Komisi Nasional Perempuan (Komnas Perempuan) angkat bicara seputar gelaran Miss World 2013 yang diwarnai demo penolakan dan akan diselenggarakan di Jakarta beberapa hari lagi. Bagi lembaga negara yang membela hak kaum hawa ini, Miss World merupakan wahana bagi perempuan untuk unjuk suara.
"Cantik itu tidak dosa. Mereka yang cantik secara fisik, tidak bersalah atas kecantikan mereka. Ajang kecantikan seperti Miss World adalah salah satu ruang bagi perempuan untuk bisa bersuara. Suara ini penting bagi negeri seperti Indonesia," tutur Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Andy Yentriyani, Kamis (5/9/2013), di Jakarta.
Andy mengurai, festival ini adalah panggung bagi perempuan yang ingin menampilkan artikulasinya. Melalui gelaran tersebut mereka bisa bersuara atau memperjuangkan perubahan sosial di masyarakat. "Mereka bisa bicara tentang kekerasan terhadap perempuan, kemisikinan, pendidikan, hingga masalah-masalah bangsa seperti korupsi. Suara ini penting untuk perubahan," lanjut dia.
Untuk itu, Komnas Perempuan akan mengawal ketat ajang kecantikan ini. Agar kualitas penyelanggraan bisa terjaga. Komnas Perempuan akan mengambil posisi kritis dalam mengawal perhelatan ini agar penilaian kecantikan tidak diukur sebatas fisik saja. Penyelenggara harus bisa menunjukan bahwa kualitas kepribadian, kepandaian juga menjadi penilaian mereka.
Dia menambahkan ajang ini tak jauh berbeda dengan ajang kecantikan lain seperti Abang dan None Jakarta. Hanya saja gelaran ini diikuti oleh berbagai negara. "Tidak boleh ada kelompok yang menggunakan kekerasan, memaksakan kehendaknya atas nama moralitas lalu menghentikan ajang ini begitu saja."
Namun, ramai diberitakan kalau gelaran Miss World di Indonesia mendapat reaksi beragam. Sebuah organisasi massa terang-terangan menolak adanya hajatan ini karena dianggap hanya melecehkan kaum perempuan dengan pamer keseksian. (fei)
"Cantik itu tidak dosa. Mereka yang cantik secara fisik, tidak bersalah atas kecantikan mereka. Ajang kecantikan seperti Miss World adalah salah satu ruang bagi perempuan untuk bisa bersuara. Suara ini penting bagi negeri seperti Indonesia," tutur Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Andy Yentriyani, Kamis (5/9/2013), di Jakarta.
Andy mengurai, festival ini adalah panggung bagi perempuan yang ingin menampilkan artikulasinya. Melalui gelaran tersebut mereka bisa bersuara atau memperjuangkan perubahan sosial di masyarakat. "Mereka bisa bicara tentang kekerasan terhadap perempuan, kemisikinan, pendidikan, hingga masalah-masalah bangsa seperti korupsi. Suara ini penting untuk perubahan," lanjut dia.
Untuk itu, Komnas Perempuan akan mengawal ketat ajang kecantikan ini. Agar kualitas penyelanggraan bisa terjaga. Komnas Perempuan akan mengambil posisi kritis dalam mengawal perhelatan ini agar penilaian kecantikan tidak diukur sebatas fisik saja. Penyelenggara harus bisa menunjukan bahwa kualitas kepribadian, kepandaian juga menjadi penilaian mereka.
Dia menambahkan ajang ini tak jauh berbeda dengan ajang kecantikan lain seperti Abang dan None Jakarta. Hanya saja gelaran ini diikuti oleh berbagai negara. "Tidak boleh ada kelompok yang menggunakan kekerasan, memaksakan kehendaknya atas nama moralitas lalu menghentikan ajang ini begitu saja."
Namun, ramai diberitakan kalau gelaran Miss World di Indonesia mendapat reaksi beragam. Sebuah organisasi massa terang-terangan menolak adanya hajatan ini karena dianggap hanya melecehkan kaum perempuan dengan pamer keseksian. (fei)