Ragam Upaya Tekan Penyebaran COVID-19 di Jawa Timur

Menanggapi permintaan Presiden Jokowi tersebut, sejumlah jurus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan pemerintah daerah di Jawa Timur.

oleh Erik diperbarui 09 Jul 2020, 14:37 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2020, 08:07 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Jalan MERR IIC Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi memberi target kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) untuk menurunkan angka kasus positif virus Corona (Covid-19) dalam dua pekan.

Target yang dicanangkan Presiden Jokowi tersebut mengingat kasus virus Corona COVID-19 di Jawa Timur (Jatim) terus meningkat secara signifikan.

"Saya minta dalam waktu 2 minggu ini pengendaliannya betul-betul kita lakukan bersama-sama dan terintegrasi dari semua unit organisasi yang kita miliki di sini," kata Jokowi saat kunjungan kerja ke Jawa Timur, Kamis, 25 Juni 2020.

Meski demikian, bila melihat perkembangan kasus Corona COVID-19 di Jawa Timur, masih menunjukkan kenaikan. Pasien Corona COVID-19 di Jawa Timur bertambah sebanyak 270 orang pada Senin, 6 Juli 2020. Dengan demikian, total pasien positif Corona COVID-19 di Jawa Timur mencapai 14.298 orang.

Pasien sembuh dari Corona COVID-19 sebanyak 118 orang, sehingga menjadi 5.111 orang. Pasien dirawat bertambah 123 orang menjadi 7.803 orang. Di satu sisi pasien meninggal bertambah 29 orang menjadi 1.089 orang.

Ada ada sejumlah upaya dan langkah dilakukan oleh pihak Pemprov Jatim maupun pemerintah daerah setempat mulai dari Surabaya dan Sidoarjo. Berikut rangkuman jurus dan tindakan yang dirangkum Liputan6.com pada Selasa, (7/7/2020):

Saksikan Video Menarik Berikut Ini

Tiga Jurus Pemprov Jatim, Salah Satunya Bentuk Tim Gabungan

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa membuat rencana A, B, dan C. Khofifah menuturkan, pihaknya akan membentuk Tim Gabungan Forkopimda Jawa Timur dan Gugus tugas Surabaya Raya, yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik. Tiga daerah tersebut menjadi wilayah penyebaran tertinggi di Jatim dalam koordinasi Pangkogabwilhan II.

Khofifah menuturkan, pembentukan tim ini bertujuan mengintensifkan koordinasi dalam sinergi, kolaborasi, dan evaluasi.

"Sesuai arahan Pak Presiden bahwa kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, maka dengan dibentuknya Tim Gabungan Surabaya Raya ini, nantinya akan bisa dilakukan sharing sumber daya dan komitmen yang terukur," ujar dia, ditulis Sabtu, 27 Juni 2020.

Kemudian, juga terus memasifkan tes, pelacakan, isolasi, hingga treatment atau perawatan dengan jumlah yang lebih banyak.

Salah satunya dengan menerjunkan Tim Gabungan COVID-19 Hunter Dinkes lokal, khususnya di kluster utama Surabaya Raya untuk melakukan testing dan isolasi massif.

Kemudian tracing minimal 20 orang per kasus positif, serta penyediaan ruang isolasi yang lebih besar supaya isolasi menjadi nyaman, dalam hal ini keberadaan RS Darurat bisa dioptimalkan.

"Beban RS juga harus dievaluasi dan relaksasi. Pasien ringan harus benar-benar dipisahkan. Terapi harus selalu update dengan para pakar," imbuh orang nomor satu di Pemprov Jatim ini.

Saat ini, menurut Khofifah, mesin PCR yang ada di Jawa Timur kapasitas total 2.250 tes per hari dan selama seminggu tesnya mencapai 13.500 spesimen.

