasi behind the scene Dilabrak Istri Tua. Bangga banget melihat dokumentasi ini.

Seorang Perempuan Menyapaku

Seminggu berlalu. Aku melangkah ke karpet merah film Liang Lahat jam 7 malam. Zoel lebih dulu sampai karena ada job jadi pembawa acara gelar wicara produk pisau cukup jam 3 sore di salah satu kafe di Senayan. Sejumlah artis papan atas tampil glamor.

Untung aku meminjam gaun batik tulis berbahan sutera dengan rambut ditata tampak basah. "Wah ini dia nih yang ditunggu, pedangdut sejuta penonton," cetus seorang perempuan yang berdiri membelakangiku. Aku kenal betul suara perempuan ini.

 

(Bersambung)

 

(Anjali L.)

 

Disclaimer: 

Kisah dalam cerita ini adalah milik penulis. Jika ada kesamaan jalan cerita, tokoh dan tempat kejadian itu hanya kebetulan. Seluruh karya ini dilindungi oleh hak cipta di bawah publikasi Liputan6.com.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya