Liputan6.com, Surabaya - Santri pada umumnya didefinisikan sebagai seseorang yang belajar di pesantren mengenai ilmu agama, tauhid, fiqih, tasawuf, dan akhlak. Namun, definisi itu kini telah mengalami perluasan makna yang mengartikan santri tidak hanya terbatas pada definisi itu.Â
Melainkan santri ialah seorang muslim yang ikut dan patuh terhadap dawuhnya kyai dan memiliki semangat yang sama layakya santri. Di era sekarang juga muncul istilah santri milenial.
Salah satu dosen agama Universitas Airlangga (Unair), Ahmad Syauqi menuturkan, santri milenial adalah santri yang hidup di era milenial yang serba cepat, praktis, dan terkoneksi dengan dunia internet. Dia menuturkan, di era revolusi industri saat ini santri milenial harus mampu ikut andil dalam perkembangan zaman demi kemajuan peradaban.
Advertisement
Baca Juga
Perkembangan dunia internet menurut pembina Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) UNAIR itu menjadi salah satu tantangan besar bagi santri milenial.Â
Hal itu karena banyaknya golongan yang bermunculan di sosial media dengan berbagai dalil yang seolah-olah mereka memahami islam tetapi belum jelas sanad keilmuan yang dimilikinya dan mampu melakukan marketing agama semenarik mungkin untuk menarik masyarakat.
"Banyak orang yang tertarik hijrah karena skill marketing golongan tersebut. Hal itu dikhawatirkan akan membawa masyarakat pada ilmu yang radikal dan intoleran. Selain itu sanad keilmuannya juga belum diketahui jelas," tutur dia, Selasa (22/10/2019).Â
Untuk menjawab tantangan tersebut, Gus Syauqi, sapaan akrabnya mengatakan, santri milenial harus memiliki empat kemampuan utama. Di antaranya, kemampuan manajerial, organisasi, menulis atau jurnalistik, dan berbicara atau public speaking yang baik.Â
Â
Â
*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Ciptakan Semangat Kreatif
Selain itu, Gus Syauqi juga menerangkan, santri milenial harus mampu memanfaatkan kemajuan revolusi industri 4.0 untuk menciptakan semangat kreatif dan inovatif dalam menyebarkan dakwah.
"Dengan bahan dasar ilmu agama dari kyai yang jelas sanad ilmunya dan dibekali skill tersebut, santri milenial harus melek media untuk menularkan ilmunya dan mengajarkan Islam yang berkarakteristik moderat, tasamuh (toleran), adil, seimbang antara akal dan nash Al-Qur’an Hadist, dan sesuai dengan ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah (ASWAJA)," ujar dia.
Selain itu, Gus Syauqi juga berpesan kepada seluruh santri Indonesia untuk tetap mempertahankan jiwa roh ikhlas. "Meskipun sudah berada di dunia yang serba canggih, jangan lupakan bahwa ruh dari semua amal yaitu keikhlasan. Ikhlas dapat menjadikan hidup kita lebih mudah dan menumbuhkan jiwa tanggung jawab pada amanah yang sedang kita perjuangkan atau jalani," ujar dia.
Advertisement