Liputan6.com, Jakarta - Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur (Jatim) menegaskan tidak ada anggotanya yang mengucapkan kata-kata rasis saat mengamankan 43 mahasiswa Papua terkait ada temuan pembuangan bendera Merah Putih di depan asrama Papua di Surabaya, Jumat, 16 Agustus 2019. Selain itu, pihaknya juga mengimbau masyarakat tidak terpancing dengan yang ada di media sosial.
Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Frans Barung Mangera membantah, ada isu rasis dengan ucapan kata hewan terhadap mahasiswa Papua.
"Kami jelaskan tidak ada anggota kepolisian yang menyampaikan hal tersebut (rasis). Kalaupun ada OKP (organisasi kepemudaan) kami akan lakukan penyelidikan," ujar dia melansir Antara, Senin (19/8/2019).
Advertisement
Baca Juga
Barung juga menegaskan, tidak ada penindasan dengan kata-kata rasis kepada mahasiswa Papua seperti isu yang beredar.
Mengenai aksi memprotes tindakan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya yang digelar di beberapa kota di Papua dan Papua Barat, polisi berharap masyarakat melihat secara objektif terkait dugaan tindakan rasisme tersebut.
"Kepada masyarakat agar melihat secara objektif apa yang terjadi agar tidak terpancing sosial media, terpancing isu-isu yang tidak benar," ujar dia.
Barung juga mengatakan, hingga saat ini polisi tidak melakukan penahanan terhadap mahasiswa Papua, tapi hanya mengamankan puluhan mahasiswa Papua yang ada di Surabaya agar tidak terjadi bentrok dengan organisasi masyarakat.
Pengamanan pun tidak berlangsung lama, karena pada malam harinya para mahasiswa telah dipulangkan.
"Kami tegaskan tidak ada penahanan, tidak ada penangkapan, yang ada kami mengamankan 43 mahasiswa tersebut dikarenakan situasi dimana ada masyarakat dan beberapa OKP, ormas akan masuk. Kalau tidak diamankan, akibatnya justru terjadi bentrok masyarakat dengan mahasiswa," tutur Barung.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Gubernur Khofifah Ajak Bangun Hubungan yang Harmonis di Jawa Timur
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menuturkan, komunikasi tidak hanya harus dilakukan secara formal tapi juga bisa dari hati ke hati. Hal ini terkait konteks komunikasi dengan mahasiswa Papua di Jawa Timur.
"Komunikasi itu tidak harus dibangun secara formal. Saya rasa kita bisa membangun dari hati ke hati,supaya kita nyambung. Kalau saya disuruh menyanyi lagu Papua, saya juga hafal," ujar dia, Senin (19/8/2019), seperti melansir suarasurabaya.net.
Khofifah memimpin apel di Kantor Gubernur Jalan Pahlawan. Memanfaatkan momentum 17 Agustus, dia mengajak para pegawai di internal Pemprov Jatim membangun konsolidasi.
"Konsolidasi yang final dan komprehensif, ayo kita sampaikan kepada dunia bahwa siapapun yang hidup di Jawa Timur harus mendapat perlindungan yang baik," tutur dia.
Ia menuturkan, momentum hari kemerdekaan, sangat penting memanggil memori tentang persatuan. Yang disebut “kita” adalah Indonesia yang disebut “kita” adalah merah putih yang disebut “kita” adalah pancasila.
"Saya sampaikan kepada anak-anak saya mahasiswa Papua yang tinggal di Jawa Timur bukan hanya di Surabaya, di Malang dan beberapa tempat lain, mari bersama-sama membangun hubungan harmonis," kata dia.
Ia menuturkan, secara pribadi maupun secara konstitusi berupaya menyapa komunitas Mahasiswa Papua dalam berbagai kesempatan dan pertemuan. Salah satunya saat deklarasai kampanye damai.
"Ketika selesai deklarasi kampanye damai di Kodam, saya minta izin kepada Pak Kapolda, Pak Pangdam, untuk turun bersalaman, karena di situ ada barisan mahasiswa Papua," kata dia.
Advertisement
Selanjutnya
Khofifah juga sempat memanggil sejumlah Mahasiswa Papua di Surabaya yang sedang meminta sumbangan untuk korban banjir bandang Sentani ke Gedung Negara Grahadi untuk secara khusus memberi bantuan.
"Saya lihat mereka bawa dus, ada tulisan bantuan untuk Sentani. Saya minta tolong tim protokol meminta mereka datang ke Grahadi. Secara pribadi saya ingin beri bantuan untuk korban banjir bandang di Sentani," ujar dia.
Dia mengajak, Mahasiswa Papua di Jawa Timur turut membangun equal treatment, kesetaraan perlakuan bagi seluruh warga bangsa. Termasuk warga dunia yang ada di beberapa perguruan tinggi. Dia mengacu pada mahasiswa dari luar negeri, juga wisatawan, para profesional dari luar negeri, supaya mereka merasa aman dan nyaman tinggal di Jawa Timur, dan tentunya merasa nyaman di Indonesia.
"Jadi, saya ingin bersama-sama kita menjadi Indonesia yang sesungguhnya," ujarnya.
Khofifah menyebutkan Jatim Harmoni, salah satu program yang menjadi bagian dari Nawa Bhakti Satya. Dia bilang hidup yang penuh perubahan ini perlu ada harmoni baru yang dibangun di antara dinamika-dinamika yang terjadi.
Pernyataan Khofifah itu juga merupakan respons atas peristiwa yang terjadi terhadap komunitas Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya, sejak Jumat, 17 Agustus 2019. Saat itu, asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan sempat dikepung sejumlah ormas di Surabaya dipicu viralnya foto perusakan tiang bendera yang disebut-sebut dilakukan para mahasiswa ini, dan viral di media sosial.