Kemudian optimalkan dengan tambahan mesin PCR serta reagen sesuai kebutuhan. Khofifah menyampaikan, terkait prakondisi memasuki kenormalan baru, pihaknya akan berkordinasi ulang dengan tim gugus tugas provinsi dan tiga kabupaten kota untuk mempertimbangkan agar sementara tetap menutup dulu aktivitas di level krusial seperti bioskop, studio atau taman hiburan indoor, dan melakukan monitor ketat.

Monitoring pelaksanaan protokol kesehatan

Termasuk monitoring pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat di pasar di Surabaya Raya. Di samping itu, juga membuat zonasi tiap kecamatan berdasarkan 15 indikator epidemiologi dan tidak bisa asal membuka aktivitas.

Khofifah menambahkan, untuk meluaskan sosialisasi protokol kesehatan kepada masyarakat pihaknya akan melibatkan ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat, influencer, dan pelaku usaha dan elemen strategis lainnya.

Utamanya terkait pemakaian masker dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir. Sistem support dan insentif juga perlu disediakan untuk industri masker maupun media supaya masyarakat terbiasa menggunakan masker.

"Ini penting kita lakukan, karena riset membuktikan bahwa bila 60 persen populasi menggunakan masker kain maka Rate of Transmission (RT) bisa di bawah satu dan kurva bisa turun," kata mantan Menteri Sosial ini.

Khofifah juga menegaskan pentingnya rencana membendung rumah sakit yang overload karena dapat berdampak pada kualitas menurun yang dapat menyebabkan meningkatnya kematian.

Di samping itu juga rencana untuk memberikan relaksasi bagi tenaga kesehatan yang sudah mulai kelelahan  dalam promotif, preventif, kuratif, dan tracing.

"Pada saat yang sama kami juga harus terus melakukan intervensi dampak sosial ekonomi akibat COVID-19. Karenanya, bantuan dan support dari pemerintah pusat masih sangat kami butuhkan,” tutur dia.

 

Wali Kota Risma Susuri Gang Ajak Warga Pakai Masker

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma). (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) bersama jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melakukan sosialisasi protokol kesehatan kepada warga Kota Pahlawan pada Minggu pagi, 5 Juli 2020.

Mengendarai motor listrik gesits, Risma bersama rombongan berangkat dari Rumah Kediaman Wali Kota Surabaya Jalan Sedap Malam.

Tujuan pertama adalah daerah Gubeng Kertajaya, Dharmawangsa dan Gubeng Airlangga. Sambil menggunakan pengeras suara, Risma terus mengimbau kepada warga untuk tidak keluar rumah jika tidak ada hal yang penting. Jika memang terpaksa keluar, harus wajib memakai masker dan jangan lupa untuk mencuci tangan.

Tidak jarang Wali Kota Surabaya 2 periode ini turun dari kendaraan dan berjalan menyusuri gang kecil untuk mengimbau langsung kepada warga agar tetap menerapkan protokol kesehatan.

"Tolong dipakai maskernya bapak ibu, biar tidak sakit. Selalu cuci tangan dan jaga jarak" ujar Risma sambil membagikan masker kepada warga, seperti dikutip dari laman Surabaya.go.id.

Wali Kota perempuan pertama Kota Surabaya ini juga menegur penjual yang tidak menggunakan masker dengan benar saat melayani pembeli.

Risma menuturkan, para penjual berisiko tertular dan menulari karena berinteraksi dengan banyak orang, jadi harus benar-benar disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.

"Kalau Anda (penjual) sakit, maka akan berisiko menularkan kepada semua pembeli" Tegas Wali Kota Risma.

Usai dari daerah Gubeng, rombongan melanjutkan perjalanan ke daerah Tambaksari yakni Pacar Keling, Jedong, Bronggalan, Gersikan, Ploso, dan Bogen.

Di wilayah tersebut, Risma juga tak henti mengimbau warga untuk tetap menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan COVID-19.

 

 

Jam Malam Kembali Diberlakukan di Sidoarjo

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Plt Bupati Sidoarjo sekaligus Ketua Gugus Tugas Covid-19 Nur Ahmad Syaifuddin (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo kembali menerapkan jam malam dari pukul 22.00-04.00 WIB mulai Jumat, 3 Juli 2020. Penerapan jam malam ini sebagai upaya untuk menekan angka penyebaran COVID-19 di Sidoarjo, Jawa Timur.

Kapolresta Sidoarjo, Kombes Pol Sumardji menuturkan, penerapan jam malam kembali diberlakukan seiring jumlah pasien COVID-19 bertambah.

Selain itu, masyarakat setelah pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masih abai terhadap protokol kesehatan seperti tidak memakai masker.

Sumardji mencontohkan, anak muda sering nongkrong di tempat tongkrongan, alun-alun hingga larut malam dan disayangkan tidak memakai masker.

"Penambahan (pasien-red) tiap hari cukup banyak. Harus tegas kepada masyarakat. Mau tak mau perlu langkah strategis dan berani tegas, susah kalau menunggu sadar dengan sendiri,” ujar Sumardji saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 3 Juli 2020.

Oleh karena itu, jam malam diberlakukan kembali dari pukul 22.00-04.00 WIB. Sumardji mengatakan, bagi pekerja shift malam diharapkan membawa surat keterangan kerja seiring berlakunya jam malam.

“Masyarakat pun sudah sampai di rumah pukul 22.00 WIB,” kata dia.

Sumardji mengatakan, langkah ini dilakukan untuk menekan COVID-19 di Sidoarjo. Penerapan jam malam ini berlaku hingga pandemi COVID-19 dapat ditekan di Sidoarjo, Jawa Timur. "Sampai pandemi di Sidoarjo ini melandai,” ujar Sumardji.

Mengutip data dinas kominfo yang diunggah di instagram@jatimpemprov, ada tambahan pasien baru Corona COVID-19 sebanyak 66 orang di Sidoarjo menjadi 1.704 orang hingga Kamis, 2 Juli 2020.

Pasien sembuh dari Corona COVID-19 bertambah dua orang menjadi 254 orang. Di satu sisi, pasien meninggal mencapai 117 orang.

 

Lima Ruas Jalan di Sidoarjo Ditutup

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Check point PSBB di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur kembali memberlakukan jam malam sejak pukul 22.00-04.00 WIB sebagai upaya menekan penyebaran COVID-19 di wilayah setempat. Seiring hal itu, sejumlah ruas jalan di Sidoarjo ditutup.

Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Sidoarjo Kombes Pol, Sumardji menuturkan, ada lima ruas jalan yang ditutup selama pemberlakuan jam malam.

"Kelima ruas jalan itu meliputi Pos lalu lintas Waru dari arah Surabaya menuju Sidoarjo, Kawasan Alun-alun Sidoarjo, traffic light dari arah Porong menuju Sidoarjo, Pertigaan Suko, Cemengkalang menuju Kota Sidoarjo, dan traffic light Maspion 2 menuju Kota Sidoarjo," ujar dia, seperti dikutip dari Antara, ditulis Sabtu, 4 Juli 2020.

Kombes Sumardji menuturkan, pemberlakuan jam malam ini sama dengan pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang pernah diterapkan di Sidoarjo.

Ia mengatakan, untuk pekerja masih bisa melakukan aktivitas pada malam hari asalkan menunjukkan surat tugas dari perusahaan masing-masing dan ditunjukkan kepada petugas jaga.

"Kami tetap bertindak tegas dan juga humanis," ujar dia.

Kombes Sumardji menuturkan, ada sekitar 350 orang petugas gabungan yang dilibatkan dalam kegiatan pengamanan jam malam ini. Mereka dari unsur TNI, Polri, dan Satpol PP.

"Sama seperti saat pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dulu," ujar dia.

"Kami dalam melakukan penindakan tetap mengedepankan humanis yang tegas, terutama bagi mereka yang tidak mengenakan masker saat keluar rumah," tambahnya.

Hingga Jumat malam 3 Juli 2020, jumlah pasien positif COVID-19 di Sidoarjo bertambah sebanyak 66 orang sehingga total menjadi 1.769 orang.

 

Pembagian 2 Juta Masker

[Fimela] ilustrasi masker
masker untuk menghindari virus corona | pexels.com/@cottonbro

Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Pol Mohammad Fadil Imran bersama forkopimda Jatim membagikan dua juta masker bagi masyarakat Jatim khususnya Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik).

Fadil menyampaikan bahwa pembagian dua juta masker ini tidak hanya dilakukan oleh Polda Jatim, namun juga dilakukan oleh Polres atau Polresta jajaran Polda Jatim.

"Upaya ini dilakukan guna mengantisipasi penyebaran virus Corona COVID-19 di Jawa Timur, Khususnya di Surabaya Raya," ujarnya, Minggu, 28 Juni 2020.

Fadil mengatakan, tiga daerah di Surabaya Raya tersebut sampai saat ini tingkat penyebaran COVID-19 masih menduduki posisi paling atas dibanding kota maupun kabupaten lainnya di Jatim.

"Kami mengimbau agar masyarakat mentaati protokol kesehatan dengan cara selalu kenakan masker, cuci tangan dan jaga jarak untuk memutus penyebaran COVID-19," ucapnya.

Fadil menjelaskan, pembagian dua juta masker ini diawali di Pasar Tembok Dukuh Surabaya, Taman Bungkul Surabaya, Terminal Purabaya atau Terminal Bungurasih serta warga di Bungurasih.

"Hari ini secara massal membagikan masker sebanyak dua juta, dan kalau bisa satu orang di Surabaya Raya mempunyai dua sampai tiga masker untuk bergantian," ujar dia.

 

Mobil Lab PCR BNPB Kembali ke Surabaya

(Foto: Dok Istimewa)
Mobil mesin PCR BNBP (Foto: Dok Istimewa)

Dua unit mobil Laboratorium PCR milik BNPB akhirnya kembali lagi ke Surabaya, Jawa Timur setelah sempat pamit beberapa minggu lagi dari Kota Pahlawan.

Kedatangan mobil ini untuk membantu warga Surabaya dalam memeriksa tes swab secara massal di berbagai penjuru Surabaya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) menuturkan dua unit Mobil Laboratorium PCR milik BNPB sudah melakukan tes swab di beberapa tempat.

Ia menuturkan, mobil ini langsung melakukan tes swab, tidak melakukan rapid tes lagi karena jumlah reagen yang dimiliki Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya cukup besar.

"Jadi, sekarang (mobil BNPB itu) langsung melakukan tes swab, karena kebetulan reagen kita besar," kata Wali Kota Risma di Balai Kota Surabaya, Sabtu, 27 Juni 2020, seperti dikutip dari laman Surabaya.go.id

Ia memaparkan, tes swab ini terus dilakukan sembari menyisir kawasan yang di wilayah itu ada warga berstatus terkonfirmasi COVID-19. Tidak hanya tempat tinggal saja yang dilakukan penyisiran, tetapi lokasi atau tempat pasien bekerja pun juga demikian.

"Saya memetakan wilayahnya. Termasuk kalau dia bekerja di mana langsung kita cari," ungkapnya.

Sementara itu, Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan, dua unit Mobil Laboratorium PCR milik BNPB itu kembali lagi ke Surabaya lantaran Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersurat kepada Kepala BNPB.

Dalam suratnya itu, Wali Kota Risma memohon kepada BNPB supaya mobil tersebut dihadirkan lagi ke Surabaya untuk mempercepat penanganan Covid-19 di Surabaya.

"Hari ini langsung dioperasikan dua unit mobil tersebut, ada yang melakukan tes di Hotel Asrama haji dan ada pula yang di Gelora Pancasila," kata Feny sapaan lekat Febria Rachmanita.

Dia menuturkan, semakin banyak pemeriksaan yang dilakukan, semakin banyak pula ditemukan kasus. Dengan begitu, akan bisa melakukan pengobatan sedini mungkin supaya dia bisa sembuh dari COVID-19 ini.

"Tetapi kalau tahunya sudah dalam level yang parah, maka tentu akan lebih susah untuk disembuhkan," kata Feny.

Sebetulnya, lanjut dia, upaya yang tengah dilakukan ini seperti membelah gunung es. Artinya yang terpenting dari hal ini adalah terus gencar dalam tiga hal, yaitu tracing, tes dan treatmen.

"Makanya masyarakat tidak perlu takut, dari awal kita tahu bahwa kita akan mencegah kematian,” ujar dia.

Bahkan, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya ini memaparkan selama ini warga Kota Surabaya dinilai sangat pro aktif dalam melakukan pemeriksaan tes.

Baik yang dilakukan pemkot, BIN maupun BNPB secara gratis tanpa dipungut biaya sepeser pun. Ia menyebut kapasitas pemeriksaan juga ditambah menjadi sekitar 500 tes swab per hari.

"Sasarannya semua masyarakat, terutama orang dalam pemantauan (ODP), pasien dengan pengawasan (PDP) dan orang tanpa gejala (OTG),orang dengan risiko (ODR),” papar Feny.Ia meminta ketika warga memeriksa, dipastikan agar terdaftar di puskesmas masing-masing. Tujuannya, agar dinkes dapat melakukan pemantauan terhadap orang tersebut beserta kontak erat yang bersangkutan.

"Kami juga mengimbau baik itu swasta atau perusahaan BUMN yang sudah tes rapid atau tes swab untuk lapor ke dinkes. Bukan untuk apa-apa. Kita harus lakukan tracing untuk mencari sumber penularannya,” urai dia.

Tidak hanya itu, saat ini Feny beserta tim dari BNPB yang mengoperasikan dua unit mobil itu terus merumuskan titik-titk lokasi mana saja yang dalam waktu dekat akan didatangi Mobil Lab PCR ini. Pemkot Surabaya bersama tim dari BNPB akan keliling di wilayah Lapangan Hoki dan daerah sekitar Keputih.

"Jadi, ayo kita bersama-sama melawan Covid-19 ini, karena sebetulnya garda terdepan itu adalah masyakatnya sebagai pemutusan penularan Covid-19,” ujar dia.

 

Risma Bagikan Masker Gratis di Akhir Pekan

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) membagikan masker gratis kepada warganya pada Minggu, (28/6/2020). Masker gratis bermotif merah dan putih yang dibagikan Risma kali ini merupakan donasi dari penyanyi Ari Lasso yang disalurkan melalui Pemerintah Kota Surabaya untuk masyarakat.

Risma membagikan masker gratis itu bersama bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jawa Timur saat akhir pekan.

"Ayo pak, bu, pakai masker, maskernya dipakai," ujar Wali Kota Risma melalui pengeras suara saat berkeliling di Surabaya, seperti dikutip dari Antara.

Dengan mengendarai mobil, Risma mengimbau masyarakat melalui pengeras suara agar disiplin mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, jaga jarak dan disiplin mencuci tangan.

Selain mengimbau masyarakat agar disiplin memakai masker, Risma bersama Forkopimda Jatim juga meninjau beberapa lokasi titik keramaian yang ada di Surabaya di antaranya Pasar Tembok Dukuh, Jalan Tunjungan hingga Taman Bungkul Surabaya.

Pada saat di Pasar Tembok Dukuh, wali kota perempuan pertama di Surabaya itu membagikan masker kepada para pedagang maupun pembeli. Beberapa warga yang terlihat memakai masker tetapi sudah usang juga tak luput diberi masker olehnya.

