Intip Fasilitas KRI Soeharso, Kapal RS yang Jadi Opsi Jemput WNI di Jepang

KRI dr Soeharso 990 berfungsi sebagai kapal rumah sakit dan sarana evakuasi medis serta operasi pencarian dan pertolongan.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Feb 2020, 19:30 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2020, 19:30 WIB
KRI Soeharso Siap Evakuasi WNI dari Jepang
Kapal Republik Indonesia (KRI) dr Soeharso 990 bersandar di Dermaga Madura, Komando Armada II Surabaya, Jawa Timur, Kamis (20/2/2020). KRI dr Soeharso 990 merupakan rumah sakit kapal milik TNI AU. (JUNI KRISWANTO/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia menyiapkan mekanisme rencana penjemputan warga negara Indonesia (WNI) yang berada di kapal pesiar Diamond Princess. Ada 74 WNI yang didiagnosis negatif virus corona atau Covid-19 di kapal pesiar tersebut.

Kapal pesiar Diamon Princess ini sedang berada di Perairan Yokohama, Jepang yang mengangkut 78 WNI sebagai kru kapal. Ada empat WNI dinyatakan positif terinfeksi Covid-19. Mereka dirawat di dua rumah sakit yang berlokasi di Chiba dan sekitar Tokyo.

Sekretaris Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan ri, Achmad Yurianto menuturkan, ada dua opsi penjemputan bagi WNI di Kapal Diamond Princess.

"Pertama menjemput mereka dengan kapal rumah sakit, Kapal Republik Indonesia (KRI) Soeharso 990. Kedua dengan pesawat terbang," ujar Yuri, Jumat (21/2/2020), seperti dikutip dari Kanal Health Liputan6.com.

Terkait salah satu pilihan penjemputan bagi WNI di Kapal Diamond Princess Jepang yaitu KRI dr Soeharso 990, kapal ini berfungsi sebagai kapal rumah sakit dan sarana evakuasi medis serta operasi pencarian dan pertolongan.

Mengutip Antara, Jumat, 21 Februari 2020 KRI dr Soeharso 990 memiliki panjang 122 meter, lebar 22 meter, dan tinggi anjungan 25,4 meter punya kecepatan jelajah 11 knot dengan kecepatan maksimum 12 knot serta mampu menjelajah hingga 27 hari.

Kapal yang dilengkapi dengan helikopter, fasilitas pendaratan pesawat, dan kapal bantalan udara.  KRI dr Soeharso  dibekali dengan persediaan bahan bakar untuk 27 hari dan persediaan air tawar untuk 60 hari.

Kapal tersebut menurut rencana diberangkatkan menuju Yokohama dari Dermaga Komando Armada II Surabaya. Helikopter disiapkan untuk mengantisipasi kemungkinan ada personel yang membutuhkan evakuasi medis darurat ke daratan selama dalam perjalanan.

KRI Soeharso telah dimodifikasi sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia untuk mengangkut penumpang dari lokasi episentrum suatu penyakit kekarantinaan. WNI yang dijemput dari Kapal Diamond Princess di Jepang akan ditempatkan di dua dek khusus pada kapal yang sebelumnya bernama KRI Tanjung Dalpele 972 tersebut, yakni dek Bravo dan dek Charlie.

Sistem sirkulasi udara pada dua dek tersebut telah diubah menjadi sirkulasi udara tekanan negatif, yaitu sistem sirkulasi udara satu arah yang tidak memungkinkan pergerakan udara ke bagian lain di dalam kapal.

Dek Charlie merupakan geladak heli yang dimodifikasi dengan memasang 10 perangkat pendingin udara dan sistem sirkulasi udara yang terpisah dengan ruangan lainnya. Di dalam KRI dr Soeharso juga sudah disiapkan jalur khusus bagi WNI yang dievakuasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan menjalani pemeriksaan rutin.​​​​​​​

KRI dr Soeharso juga dilengkai dengan ruang isolasi, laboratorium, lima ruang tindakan, dua ruang perawatan dengan kapasitas masing-masing 20 tempat tidur, dan dua ruang farmasi. Ruangan isolasi di KRI dr Soeharso juga bisa digunakan untuk kegiatan perawatan intensif. Kalau selama perjalanan evakuasi ada WNI yang sakit dan menunjukkan gejala mirip dengan COVID-19, petugas kesehatan akan langsung menempatkannya di ruangan isolasi.

Khusus untuk mendukung misi evakuasi WNI, KRI dr Soeharso mendapatkan tambahan alat pemindah pasien yang disebut Isolated Capsul Transporter dari Kementerian Kesehatan.

"Alat untuk memindahkan personel yang diduga benar-benar terinfeksi ke ruang isolasi," kata Perwira Staf Operasi Satuan Tugas Evakuasi Kolonel Laut (P) Tony Herdianto.

Tony menuturkan, pihaknya siap menjalankan tugas menjemput WNI dari Yokohama Jepang.  Tony mengatakan, 153 orang personel yang terdiri atas 95 orang awak KRI dr Soeharso 990, 30 anggota medis dari Yonkes 1 Marinir, dua anggota Yonkes 2 Marinir, 22 anggota tim medis Diskes Armada II, dan empat anggota regu penyelam siap mendukung penjemputan WNI di Kapal Diamond Princess.

Sebanyak 30 anggota tim medis Yonkes 1 Marinir yang ditugaskan merupakan tenaga kesehatan militer yang baru saja menyelesaikan misi observasi kesehatan WNI dari Wuhan di Natuna, Kepulauan Riau.

Tim kesehatan yang akan terlibat dalam penjemputan WNI kru Kapal Diamond Princess meliputi dokter ahli infeksi, dokter ahli paru, dokter ahli anestesi, dan sanitarian dari Kantor Kesehatan Pelabuhan.  ​​​​​

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Rute Penjemputan

KRI Soeharso Siap Evakuasi WNI dari Jepang
Personel TNI AU mengatur tempat tidur di KRI dr Soeharso 990 yang bersandar di Dermaga Madura, Komando Armada II Surabaya, Jawa Timur, Kamis (20/2/2020). Pemerintah menyiapkan beberapa opsi untuk mengevakuasi WNI dari kapal pesiar Diamond Princess di Jepang. (JUNI KRISWANTO/AFP)

Penjemputan WNI di Jepang menggunakan KRI dr Soeharso menurut rencana dilakukan dengan rute Surabaya-Yokohama-Surabaya atau Surabaya-Yokohama-Natuna.

Opsi pertama, KRI dr Soeharso akan berlayar dari Dermaga Komando Armada II Surabaya melewati perairan Laut China Selatan, Samudera Pasifik, ke Yokohama, kemudian kembali ke Surabaya melalui rute yang sama dengan titik henti di Manado, Sulawesi Utara.

Pilihan keduanya, KRI dr Soeharso akan berangkat dari Surabaya melewati perairan Laut China Selatan, Samudera Pasifik, menuju perairan Yokohama lalu kembali melalui perairan Laut China Selatan menuju Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, dengan titik henti di Kota Davao FIlipina saat keberangkatan.

KRI dr Soeharso ditargetkan tiba di Tanah Air setelah melewati 14 hari masa inkubasi virus corona baru sehingga WNI yang dijemput sudah bisa dipastikan benar-benar aman dari infeksi virus tersebut.

"Diharapkan dari Yokohama ke Natuna akan mengulur waktu lebih dari 22 hari dengan kecepatan 11 knot. Diharapkan sampai Tanah Air sudah melewati 14 hari masa inkubasi. Hal yang sama dilakukan sebelum masuk Surabaya. Selama perjalanan tim medis melakukan tindakan karantina dan evaluasi, diharapkan setelah 14 hari seluruh pasien sudah lewat masa inkubasi," kata Tony.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya