Liputan6.com, Surabaya - Ekonomi Jatim diprediksi akan terus membaik pada triwulan kedua 2021, meski kinerja triwulan pertama masih kontraksi sebesar 0,44 persen.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Difi A. Johansyah menyatakan, besaran kontraksi tersebut masih lebih baik dibanding triwulan keempat tahun 2020 yang mencapai 2,64 persen dan lebih tinggi dari kinerja wilayah Jawa yang mencapai minus 0,83 persen dan kinerja nasional yang minus 0,74 persen.
Baca Juga
Ia mengatakan optimisme perbaikan ekonomi di triwulan kedua 2021 karena Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) - Survei Konsumen KPw BI Provinsi Jawa Timur pada April 2021 tercatat sebesar 82,12 poin atau meningkat dibandingkan triwulan pertama 2021 (59,76).
Advertisement
"Dalam tiga bulan ke depan, konsumsi masyarakat diperkirakan berada dalam tren peningkatan, terindikasi dari kenaikan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari 107,45 pada triwulan pertama 2021 menjadi 128,28 pada April 2021," katanya dikutip dari Antara, Rabu (12/5/2021).
Selain itu, konsumsi rumah tangga di Jawa Timur juga terindikasi meningkat, terlihat dari Indikator google mobility Index pada April 2021 hingga 6 Mei 2021 menunjukkan tren peningkatan.
Di sisi lain, kata dia, mobilitas masyarakat Jawa Timur ke pusat perbelanjaan ritel dan rekreasi juga menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan pertama 2021 dan semakin mendekati baseline sebelum COVID-19 (Maret 2020).
Selain itu, mobilitas masyarakat Jawa Timur ke pusat grosir dan farmasi juga meningkat dibandingkan triwulan pertama 2021 dan terpantau lebih tinggi dibandingkan baseline sebelum COVID-19.
"Di tengah vaksinasi yang terus berlangsung, kebijakan diskon PPnBM dan pelonggaran LTV DP 0 persen juga diperkirakan turut mendorong laju peningkatan konsumsi masyarakat," katanya.
Difi menyebutkan indikator kegiatan usaha di Jatim juga meningkat signifikan pada triwulan kedua 2021.
Perkiraan Indeks Kegiatan Dunia Usaha, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Provinsi Jawa Timur pada triwulan kedua 2021 mencapai sebesar 32,31 persen (SBT), meningkat dibandingkan realisasi triwulan pertama 2021 yang sebesar -7,25 persen (SBT).
Perkiraan Indeks Kegiatan Usaha Industri Pengolahan juga mengalai kenaikan menajdi tercatat 8,10 persen (SBT) dibandingkan realisasi triwulan pertama 2021 (-1,76 persen, SBT).
"Agar kinerja ekonomi terus berada pada laju positif, kami dari Bank Indonesia mengeluarkan sejumlah keputusan. Ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, meskipun prakiraan Inflasi tetap rendah," katanya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Optimalkan Bauran Kebijakan Ekonomi
Ia mengatakan Bank Indonesia mengoptimalkan bauran kebijakan moneter dan makro prudensial akomodatif serta mempercepat digitalisasi sistem pembayaran.
Selain itu, beberapa kebijakan lain di antaranya adalah memperkuat kebijakan nilai tukar rupiah dengan tetap berada di pasar melalui triple Intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar, serta penguatan strategi operasi moneter untuk mendukung stance kebijakan moneter akomodatif.
Selain itu meningkatkan penggunaan instrumen Sukuk Bank Indonesia (SukBI) pada tenor 1 minggu sampai dengan 12 bulan dalam rangka memperkuat operasi moneter syariah yang telah diberlakukan sejak 16 April 2021.
"BI juga melanjutkan kebijakan makro prudensial akomodatif dengan mempertahankan rasio Countercyclical Buffer (CCB) sebesar 096, rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 64 dengan fleksibilitas repo sebesar 699, serta rasio OPLM Syariah sebesar 4,59 dengan fleksibilitas repo sebesar 4,594," katanya.
Advertisement