"Warga Tembok itu warga yang pintar, warga yang cerdas, jangan berkerumun, harus pakai masker, disiplin cuci tangan, tolong nurut disiplin," kata Risma kepada pedagang di Pasar Tembok Dukuh.Risma mengatakan, sudah banyak korban yang meninggal dunia karena COVID-19. Ia berharap tidak ada lagi warga yang meninggal karena virus itu. Oleh karena itu, ia terus mendorong warga agar disiplin menjaga protokol kesehatan supaya terhindar dari virus tersebut.

"Sudah banyak korbannya, sudah banyak yang meninggal, jadi sudah banyak yang sakit. Tolong jangan bikin susah dokter, perawat dan keluarganya. Kalau bapak ibu sakit, yang kasihan saudaranya, keluarganya, istrinya, suaminya, anak-anaknya, juga dokter sampai kelelahan," ujar dia.

Mendengar apa yang disampaikan Risma, warga yang berada di Pasar Tembok Dukuh pun menurut dan spontan menjawab iya.

Namun begitu, Risma tidak ingin apa yang disampaikan warga itu hanya ucapan di bibir saja. "Nggih nggih (iya-iya) terus, kalau nanti tidak pakai masker saya apakan? saya suruh bantu kasih makan orang gangguan jiwa (di Liponsos Keputih) ya. Tolong nurut disiplin," kata Risma kepada warga di Tembok Dukuh.

 

Tiga Kawasan Tertib Physical Distancing di Surabaya

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Kamera CCTV yang dipasang di sejumlah persimpangan jalan di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Kawasan tertib physical distancing diberlakukan di sepanjang Jalan Raya Darmo, Jalan Pandegiling, dan Jalan Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur mulai pukul 21.00 WIB hingga 05.00 WIB, serta pukul 21.00 WIB hingga 12.00 WIB khusus Sabtu malam sampai Minggu siang.

Panglima Daerah Militer (Pangdam) V/Brawijaya Mayor Jenderal TNI, Widodo Iryansyah menuturkan, penerapan kawasan tertib physical distancing tersebut sebagai salah satu upaya mempercepat penanganan COVID-19.

"Pemberlakuan kawasan tertib physical distancing dan jam malam di kawasan Surabaya Raya ini untuk mengurangi mobilitas masyarakat dalam upaya percepatan penanganan COVID-19," tutur dia, seperti dikutip dari Antara, ditulis Sabtu, 4 Juli 2020.

Sedangkan di Kabupaten Sidoarjo dan Gresik bahkan juga diberlakukan jam malam. "Ini hasil kesepakatan Forkopimda Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Gresik. Lokasi kawasan tertib diserahkan kepada masing-masing pemerintah daerah," tutur dia.

Ia menyatakan, penyebaran dan pembagian masker melalui Gerakan Jawa Timur Bermasker termasuk bantuan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebanyak dua juta masker juga sebagai salah satu upaya menekan penyebaran COVID-19.

"Sudah kami lakukan gerakan dan kami tak akan berhenti menyebarkan masker secara masif, terutama di kawasan Surabaya Raya yaitu Surabaya, Sidoarjo dan Gresik," ujar dia.

Ia mengakui, kerap melihat warga, terutama di kawasan Surabaya Raya, yang belum mematuhi protokol kesehatan. "Di warung-warung, di tempat tongkrongan masih banyak ditemui mereka-mereka yang kurang mematuhi protokol kesehatan," tutur dia.

Dia mengatakan, sepekan pascaultimatum Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar terjadi penurunan angka COVID-19 di Jawa Timur, pihaknya melihat masih ada beberapa titik, masyarakat tidak menggunakan masker.

Ia juga melihat, saat malam hari di beberapa ruas jalan di Surabaya, banyak orang bersepeda, mulai tua, remaja, hingga anak-anak yang setelah itu berkumpul di Taman Bungkul.

"Ketika kami tanya, kenapa bersepeda ramai-ramai malam hari? Jawabannya karena bosan atau suntuk di rumah dan ingin jalan-jalan. Jika seperti ini terus, bagaimana bisa turun angka COVID-19?," ucapnya mempertanyakan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya