GPH Bhre Cakrahutomo Peringati HUT Ke-265 Puro Mangkunegaran, 5 Hari Setelah Naik Takhta

Kamis (17/3/2022), Puro Mangkunagaran Solo genap berusia 265 tahun. Momen ini diperingati lima hari setelah GPH Bhre Cakrahutomo naik takhta.

oleh Wayan Diananto diperbarui 17 Mar 2022, 15:30 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2022, 15:30 WIB
GPH Bhre Cakrahutomo. (Foto: Dok. Instagram @puromangkunegaran)
Kamis (17/3/2022), Puro Mangkunagaran Solo genap berusia 265 tahun. Momen ini diperingati lima hari setelah GPH Bhre Cakrahutomo naik takhta. (Foto: Dok. Instagram @puromangkunegaran)

Liputan6.com, Jakarta Setelah naik takhta sebagai Mangkunegara X pada Sabtu (12/3/2022) di Solo, Jawa Tengah, GPH Bhre Cakrahutomo merayakan ulang tahun ke-265 berdirinya Puro Mangkunegaran.

Momen perayaan ini disampaikannya lewat Instagram Stories yang memuat unggahan pihak Puro Mangkunegaran, Kamis (17/3/2022), dengan tajuk “Adheging Praja Mangkunegaran.”

Menilik lebih lanjut, isinya berupa pernyataan sikap yang didahului kilas balik sejarah Puro Mangkunegaran Solo yang kini dipimpin GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo.

 

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

265 Tahun

GPH Bhre Cakrahutomo. (Foto: Dok. Instagram @ganjar_pranowo)
GPH Bhre Cakrahutomo. (Foto: Dok. Instagram @ganjar_pranowo)

Pihak Puro Mangkunegaran menulis, “265 tahun lalu tepatnya tanggal 17 Maret 1757 atau bertepatan hari Sabtu Legi tanggal 5 Jumadilawal, tahun Alip Windu Kuntara, tahun Jawa 1638 dilakukan penandatanganan Perjanjian Salatiga."

Pelaku perjanjian adalah Sunan Pakubuwono III dengan Raden Mas Said yang disaksikan oleh perwakilan Sultan Hamengku Buwono I dan kongsi dagang VOC.

Perjanjian Salatiga

Unggahan pihak Puro Mangkunegaran Solo. (Foto: Dok. Instagram @puromangkunegaran)
Unggahan pihak Puro Mangkunegaran Solo. (Foto: Dok. Instagram @puromangkunegaran)

Isi Perjanjian Salatiga menandai berdirinya Mangkunegaran serta memberikan Raden Mas Said gelar Kanjeng Gusti Adipati Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro I yang berhak memimpin Mangkunegaran sebagai daerah otonom,” imbuhnya.

Setelahnya, dibahas posisi Puro Mangkunegaran Solo sebagai salah satu pelestari budaya yang bertumpu pada Tri Dharma. Kebudayaan adalah identitas dan jati diri.

Leluhur Mangkunegaran

GPH Bhre Cakrahutomo. (Foto: Dok. Instagram @mataramroyalblood)
GPH Bhre Cakrahutomo. (Foto: Dok. Instagram @mataramroyalblood)

Pelestarian warisan kebudayaan merupakan sebuah proses yang juga harus disertai komitmen untuk tetap berpedoman pada nilai-nilai luhur dari para Leluhur Mangkunegaran,” urai pihak Puro Mangkunegaran Solo.

Sebagaimana prinsip Tri Dharma, bersama-sama kita memegang teguh amanah untuk menggali, melestarikan, dan mengembangkan warisan budaya tersebut beserta nilai-nilainya, tidak hanya bagi Puro Mangkunegaran, tetapi juga bagi masyarakat luas,” pungkasnya.

Merawat Tradisi

GPH Bhre Cakrahutomo dan Ganjar Pranowo. (Foto: Dok. Instagram @ganjar_pranowo)
GPH Bhre Cakrahutomo dan Ganjar Pranowo. (Foto: Dok. Instagram @ganjar_pranowo)

Diberitakan sebelumnya, tatacara adat Jumenengan atau naik takhta GPH Bhre Cakrahutomo dihadiri sejumlah tokoh penting antara lain Presiden Jokowi dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Siapapun yang menjadi pemimpin di sana punya tugas berat untuk merawat tradisi itu sekaligus mengkolaborasikannya dg segala macam kemajuan,” cuit Ganjar Pranowo di Instagram, 12 Maret 2022.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya