Liputan6.com, Jakarta Kemenangan Demi Moore sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik di malam puncak SAG Awards 2025 yang digelar di Los Angeles, AS, baru-baru ini, mengukuhkan posisi sang aktris sebagai kandidat terkuat pemenang Piala Oscar 2025.
Demi Moore tampil sangat meyakinkan dalam The Substance sebagai Elizabeth Sparkle. Menariknya, film The Substance bergenre horor dan Elizabeth Sparkle sendiri adalah tokoh atau karakter fiktif.
Advertisement
Baca Juga
Seperti diketahui, Piala Oscar kerap memberi tempat bagi aktor dan aktris yang membintangi film biografi, memerankan tokoh nyata, dan biasanya bergenre drama. Kemiripan wajah, gestur, dan pendalaman karakter kuncinya.
Advertisement
Namun tak sedikit yang berhasil menyabet Piala Oscar berkat peran tokoh fiktif. Laporan khas Showbiz Liputan6.com kali ini merangkum 6 aktris peraih Oscar lewat peran tokoh fiktif dalam 12 tahun terahir. Siapa saja mereka?
1. Emma Stone
Sebagai Bella Baxter (Poor Things) dan Mia Dollan (La La Land)
Sejarah mencatat nama Emma Stone dengan tinta emas setelah menang 2 Piala Oscar di usia 35 tahun. Hebatnya, dua film yang mengantar sang aktris menang Oscar bergenre musikal atau komedi. Pertama, La La Land karya sineas Damie Chazelle.
Ya, kita tahu kemenangan La La Land di kategori Film Terbaik dianulir karena Moonlight-lah yang pemenang sebenarnya. Siapa sangka, sewindu kemudian, Emma Stone naik panggung untuk menerima Piala Oscar kedua untuk peran Bella Baxter.
Advertisement
2. Michelle Yeoh
Sebagai Evelyn Quan Wang (Everything Everywhere All at Once)
Inilah kategori paling mendebarkan dalam malam puncak Piala Oscar 2023. Michelle Yeoh bersaing ketat dengan Cate Blanchett demi gelar Pemeran Utama Wanita Terbaik. Michelle Yeoh bermodal kemenangan di SAG dan Golden Globe Awards (Muiskal atau Komedi).
Cate Blanchett unggul di BAFTA dan Golden Globe Awards (Drama). Komite The Academy memberi klu tipis-tipis saat Jessica Chastain muncul di panggung untuk membacakan pemenang. Tak sendiri. Ia ditemani Halle Berry, aktris kulit hitam pertama peraih Oscar Pemeran Utama Wanita Terbaik.
3. Frances McDormand
Sebagai Fern (Nomadland) dan Mildred Hayes (Three Billboards Outside Ebbing, Missouri)
Frances McDormand meraih dua Piala Oscar Pemeran Utama Wanita Terbaik lewat film bergenre drama. Kemenangannya di Three Billboards Outside Ebbing, Missouri bersifat “absolut” setelah unggul di Critics Choice, Golden Globe, BAFTA, dan SAG Awards.
Lain halnya dengan Nomadland. Kala itu, Golden Globe memilih Andra Day (Drama) dan Rosamund Pike (Musikal atau Komedi). SAG Awards melirik Viola Davis. BAFTA menunjuk Frances McDormand. Critics Choice Awards memenangkan Carey Mulligan.
Advertisement
4. Brie Larson
Sebagai Joy Newsome (Room)
Belum pernah sekalipun meraih nominasi Piala Oscar, sekalinya jadi nomine, Brie Larson langsung menang lewat tokoh fikif Joy Newsome yang mengalami pelecehan seksual hingga melahirkan anak laki-laki. Makin miris, karena keduanya disekap oleh pelaku.
Interaksi intens Joy Newsome dengan putranya, Jack, hingga akhirnya berhasil kabur adalah momen mendebarkan sekaligus mengharukan. Akhir perjalanan kembali ke awal. Room menerjemahkan kalimat itu dengan adegan akhir yang bikin penonton nangis sejadi-jadinya.
5. Julianne Moore
Sebagai Alice Howland dalam Still Alice
Kali pertama dinominasikan pada 1998 lewat film Boogie Nights, Julianne Moore menanti 17 tahun lamanya untuk menggenggam Piala Oscar. Perannya sebagai Alice Howland, profesor linguistik yang berjuang melawan penyakit Alzheimer.
Still Alice hanya meraih 1 nominasi Piala Oscar yakni Pemeran Utama Wanita Terbaik untuk Julianne Moore dan menang. Ini juga tipe kemenangan mutlak karena ia sudah unggul di Critics Choice, BAFTA, SAG, dan Golden Globe Awards (Drama).
Advertisement
6. Cate Blanchett
Sebagai Jeanette “Jasmine” Francis dalam Blue Jasmine
Salah satu pertunjukan akting paling dahsyat dalam 20 tahun terakhir dipersembahkan Cate Blanchett dalam Blue Jasmine karya sineas Woody Allen. Transformasi ekspresi, gestur, hingga ledakan emosinya benar-benar tepat sasaran.
Jasmine Francis tokoh fiktif yang bangkrut dan mengalami gangguan saraf setelah terlilit utang besar. Menurunkan gaya hidup dari status kaya raya menjadi calon melarat jelas bukan mudah. Emosinya terguncang hingga mencari perlindungan pada saudarinya.
