Ngobrol Bareng Song Hye Kyo soal Film Dark Nuns, Termasuk Tekad Kuat Mendalami Doa dalam Dialog

Liputan6.com, Jakarta Song Hye Kyo kini tengah memasuki era baru dalam karier aktingnya. Setelah The Glory, ia makin rajin menantang diri untuk menghadapi genre yang selama ini belum ia sentuh. Terbaru, ada film Dark  Nuns, yang tayang di Indonesia sejak 24 Januari 2025 lalu.

Dalam film karya sutradara Kwon Hyeok Jae yang berada di jagat yang sama dengan The Priest (2015), Song Hye Kyo berperan sebagai Suster Giunia. Ia berjuang keras menyelamatkan seorang remaja bernama Hee Joon (Moon Woo Jin) yang kesambet iblis level tinggi.

Wataknya keras, sekeras mimik wajahnya saat bertatapan dengan sang makluk neraka, atau beradu argument dengan para petingi gereja. Dari luar, ia memang tampak dingin, kuat dan tak peduli, tapi gestur dan ekspresinya menampilkan berbagai emosi secara subtil. Kemarahan pada birokrasi gereja, rasa ingin melindungi Hee Joon, hingga kerapuhan dan kepasrahan Giunia. 

Liputan6.com berkesempatan untuk mengikuti interviu email bersama Song Hye Kyo, yang menceritakan proses di balik film ini. Termasuk yang paling awal, mengenai alasannya bergabung dengan film Korea yang juga dibintangi oleh Jeon Yeo Been, Lee Jin Uk, dan Moon Woo Jin ini.

“Dari pertama membaca naskahnya, saya terpikat dengan ceritanya yang unik dan karakter Giunia yang menarik. Saya fokus untuk memahami pikiran dan keyakinannya, terutama komitmennya untuk menyelamatkan nyawa dao ikatannya dengan wanita lain untuk mencapai tujuan itu,” kata Song Hye Kyo.

Seperti yang ramai diberitakan, Song Hye Kyo juga mengungkap bahwa  perlu waktu enam bulan baginya untuk belajar merokok dengan meyakinkan.

“Karena saya bukan perokok, saya ingin memastikan adegan-adegannya terlihat realistis. Meskipun sudah tidak merokok, penting untuk menyempurnakan aspek karakter Giunia ini, menunjukkan ia berbeda dari gambaran biarawati pada umumnya,” kata dia.

Hal lain yang mesti ia tampilkan dengan meyakinkan, adalah saat melantunkan doa-doa yang menjadi dialognya.

“Saya tidak hanya mesti melafalkan doa, tapi sekaligus juga menyampaikan emosi yang mendalam. Jika membuat kesalahan dan harus berhenti di tengah kalimat, sulit untuk mencapai kembali intensitas emosi seperti itu. Jadi saya berusaha agar syuting adegan tersebut bisa dilakukan dalam satu pengambilan.,” tuturnya.

Imbasnya, tentu ia mesti terys menerus melatih doa-doa ini, termasuk dalam kesehariannya. “Tidak ada jalan pintas—saya harus hidup dengan naskah, dan terus menerus berlatih dan menghayati dialognya,” tuturnya.

Hampir di sepanjang film, karakter yang ditampilkan wanita 43 tahun ini mengenakan habit—atau pakaian khusus biarawati. Bagi Song Hye Kyo, mengenakan pakaian ini sungguh merupakan pengalaman yang menarik secara pribadi.

“Hanya butuh waktu sekitar 20 menit untuk bersiap-siap! Tapi begitu pakaian itu kukenakan, saya menyadari mindset-ku ikut berubah—saya secara alami merasa lebih tenang dan reflektif,” tuturnya.

Song Hye Kyo juga titip salam untuk para penggemar global yang menyaksikan film ini. “Saya penasaran sekaligus semangat melihat respons penggemar terhadap sisi baruku. Saya benar-benar berharap Anda menikmati film ini dan sangat bersyukur atas dukungan Anda. Terima kasih!” ia memungkasi pernyataannya.