Hasil Kesepakatan Bisnis di FESyar 2019 Surabaya Tembus Rp 19 Triliun

Mayoritas kesepakatan bisnis yang terjadi di FESyar melalui pembiayaan dari perbankan syariah dengan jumlah mencapai Rp 12,6 triliun, penggalangan dana sebesar Rp 4,4 triliun, dan pembelian sukuk sebesar Rp 2 triliun.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Nov 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2019, 17:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Pembukaan acara Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) bertema sinergi membangun ekonomi syariah Indonesia di Indonesia pada Rabu malam, 6 November 2019. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jawa Timur menyebutkan hasil dari kesepakatan bisnis atau business matching yang terjadi dalam pagelaran Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Indonesia 2019 di Surabaya, Jawa Timur sejak hari pertama hingga hari ke-3 telah mencapai Rp 19 triliun.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Difi A. Johansyah menuturkan nilai business matching tersebut cukup besar.  Hal ini karena acara yang sama yaitu FESyar 2018 di Surabaya total-nya adalah Rp 7,1 triliun.

"Hari ini FESyar Surabaya memasuki hari ke-3 dan satu hal yang membedakan dengan tahun lalu adalah sekarang untuk business matching jumlahnya sudah mencapai Rp18,99 triliun,” ujar dia di Surabaya, Jumat (8/11/2019), mengutip Antara.

Ia menuturkan, mayoritas kesepakatan bisnis yang terjadi di FESyar ini adalah melalui pembiayaan dari perbankan syariah dengan jumlah yang mencapai Rp 12,6 triliun, penggalangan dana sebesar Rp 4,4 triliun, dan pembelian sukuk sebesar Rp 2 triliun.

Ia mengatakan, untuk FESyar 2019 ini lebih mengandalkan ada business matching dan business coaching bagi para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta dilakukannya kurasi dengan para kurator berpengalaman dari pelaku UMKM.

Selain itu, faktor lain yang mendorong terkumpulnya nilai business matching tersebut persiapan yang lebih matang daripada FESyar sebelumnya. Kegiatan FESyar kali ini sudah dimulai sejak tiga bulan sebelumnya sehingga para pelaku usaha tersebut lebih bersemangat untuk berinovasi dan mengembangkan bisnisnya.

"Memang tema sekarang business matching dan persiapan kita lebih matang karena persiapannya sudah sejak tiga bulan sebelumnya sehingga lebih intens dengan para pelaku usahanya. Kami juga apresiasi dari kerja sama dengan Asbisindo," tutur dia.

Difi menuturkan selain ada kesepakatan bisnis, transaksi pada kegiatan pameran yang merupakan transaksi penjualan produk UMKM dalam FESyar di Surabaya mulai Rabu, 6 November 2019 hingga Jumat ini juga cukup besar yaitu senilai Rp 50,43 miliar dengan sekitar 15 ribu pengunjung.

Difi pun optimistis, nilai transaksi dan business matching tersebut akan terus meningkat hingga hari akhir pelaksanaan FESyar sehingga ia berharap pada Jumat sore sampai hari penutupan jumlah pengunjung bisa lebih banyak.

"Tentunya angka ini masih terus berkembang. Ini hari Jumat dan biasanya sore akan lebih ramai pengunjung apalagi besok (Sabtu),” ujar dia. FESyar Indonesia 2019 merupakan suatu platform strategis yang dibangun secara terintegrasi dengan melibatkan banyak pihak dalam rangka menampilkan berbagai capaian yang telah dilaksanakan secara nasional.

Tak hanya itu, melalui festival tersebut juga akan ada perumusan rekomendasi kebijakan untuk mendukung implementasi strategi pengembangan ekonomi syariah nasional yang tercermin dari tiga pilar yakni pemberdayaan ekonomi, pendalaman pasar keuangan syariah, dan riset serta edukasi.

Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengajak masyarakat Jawa Timur untuk datang ke FESyar Indonesia 2019 yang dilaksanakan mulai 6-9 November 2019 di Grand City Mall, Surabaya.

"Di sini ada sekitar 144 both yang menampilkan dan menjual produk syariah serta ada panggung untuk seminar," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

BI Imbau Pelaku Usaha Industri Keuangan Syariah Pakai Kredit Digital

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo, dalam acara pembukaan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Indonesia di Surabaya. (Foto: BI)
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo, dalam acara pembukaan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Indonesia di Surabaya. (Foto: BI)

Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengimbau para pelaku usaha industri keuangan syariah untuk memanfaatkan layanan kredit digital dalam mengembangkan bisnisnya agar sektor ekonomi syariah di Indonesia dapat meningkat.

Ia menuturkan pertumbuhan kredit melalui platform digital hingga Agustus 2019 mencapai 105 persen secara year on year (yoy) sehingga diharapkan pelaku industri halal bisa turut memanfaatkan keberadaan platform perdagangan secara online (e-commerce) tersebut.

"Segmen e-commerce di Indonesia sedang tumbuh signifikan jadi kita bicara apapun platrom digital naiknya satu atau satu setengah kali setiap bulan," katanya di Surabaya, Kamis.

Dody mengatakan melalui kolaborasi yang tercipta antara pelaku usaha dan e-commerce dapat membantu upaya pemerintah dalam menjadikan keuangan syariah sebagai salah satu sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional.

Ia melanjutkan, perkembangan industri keuangan syariah sekarang semakin didorong oleh banyaknya pertumbuhan industri halal seperti makanan halal, pariwisata halal, fesyen muslim, industri kreatif, pertanian terintegrasi, dan energi terbarukan.

Dody pun menekankan pentingnya kolaborasi yang kuat secara kuantitas dan kualitas antara berbagai pihak seiring meningkatnya permintaan pada produk barang dan jasa yang sesuai dengan prinsip syariah, di antaranya wisata halal, kuliner, kosmetik, farmasi dan fesyen Islami.

Ia menuturkan, pada awal 2019 kontribusi aset industri keuangan syariah telah mencapai 8,71 persen dari total aset industri keuangan nasional atau sebesar Rp1.359 triliun.

Dari total aset industri tersebut, pasar modal syariah berkontribusi paling besar yaitu sebesar 56,2 persen, diikuti perbankan syariah sebesar 36,3 persen, dan industri keuangan nonbank syariah sebesar 7,5 persen. Sedangkan untuk sektor pasar modal syariah, jumlah saham syariah saat ini telah mencapai 53,6 persen atau sebesar Rp3.834 triliun dari seluruh saham yang tercatat di pasar modal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya