Liputan6.com, Jakarta - Hari ini adalah peringatan Hari Santri Nasional. Pada tema peringatan 2019, hari santri nasional mengangkat soal Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia.
Pada tahun-tahun sebelumnya tema yang diangkat bersifat domestik tentang kontribusi dan kemandirian santri serta kedamaian negeri.Di Jawa Timur terdapat beberapa kota yang disebut sebagai Kota Santri.
Beberapa Kota Santri di daerah Jawa meliputi Gresik, Situbondo, dan Jombang. Selain itu, Lamongan juga termasuk Kota Santri.
Advertisement
Baca Juga
Berkunjung ke Lamongan, terdapat banyak kuliner khas yang sayang bila dilewatkan. Sangking khasnya, beberapa kuliner tersebut hanya bisa ditemukan di Lamongan.
Berikut ini adalah enam kuliner khas dari Lamongan yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber:
1. Soto Lamongan
Soto Lamongan adalah soto ayam berkuah kuning dengan campuran koya. Koya yang terbuat dari kerupuk udang dan bawang putih yang digoreng ini menjadi salah satu pemikat dari Soto Lamongan.
Selain itu yang membuat Soto Lamongan berbeda dengan soto ayam pada umumnya terletak dari bumbunya. Salah satu bumbu yang menjadi ciri khas soto ayam kuah bening ini adalah kemiri. Selain itu, kuahnya yang terbuat dari aging ayam kampung ini juga menjadi nilai tambah Soto Lamongan. Hidangan satu ini sudah terkenal di Tanah Air. Tak heran bila soto ini mudah ditemukan di hampir seluruh daerah Indonesia.
2. Nasi Boranan
Kuliner yang dapat ditemukan saat berkunjung ke Lamongan adalah Nasi Boran. Nasi Boran adalah nasi yang terdiri dari bumbu, lauk dan rempeyek. Selain itu nasi juga dilengkapi dengan boran atau empuk (tepung yang digoreng) serta pletuk (kacang dan remah nasi aking).
Bumbunya sendiri terdiri dari rempah, cabai dan kepala parut yang dihaluskan. Lauk yang selalu ditawarkan untuk menemani Nasi Boranan adalah daging ayam, jeroan, ikan bandeng, telur dadar, telur asin, tahu dan tempe.
Nama Boran sendiri datang dari nama wadah nasi yang terbuat dari ayamanan bambu yang digunakan. Di tengah warga, wadah tersebut dikenal dengan sebutan Boran.
*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Es Dawet Siwalan
3. Es Dawet Siwalan
Es Dawet Siwalan terkenal di daerah pesisir Paciran, Lamongan. Es ini menjadi minuman makanan khas Lamongan yang sudah sangat populer.
Es Dawet Siwalan berbeda dengan es dawet pada umumnya yang berwarna hijau. Es ini menggunakan buah dari pohon siwalan atau dikenal juga dengan lontar sebagai isian.
Es ini banyak ditemukan di warung-warung pinggir jalan di sepanjang jalan raya Peciran. Es Dawet Siwalan susah dijumpai di daerah lain karna Pohon Siwalan hanya hidup di daerah kering.
4. Asem Bandeng
Sebagai daerah yang berdekatan dengan laut, Lamongan cocok untuk menjadi tempat budidaya bandeng yang hidup di air payau. Itulah yang membuat bandeng menjadi kuliner khas Lamongan. Salah satu olahan bandeng dari Lamongan adalah Asem Bandeng.
Walau namanya “Asem”, hidangan satu ini tidak memiliki rasa asam. Asem Bandeng dihidangkan dengan kuah yang bening dan segar. Di Jawa, olahan daging yang dihidangkan dengan kuah rempah bening memang disebut “asem-asem”.
Salah satu Asem Bandeng yang bisa dicoba adalah Asem Bandeng Cak Tim. Kedainya berlokasi di Dusun Mojomanis, tepatnya di Desa Lopang Kecamatan kembang Tahu Kabupaten Lamongan.
Advertisement
Bandeng Colo
5. Bandeng Colo
Selain Asem Bandeng, banyak makanan khas Lamongan lain yang berbahan dasar bandeng. Salah satunya adalah Bandeng Colo.
Bandeng Colo adalah olahan bandeng yang dipadukan dengan bumbu khusus. Olahan yang dilakukan dalam proses pemasakan hidangan ini mampu menghilangkan bau tanah dan bau amis bandeng yang melekat.
6. Marning
Marning adalah kuliner khas Lamongan yang berbentuk camilan. Untuk itu Marning adalah salah satu oleh-oleh khas yang bisa dibeli dari Lamongan.
Kuliner ini memiliki bahan dasar jagung. Jagung tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum digoreng hingga garing. Makanan ini memiliki cita rasa yang gurih dan renyah.
(Kezia Priscilla - Mahasiswa UMN)